JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Kota Jakarta Utara terus memantau area-area rawan rob agar ketinggian limpasan air bisa ditekan. Sejauh ini, dampak pasang air laut masih bisa dikendalikan. Penggunaan pompa dan penanggulangan darurat dengan karung-karung berisi pasir masih diandalkan.
Wali Kota Jakarta Utara Syamsuddin Lologau bersama, antara lain, Wakil Wali Kota Jakarta Utara Ali Maulana Hakim, Kepala Suku Dinas Sumber Daya Air Jakarta Utara Santo, Kasudin Lingkungan Hidup Jakarta Utara Slamet Riyadi, Camat Penjaringan M Andri, serta Lurah Pluit Yoel Sibarani meninjau penanganan rob di kawasan Muara Angke, Pluit, Penjaringan, Rabu (23/1/2019). Menurut Syamsuddin, dampak rob masih dalam tahap terkendali.
”Kami melihat rob saat ini tidak terlalu mengancam, jadi imbauan kami umum saja untuk masyarakat. Salah satunya selamatkan barang-barang yang ada,” ucap Syamsuddin di Muara Angke. Untuk memastikan keamanan penduduk di sana, ia juga memantau pemasangan pompa dan karung pasir oleh ”pasukan biru” Dinas SDA.
Warga RT 006 RW 022 Pluit, Madi (46), mengatakan, air rob di depan rumahnya hari Rabu ini sudah tidak setinggi pada Selasa (22/1/2019). Waktu itu, air sempat menggenang di rumahnya hingga sekitar 2 sentimeter dari muka lantai, padahal rumah tinggalnya sudah ditinggikan 80 cm dari muka tanah. Di hari Rabu, air sudah tidak masuk lagi ke rumahnya.
Madi sudah terbiasa dengan rob setiap tahun, sejak keluarganya menempati rumah di Muara Angke sekitar tiga tahun lalu. Sebelum ini, rob menerjang pada pergantian tahun lalu, sejak sore hingga malam. Air masuk ke rumahnya setinggi 30 cm dari muka lantai.
”Mengenolkan” rob di Muara Angke, terutama di Blok Empang dan Blok Eceng, amat sulit karena rumah-rumah penduduk di sana berdiri di atas pinggir Kali Adem, dengan terlebih dahulu menguruk menggunakan antara lain kulit kerang. Selain itu, material urukan makin ambles sehingga air laut masuk dengan mudah.
Terkait itu, Syamsuddin menuturkan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sedang membahas opsi pemindahan warga di Muara Angke ke rumah susun yang aman dari rob. ”Lokasinya sudah ada, jadi kami mesti terus upayakan pembangunan rumah susun,” katanya.
Namun, Madi enggan untuk pindah. ”Kalau di rumah susun, repot nanti. Kami, kan, kerjanya di laut,” ujar nelayan ini.
Santo mengatakan, selain Muara Angke, pihaknya juga secara khusus memantau pasang laut di daerah Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, sekitar Masjid Al Alam. Di sana, air sempat masuk dengan ketinggian sekitar 10 cm dari muka tanah, tetapi air sudah surut pukul 11.00. Secara keseluruhan, kondisi masih aman.
Pantai utara Jakarta adalah bagian dari tujuh lokasi yang diberi peringatan dini oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika terkait potensi pasang maksimum air laut. Lokasi lain adalah pesisir utara Jawa Tengah, pesisir utara Jawa Timur, pesisir Cilacap (Jawa Tengah), Tanjung Benoa (Bali), Kalimantan Barat, dan Makassar (Sulawesi Selatan).
Fenomena itu dipengaruhi adanya bulan super (supermoon), yaitu kondisi saat Bulan sedang dalam jarak terdekat dari Bumi, disertai bulan purnama. Kepala Bagian Humas BMKG Akhmad Taufan Maulana menyebutkan, peringatan dini itu berlaku pada 19-22 Januari. Untuk saat ini, peringatan dini yang ada terkait pesisir dan laut adalah soal gelombang tinggi, berlaku pada 23-26 Januari.
Tinggi gelombang 1,25 meter-2,5 meter berpeluang terjadi di Laut Jawa bagian barat sehingga mencakup juga perairan di utara daratan Jakarta. Gelombang setinggi itu berpotensi menimbulkan risiko untuk kapal nelayan dan tongkang.
Selain soal gelombang, peluang curah hujan tinggi juga mesti diantisipasi masyarakat. Dari hasil analisis dinamika atmosfer oleh BMKG, massa udara basah mengalir dari Samudra Hindia masuk ke wilayah Jawa, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara Barat, hingga Nusa Tenggara Timur.
Monsun dingin Asia dan suhu muka laut yang hangat di perairan Indonesia juga menyertai kondisi itu, membuat tingkat penguapan dan pertumbuhan awan cukup tinggi.
BMKG mendeteksi pula adanya daerah pertemuan angin yang konsisten dalam beberapa hari terakhir memanjang dari wilayah Sumatera bagian selatan, Laut Jawa, Jawa Timur, Bali, sampai NTB dan NTT. Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat berpotensi menerima guyuran hujan lebat pada 27-30 Januari.
Karena itu, warga Jabodetabek mesti waspada pada potensi dampak curah hujan tinggi ini, seperti banjir, tanah longsor, angin kencang, dan pohon tumbang.