PALANGKARAYA, KOMPAS – Kerusakan kawasan hidrologis gambut terus terjadi. Di Kolam, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, sekitar 34 hektar lahan gambut diduga dibuka untuk perkebunan sawit. Sebanyak tiga kanal dengan panjang mencapai dua kilometer dengan lebar sekitar empat meter sudah dibuka.
Direktur Save Our Borneo (SOB) Safrudin Mahendra mengungkapkan, lokasi pembukaan lahan ada di wilayah Kolam kilometer 15, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Saat ke lokasi beberapa alat berat masih bekerja.
“Saat kami bertanya ke penjaga dan pekerja di sana, (lahan) itu untuk kelompok tani di sekitar.Kami menemukan ada alat berat yang tenggelam. Itu membuktikan kalau areal tersebut adalah gambut dalam,” ungkap Safrudin saat dihubungi dari Palagkaraya, Rabu (23/1/2019).
Safrudin mengungkapkan, kedalaman gambut di area itu mencapai tiga sampai empat meter. Pihaknya melaporkan hal tersebut ke Badan Restorasi Gambut (BRG) RI.
“Saat kami periksa kawasan tersebut adalah kawasan hutan produksi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 529 Tahun 2012,” ungkap Safrudin.
Menanggapi hal itu, Kepala Sub-Kelompok Kerja Bagian Resolusi Konflik dan Pengaduan Eko Novi mengungkapkan, pihaknya sudah ke lokasi dan memastikan jika wilayah yang dibuka adalah kawasan hidrologis gambut (KHG). Berdasarkan Surat Edaran (SE) Menteri Lingungan Hidup dan Kehutanan (LHK) pada 2015, pemerintah melarang pembukaan lahan pada KHG.
“Saat ini akses ke lokasi semakin sulit karena banjir, wilayah itu juga dikelilingi oleh rawa gambut,” ungkap Eko.
Eko menjelaskan, pihaknya juga sudah membuat laporan ke KLHK agar ditindaklanjuti. Ia berharap, proses pembukaan lahan tersebut dihentikan.
“Kami sudah menyurati beberapa pihak mulai dari pemerintah daerah sampai ke pusat agar itu bisa ditindaklanjuti, harusnya komitmen daerah sudah jelas untuk menjaga gambut,” ungkap Eko.
Catatan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalteng, di kawasan tersebut kerap terjadi kebakaran hutan dan lahan. Sedikitnya, ada 420 titik panas yang ditemukan selama Januari sampai Februari 2018 lalu.
“Kami selalu menduga setiap ada kebakaran masif pasti ada pembukaan lahan, dan itu kemudian ditanami sawit. Ternyata dugaan ini benar, di lokasi juga mulai ditanami sawit,” ungkap Direktur Walhi Kalteng Dimas Novian Hartono.
Kami selalu menduga setiap ada kebakaran masif pasti ada pembukaan lahan, dan itu kemudian ditanami sawit. Ternyata dugaan ini benar, di lokasi juga mulai ditanami sawit
Dimas mengungkapkan, pihaknya menduga ada koorporasi yang mendukung kegiatan tersebut. Menurutnya, kawasan yang akan dibuka mencapai 15.000 hektar, sebagian yang dibuka ada di kawasan dengan fungsi lindung.
“Ini tindakan korporasi memanfaatkan kelompok tani untuk mendukung kerja produksi. Kelompok tani tidak bisa membuka lahan begitu besar dengan bantuan alat berat begitu banyak,” ungkap Dimas.
Meskipun demikian, baik Walhi maupun SOB belum mengetahui perusahaan mana yang diduga melakukan hal itu. Ia menduga, bibit-bibit yang diberikan juga berasal dari perusahaan perkebunan sawit.
Beberapa dampak yang sudah dirasakan, tambah Dimas, adalah kebakaran hutan dan lahan juga banjir. “Kami berharap pemerintah segera menindaklanjuti dan menelusuri peristiwa ini. Bagaimanapun, KHG harus dijaga karena sangat memengaruhi perubahan iklim,” katanya.