Taliban Serang Markas Militer, 100 Personel KeamananTewas
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
KABUL, SELASA — Serangan oleh Taliban di dekat ibu kota Kabul, Afghanistan, Senin (21/1/2019) waktu setempat, telah menelan lebih dari 100 korban jiwa. Jumlah korban itu merupakan yang tertinggi sejak beberapa bulan terakhir.
Penyerang menabrak sebuah truk militer, yang dipasang dengan bahan peledak, ke dalam pusat pelatihan militer Direktorat Keamanan Nasional yang berlokasi di Provinsi Maidan Wardak, sebelah barat Kabul, ibu Afghanistan. Setelah ledakan, ada dua pria bersenjata yang melanjutkan serangan dengan tembakan sebelum akhirnya ditembak mati.
”Berdasarkan informasi, ada 126 korban tewas akibat ledakan yang terjadi di dalam pusat pelatihan militer, di antaranya delapan komando,” kata seorang pejabat senior dari Kementerian Pertahanan yang tidak ingin mengungkapkan namanya.
Para pejabat diperintahkan untuk tidak berbicara dengan media karena takut dapat merusak moral atau semangat negara. Belum ada konfirmasi resmi dari pemerintah mengenai jumlah korban.
”Saya diberi tahu untuk tidak mengungkapkan jumlah korban meninggal kepada publik. Saya merasa frustrasi harus menyembunyikan fakta itu,” ujar pejabat senior lain.
Sharif Hotak, anggota dewan setempat, melihat ada 35 jenazah korban yang tiba di rumah sakit di Kabul. ”Masih ada banyak lagi yang tewas. Beberapa jasad dan korban luka dibawa ke rumah sakit di Kabul,” ujarnya.
Taliban mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu. Menurut juru bicara Taliban, Zabiullah Mujahid, serangan itu menewaskan 190 orang. Tujuan Taliban adalah untuk mengusir pasukan internasional dari Afghanistan dan menerapkan hukum keagamaan radikal.
Taliban mulai muncul pada awal 1990 ketika pasukan Uni Soviet meninggalkan Afghanistan. Mereka sempat menguasai Afghanistan pada 1996-2001. Pasukan Amerika Serikat kemudian menyerang mereka setelah adanya serangan 11 September 2001, yang dikenal serangan nine eleven.
Tekanan dari Taliban
Serangan di pangkalan militer pada Senin kemarin menggarisbawahi tekanan tinggi yang harus dihadapi pasukan Afghanistan. Taliban telah menggencarkan serangannya. Padahal, upaya diplomatik untuk menyelesaikan konflik itu secara damai masih berlangsung.
Tak lama setelah ledakan, perwakilan dari Taliban bertemu dengan Utusan Khusus Amerika Serikat untuk perdamaian Afghanistan, Zalmay Khalilzad, di Qatar. Sumber dari Taliban yang tahu mengenai pertemuan itu mengatakan, ”Semoga mereka dapat memutuskan waktu dan cara bagaimana menarik pasukan asing dari Afghanistan.”
Selama beberapa minggu terakhir, upaya diplomatik untuk mengakhiri perang di Afghanistan yang sudah berlangsung selama 17 tahun terkendala akibat ketidaksepakatan di antara pihak terkait. AS menolak keputusan Taliban yang ingin menutup Pemerintah Afghanistan.
Pada Agustus 2018, serangan oleh Taliban di Provinsi Ghazni mengakibatkan 150 anggota pasukan Afghanistan, 95 warga sipil, dan ratusan anggota pasukan Taliban tewas, menurut angka dari otoritas Afghanistan. Pada 2018, Presiden Afghanistan mengatakan, ada 28.000 personel militer dan kepolisian Afghanistan yang tewas akibat perang sejak 2015.
Menjelang Natal 2018, Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk menarik setengah dari 14.000 anggota pasukan AS yang berada di Afghanistan. Saat ini proses tersebut sedang berjalan secara bertahap.(REUTERS/BBC)