Warga Sekitar Kali Pisang Batu Alirkan Sampah ke Laut
Oleh
Kurnia Yunita Rahayu
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS – Seminggu setelah dibersihkan, sampah di Kali Pisang Batu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, kembali menumpuk. Warga mengalirkannya ke arah laut untuk menghindari banjir.
Muhtasor (50), warga Desa Pahlawan Setia, Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Selasa (22/1/2019), mengatakan, tumpukan sampah itu ada di aliran sungai di depan rumahnya. Sampah, yang sebagian besar plastik, menumpuk pada aliran sepanjang tiga meter di sungai selebar lebih dari 10 meter itu.
“Saya dan tiga warga lain mengalirkannya ke arah laut,” kata Muhtasor sambil menambahkan, keputusan itu diambil karena khawatir tumpukan sampah akan menyebabkan banjir ketika hujan deras.
Beberapa hari sebelumnya, areal sungai yang dipenuhi sampah jauh lebih luas. Menurut Muhtasor, jumlahnya kini berkurang karena hujan deras mendorong sampah ke arah Teluk Jakarta. Laut berjarak sekitar enam kilometer dari rumahnya.
Rumah Muhtasor menjadi titik kumpul sampah karena berada di depan tanggul. Tanggul dibuat petani setempat untuk membendung aliran sungai sehingga airnya bisa mengarah ke sawah. Namun, tanggul jebol pekan lalu karena diterjang aliran sampah.
Marzuki (60), warga Pahlawan Setia, mengatakan, tumpukan sampah bukan hal baru. Sungai itu sudah mulai dipenuhi sampah kembali sejak Kamis (17/1). Ia menduga, sampah itu sebelumnya menumpuk di dalam air. Mereka terangkat ke permukaan setelah sampah lainnya diangkut menggunakan alat berat.
Sungai yang selama Desember 2018-Januari 2019 itu dipenuhi sampah sepanjang 1,5 kilometer itu memang sempat dibersihkan. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi mengerahkan sejumlah petugas dilengkapi tiga alat berat dan 20 truk untuk mengangkut sampah selama 12 hari, yaitu pada 4-15 Januari. Pengangkutan dihentikan pada Selasa (15/1).
Kepala Bidang Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi Dodi Agus Suprianto mengatakan, selama 12 hari, pihaknya mengangkut 2.100 ton sampah. Ia mengakui, jangkauan alat berat tidak mampu mengambil semua sampah. Oleh karena itu, ia sadar bahwa masih ada sampah yang bersisa di sungai.
“Kami membersihkan yang ada dahulu, kalau menunggu tuntas, memang tidak akan pernah tuntas,” kata Dodi dengan dalih, sampah akan terus mengalir dari hulu jika hujan deras.
Menurut Dodi, alih-alih menuntaskan sampah di sungai, pihaknya ingin fokus membersihkan sisa sampah di jalan. Selama pengangkutan, sampah dan lumpur menggunung di sisi jalan. Bahkan, terdapat lahan kosong seluas 200 meter persegi yang dijadikan tempat penampungan.
“Kami akan membersihkan sisa sampah yang ada di jalan, karena bisa menjadi keluhan baru,” kata dia.
Hingga saat ini, lumpur bercampur sampah itu masih menumpuk. Sebagian telah kering, sebagian lagi basah. Jalan di sekitarnya pun menjadi licin karena sebagian lumpur mencair akibat hujan. Bau busuk tercium di mana-mana.
Kecelakaan
Kondisi jalan yang licin karena dipenuhi lumpur menyebabkan banyak kecelakaan. Kali Pisang Batu mengalir di areal permukiman yang sebagian besar warganya bergerak menggunakan sepeda motor.
“Sejak alat berat berhenti bekerja, sudah ada tiga orang menderita patah tulang karena jatuh di jalan,” kata Muhtasor yang bekerja sebagai pemijat patah tulang. Sebanyak tiga orang itu tergelincir di jalan yang dipenuhi lumpur sisa sampah. Seluruhnya menggunakan jasa pijat Muhtasor.
Selaga pagi ini, seorang pengendara juga hampir masuk ke sungai karena terpeleset. Namun, anak Muhtasor melihat kejadian itu dan menolong pengendara sebelum masuk ke sungai.
Menurut dia, sejak pengangkutan sampah dihentikan Selasa lalu, seluruh petugas dan alat berat juga pergi. Hingga saat ini, tidak ada satu pun petugas dan aktivitas pembersihan sisa sampah.
Sumaryanti (45), warga Pahlawan Setia, mengatakan, bau busuk yang muncul dari sampah juga membuatnya kerap pusing. Ia juga khawatir karena dalam beberapa hari, nyamuk mulai banyak.