Tayo dan Trans-Anggrek Diminati, tetapi Terus Didera Kendala
Pemerintah Kota Tangerang melalui Dinas Perhubungan telah membangun jalur dan mengoperasikan bus rapid transit sejak 1 Desember 2016 untuk Koridor 1 dengan rute Terminal Poris Plawad-Jatiuwung dengan jalur Jalan Benteng Betawi, GOR Jatiuwung, hingga perumahan Jatake Indah.
Bus ini diberi nama Tangerang Ayo atau Tayo. Selanjutnya, Dinas Perhubungan Kota Tangerang membuka jalur Koridor 2 pada 7 Juni 2018. Jalur koridor ini mulai dari Terminal Poris Plawad melewati Pasar Malabar, Perumnas, dan perumahan Harapan Kita hingga Cibodas.
Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah mengatakan, tahun 2019 akan beroperasi empat koridor lagi.
Untuk Koridor 3 rute BRT mulai dari Central Business Distrik (CBD) Ciledug-Poris Plawad, Koridor 4 rute Pinang-Cipete-Poris Plawad, Koridor 5 rute Poris Plawad-Bandara Internasional Soekarno-Hatta, dan Koridor 6 rute Cadas-Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Arief mengatakan, kehadiran bus Tayo ini akan terintegrasi dengan koridor 13 bus Transjakarta dan kereta bandara (rute Sudirman, Batu Ceper, hingga Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan sebaliknya). Ke depannya, semua jalur akan terintegrasi di kawasan berorientasi transit (transit oriented development/TOD) Poris Plawad (Terminal Poris Plawad dan Stasiun Kereta Batu Ceper).
Bus Tayo ini dilengkapi fasilitas pendingin ruangan sehingga penumpang bisa nyaman selama berada dalam bus. Juga aman karena tidak ada pengamen dalam bus tersebut. Sementara harganya terjangkau karena tarifnya murah. Tarif bus Tayo awalnya Rp 2.000 per pelajar dan Rp 3.000 per orang untuk umum. Namun, saat ini telah ditetapkan tarif sama, yakni Rp 3.000 per penumpang.
Arief mengatakan, salah satu tugas pemerintah daerah adalah memfasilitasi tersedianya angkutan massal yang mampu mengakomodasi mobilitas masyarakat.
Pemerintah wajib menyediakan suatu moda transportasi yang nyaman, cepat, dan terjangkau (murah). Angkutan massal ini dihadirkan agar warga Kota Tangerang mau beralih dari yang tadinya menggunakan kendaran pribadi menjadi memakai transportasi massal.
”Adanya angkutan massal mempercepat perjalanan warga, nyaman dan aman, serta murah,” kata Arief.
Adanya angkutan massal tersebut, baik bus Tayo maupun intregasi dengan kereta dan bus Transjakarta, tidak hanya mengurai kemacetan dalam Kota Tangerang, tetapi juga Kota Jakarta,” kata Arief.
Terintegrasi dengan Transjakarta
Kepala Dinas Perhubungan Kota Tangerang Saeful Rohman menjelaskan, bus Tayo akan terintegrasi dengan bus Transjakarta Koridor 13 di CBD Ciledug. Bus Transjakarta ini dengan rute Ciledug-Puri Beta (Kota Tangerang) hingga Tendean, Blok M, Kuningan Timur (Halimun), Pancoran Barat, Tosari (hanya hari kerja), dan Ragunan (hanya hari Sabtu dan Minggu).
”Kalau jurusan Ciledug-Tosari hanya pada hari kerja, Senin sampai Jumat. Kalau hari libur, termasuk tanggal merah, rute ini tidak beroperasi. Kalau mau naik rute Ciledug-Tosari, harus naik dari Puri Beta,” kata petugas di Halte CBD Ciledug, Jumat (18/1/2019).
Terkendala Lelang
Bus Tayo Koridor 1 dan 2 sempat tidak beroperasi selama delapan hari pada awal 2019 karena terbentur regulasi, yakni harus melalui proses lelang. Tidak beroperasinya bus itu sampai Jumat (11/1/2019), tetapi kembali beroperasi mulai Sabtu (12/1/2019).
”Alhamdulillah, bus Tayo sudah beroperasi lagi dan penumpang dapat menggunakan bus ini lagi,” kata Kepala Dinas Perhubungan Kota Tangerang Saeful Rohman, Minggu (20/1/2019).
Sesuai dengan aturan yang berlaku, kata Saeful, setiap tahun pengeporasian bus Tayo ini harus dilelang siapa operatornya. ”Bus tidak beroperasi karena dua kali melaksanakan lelang dan selalu gagal. Kemudian lelang ketiga berhasil menemukan operator pengelola bus Tayo,” kata Saeful.
Bus tidak beroperasi karena dua kali melaksanakan lelang dan selalu gagal.
Ke depan, Dishub Kota Tangerang berencana akan mengalihkan pengelolaan BRT kepada salah satu badan usaha milik daerah (BUMD), yakni PT Tangerang Nusantara Global (TNG). Pengalihan pengelolaan itu agar operasional dan pelayanan bus Tayo tersebut akan lebih profesional, seperti bus Transjakarta yang dikelola PT Transjakarta, salah satu BUMD DKI Jakarta.
Pengelolaan oleh BUMD, kata Saeful, akan mempermudah birokrasi dan pola kerja sama dengan pihak lainnya, terutama dalam penyediaan armada.
Saat ini, kata Saeful, pihaknya tengah menggodok payung hukum, yakni peraturan Wali Kota Tangerang, agar rencana tersebut dapat segera terealisasi, yaitu memberikan kewenangan kepada PT TNG untuk mengelola BRT Tayo.
Saeful berharap, setelah BUMD mengelola, pengoperasian BRT akan menjadi profesional.
”Coba lihat bus Transjakarta. Pengelolaan bagus karena dikelola BUMD DKI Jakarta,” kata Saeful.
Sejauh ini, PT TGN mengelola sistem perparkiran, pembangunan fasilitas umum, dan fasilitas jaringan komunikasi yang ada di Kota Tangerang.
Coba lihat, bus Transjakarta. Pengelolaan bagus karena dikelola BUMD DKI Jakarta.
Tangerang Selatan
Pemerintah Kota Tangerang Selatan menerima hibah 20 bus dari Dirjen Angkutan Darat Kementerian Perhubungan pada pekan lalu. Ke depan, bus tersebut akan dikelola BUMN, Perusahaan Umum Pengangkutan Penumpang Djakarta (Perum PPD).
”Kedua puluh bus hibah ini akan digunakan untuk melengkapi konsep circle Tangerang Selatan dan akan menjadi feeder (bus pengumpan) untuk MRT yang akan melewati Tangerang Selatan,” kata Wakil Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie, Minggu.
Dalam pengoperasiannya, kata Benyamin, pihaknya akan bekerja sama dengan Perum PPD. Sejauh ini, kata Benyamin, Tangerang Selatan belum memiliki BRT. Namun, sejauh ini lima bus Trans-Anggrek sudah melayani warga Tangerang Selatan sebagai angkutan massal dalam kota tersebut.