DAVOS, RABU — Amerika Serikat akan mengubah lanskap geopolitik dan membawa angin baru dalam percaturan ekonomi dunia. Dalam kebijakan itu, AS menitikberatkan pada kepentingan nasional dan cenderung mengesampingkan sistem multilateral.
Istilah ”angin baru” atau newwinds diungkapkan Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo dalam siaran yang dipancarkan melalui satelit dalam sesi khusus pembukaan Forum Ekonomi Dunia (WEF) tahun 2019, Selasa (22/1/2019) waktu setempat atau Rabu di Davos-Klosters, Swiss. Pompeo batal menghadiri WEF secara langsung karena operasi pemerintahan AS yang masih terhenti atau shutdown.
”Angin baru akan berembus ke seluruh dunia. Angin itu akan memberi sinyal cuaca baik atau pertanda badai,” ujar Pompeo melalui konferensi video.
Pernyataan Pompeo disampaikan sehari setelah Dana Moneter Internasional (IMF) mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini dari 3,7 persen menjadi 3,5 persen. Sebelumnya, Bank Dunia memperkirakan perekonomian global 2019 tumbuh melambat menjadi 2,9 persen dari 3 persen pada tahun lalu.
Menurut Pompeo, penduduk di seluruh dunia kini mulai mempertanyakan apakah globalisasi ekonomi adalah kepentingan mereka dan apakah proteksi politik mampu melindungi mereka dari ancaman paling berbahaya, seperti terorisme. Negara harus hadir mengatasi berbagai persoalan dan kegamangan itu.
”Tidak ada badan internasional yang dapat membela rakyat dan juga pemimpin mereka sendiri. Perbatasan yang kuat adalah kunci negara yang kuat,” katanya.
Di tengah risiko perlambatan ekonomi global, lanjut Pompeo, aliansi yang kokoh dibutuhkan, tetapi prinsip utamanya tetap keamanan ekonomi adalah keamanan nasional. Selama ini, sistem multilateral yang ada dinilai merugikan negara, terutama AS. Untuk itu, AS mendesak agar institusi global, seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), segera direformasi.
Pompeo juga berharap negosiasi perdagangan dengan China bisa dilatarbelakangi optimisme. ”Jalannya hubungan akan ditentukan oleh prinsip-prinsip bahwa prinsip AS: bebas dan terbuka, negara-negara bisa mengambil barang-barang dari seluruh dunia sesuai kapasitasnya, serta pengaturan perdagangan yang adil dan timbal balik,” tuturnya.
Surplus perdagangan China terhadap AS melonjak mencapai rekor tertinggi senilai 323,3 miliar dollar AS sepanjang 2018, seiring dengan peningkatan intensitas perang dagang kedua negara.
Meskipun demikian, data terbaru juga menunjukkan ekspor China ke AS pada Desember tahun lalu secara tahunan berkurang sekitar 3,5 persen karena kenaikan tarif impor oleh pemerintahan Donald Trump.
EkonomiChina
Dalam sesi terpisah, WEF mengangkat tema risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi global terutama di AS, Eropa, dan China. Beban utang akan mencapai level tertinggi pascakrisis ekonomi 2008. Oleh karena itu, pemerintah diimbau menyiapkan kebijakan respons atas dinamika ekonomi global ke depan.
Biro Statistik Nasional (NBS) China, Senin (21/1/2019), merilis, pertumbuhan ekonomi China tahun 2018 sebesar 6,6 persen lebih rendah daripada tahun 2017 sebesar 6,8 persen. Laju pertumbuhan ekonomi China tahun lalu menyentuh titik nadir dalam tiga dekade terakhir sejak tahun 1990.
Pada 2019, perekonomian China diperkirakan tumbuh sekitar 6 persen. Sektor-sektor yang mengalami penurunan cukup tajam, antara lain perumahan mewah dan infrastruktur. ”Namun, perlambatan ekonomi China bukan berarti keruntuhan,” ujar Fang Xinghai, Vice Chairman Komisi Peraturan Keamanan China.
Risiko perlambatan perekonomian global ini bisa diantisipasi melalui pembangunan arsitektur globalisasi baru. Aspek kesejahteraan manusia dan keberlanjutan masa depan mesti jadi fokus utama di era globalisasi.
”Kita harus fokus pada masa depan, bukan sekadar manajemen krisis,” ujar Founder and Executive Chairman WEF Klaus Schwab.
Arsitektur globalisasi baru juga memprioritaskan kebutuhan kaum muda. Kebijakan tidak sekadar berbasis peningkatan teknologi dan inovasi, tetapi juga penguatan komunitas. Jumlah penduduk yang berusia di bawah 27 tahun hampir setengah total penduduk dunia. Kebutuhan mereka harus terakomodasi agar tidak membebani angka kemiskinan.