MAKASSAR, KOMPAS — Hingga Rabu (23/1/2019) pagi, evakuasi warga yang terperangkap di lokasi-lokasi banjir di Sulawesi Selatan terus dilakukan. Evakuasi di antaranya dilakukan di sejumlah titik banjir di Kota Makassar, Kabupaten Maros, hingga Jeneponto.
”Kami melakukan evakuasi di beberapa kecamatan di Jeneponto. Evakuasi di lokasi di mana banyak warga terjebak banjir,” kata Hamsidar dari Humas Kantor Basarnas Makassar.
Di Jeneponto, saat banjir menerjang Selasa (22/1/2019), di sejumlah sekolah, puluhan guru dan siswa terperangkap di atap dan lantai dua sekolah. Mereka baru dievakuasi bertahap sejak malam hingga dini hari tadi.
Data Dinas Pendidikan Sulsel menyebut 38 orang, terdiri dari guru dan peserta didik di SMK Negeri 1 Jeneponto yang terjebak di sekolah akibat banjir, berhasil dievakuasi sekitar pukul 21.00 Wita, Selasa.
Mereka terjebak di sekolah hingga sempat harus naik ke lantai dua karena panik saat ketinggian air meningkat saat masih sore.
Selain itu, sebanyak 5 guru dan 15 siswa SMA Negeri 1 Jeneponto juga terjebak di sekolah dan bertahan di lantai dua. Mereka baru dievakuasi pada Rabu dini hari.
Kepala Dinas Pendidikan Sulsel Irman Yasin Limpo berkeliling ke sejumlah sekolah di Makassar, Gowa, dan Jeneponto untuk memantau kondisi sekolah dan siswa.
”Saya meminta pihak sekolah mengamankan arsip sekolah dan meliburkan siswa yang sekolahnya terendam dan tak bisa digunakan untuk proses belajar-mengajar,” katanya.
Evakuasi juga dilakukan di beberapa kecamatan di sepanjang aliran Sungai Jeneberang dan Bendungan Bili-Bili di Kabupaten Gowa. Warga yang dievakuasi kemudian ditempatkan di beberapa posko pengungsian.
Kepala Biro Humas Pemprov Sulsel Devo Khaddafi mengatakan, hingga Rabu pagi, warga yang dievakuasi dan mengungsi sudah mencapai 2.121 jiwa.
”Mereka ditempatkan di sejumlah titik pengungsian, seperti masjid, puskesmas, kantor camat, sekitar pasar, dan tempat aman lainnya,” kata Devo.
Di Makassar, warga di sejumlah perumahan juga dievakuasi. Titik banjir Makassar di antaranya di permukiman padat penduduk di Perumnas Antang, Kodam, dan Paccerakkang.
Terkait elevasi air Bendungan Bili-Bili, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang Teuku Iskandar mengatakan, berangsur turun.
”Menginformasikan untuk status bendungan pada pukul 08.00, elevasi tinggi muka air waduk sudah mulai ada penurunan menjadi 100,91 meter. Status masih batas Siaga. Kami berharap terus menuju ke elevasi normal,” kata Iskandar.
Berdasarkan data tingkatan status dari Bendungan Bili-Bili, kondisi normal adalah saat tinggi muka air mencapai elevasi 99,5 meter. Adapun status pemantau yakni 99,64 meter. Status Waspada jika elevasi di atas 100 meter. Sementara status Siaga ditetapkan saat elevasi di atas 101 meter. Status batas Awas adalah saat elevasi di atas 103 meter atau batas maksimal ketinggian bendungan.