Ditinggalkan dua pemain senior, Liliyana Natsir dan Debby Susanto, nomor ganda campuran diharapkan segera melahirkan bintang baru.
JAKARTA, KOMPAS Turnamen Daihatsu Indonesia Masters menjadi turnamen terakhir bagi dua pemain ganda campuran, Liliyana ”Butet” Natsir dan Debby Susanto. Tanpa dua pemain senior tersebut, Pelatnas Cipayung ditantang untuk menelurkan bintang baru.
Bermain di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, untuk terakhir kalinya, Selasa (22/1/2019) malam, Butet dan Debby memperoleh hasil berbeda. Butet meneruskan langkahnya ke babak kedua, sedangkan Debby harus mengakhiri perjalanannya dengan cepat.
Berpasangan dengan Tontowi Ahmad, Butet mengalahkan Pranaav Jerry Chopra/Reddy N Sikki (India), 21-15, 21-15. Mereka akan melawan rekan sepelatnas, Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja, pada babak kedua. Adapun Ronald/Debby harus mengakui keunggulan Mark Lamsfuss/Isabel Herttrich (Jerman), 15-21, 13-21.
Debby (29), yang hadir dalam konferensi pers seorang diri, menyesalkan hasil yang diperoleh pada laga terakhirnya. Namun, dia bersyukur dengan semua hasil yang diperoleh selama 17 tahun bermain bulu tangkis. Bersama Praveen Jordan, Debby menjuarai turnamen klasik, All England 2016.
Setelah prestasi bersama Praveen menurun, Debby ditugaskan mengangkat kemampuan dan pengalaman pemain muda. Pada 2018, dia berpasangan dengan Ricky Karanda Suwardi dan Rinov Rivaldy. Pada awal 2019, Debby berpasangan dengan Owi di Malaysia Masters dan Ronald di Indonesia Masters.
”Setelah pensiun, saya akan fokus pada keluarga. Saya sudah menikah, tetapi rasanya seperti rumah tangga-rumah tanggaan karena setiap hari harus berpikir latihan, makan, istirahat. Jadi, jika saat ini ditanya apakah akan membantu bulu tangkis dengan menjadi pelatih atau asisten pelatih, saya belum tahu,” tutur Debby.
Terwujud
Debby, yang meraih perunggu Asian Games Incheon 2014 bersama Praveen, menyesal tidak bisa meraih medali pada Olimpiade. Dia pun berharap ”adik-adiknya” di pelatnas bisa mewujudkan itu.
”Setelah Cik Butet pensiun, tidak akan ada lagi Owi/Butet. Harus ada nama baru di ganda campuran. Apalagi, pemain di bawah Cik Butet sebenarnya tidak terlalu muda lagi. Sudah seharusnya mereka menjadi andalan saat ini,” ujar Debby.
Di bawah Butet dan Debby, ganda campuran memiliki Hafiz (24)/Gloria (25) dan Praveen (24)/Melati Daeva Oktavianti (24), yang diprioritaskan lolos ke Olimpiade Tokyo 2020.
Namun, penampilan mereka belum konsisten saat bersaing dengan pasangan papan atas. Padahal, pasangan China yang lebih muda dari mereka, Zheng Siwei (21)/Huang Yaqiong (24), mampu menjuarai sembilan turnamen pada 2018.
Butet, seperti yang dia sampaikan pada konferensi pers menjelang Indonesia Masters, juga berharap munculnya bintang baru di ganda campuran.
”Zheng Siwei/Yaqiong terlalu dominan. Pemain Indonesia harus muncul untuk mengimbangi mereka,” kata Butet.
Debby juga menyoroti perilaku para penerusnya dalam kehidupan sehari-hari di pelatnas. ”Sebenarnya mereka punya motivasi, tetapi kurang dalam penerapan.
Mereka seharusnya tahu kebutuhan masing-masing dan di saat merasa masih kurang, seharusnya bisa menambah latihan sendiri,” ujarnya.
Gloria, yang ditanya kesiapannya, mengatakan, dirinya berusaha mewujudkan target tahap demi tahap. ”Masuk dulu peringkat 10 besar, lalu lima besar. Saya akan berusaha,” kata Gloria yang bersama Hafiz berada di peringkat ke-14 saat ini. (IYA)