Pemberantasan sarang nyamuk digalakkan di daerah-daerah. Upaya membasmi nyamuk sejak jentik dinilai paling efektif untuk mencegah dan mengatasi demam berdarah dengue
KEDIRI, KOMPAS Untuk mengatasi merebaknya kasus demam berdarah dengue, sejumlah daerah mengintensifkan pemberantasan sarang nyamuk. Meski dinilai efektif dan diperkenalkan puluhan tahun lalu, upaya ini belum dilakukan rutin.
Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, Jawa Timur, mengimbau warga terus melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) Aedes aegypti, pembawa virus dengue. Dinkes dan puskesmas juga melakukan pengasapan pada lebih dari 100 titik yang ada penderita demam berdarah dengue (DBD) dan memiliki potensi penularan.
PSN dilakukan dengan cara menutup atau menguras bak air serta mendaur ulang barang bekas yang bisa menampung air. Cara ini beserta sejumlah cara lain diperkenalkan ke masyarakat sejak tahun 1990-an.
Menurut Kepala Seksi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Dinkes Kabupaten Kediri Nur Munawaroh, Selasa (22/1/2019), selain warga, PSN juga melibatkan siswa sekolah.
Pelibatan siswa sebagai juru pemantau jentik (jumantik) dalam Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik dilakukan sejak 2018 di Kediri. Ada 10 kecamatan yang ditunjuk sebagai proyek percontohan kegiatan ini.
Kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan dari jentik nyamuk dinilai masih kurang. Angka bebas jentik nyamuk di sejumlah wilayah di Kediri masih rendah. Munawaroh mengatakan, di satu daerah di Kecamatan Kandat, angka bebas jentik 45 persen. Artinya, dari 100 rumah hanya ada 45 rumah bebas jentik.
Selasa, korban meninggal akibat DBD di Kediri bertambah 1 menjadi 10 orang. Saat ini ada 428 pasien DBD. Rinciannya, 173 positif demam berdarah dan 255 terduga (suspect).
Menurut Munawaroh, pihaknya telah menggelar rapat koordinasi bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Dinkes Provinsi Jawa Timur, dan puskesmas di wilayah Kediri. Hasil rapat antara lain menekankan agar PSN terus digalakkan karena dinilai lebih efektif ketimbang pengasapan.
Kemenkes juga akan melakukan penelitian di Kediri. ”Akan diteliti kenapa jumlah kematian lebih banyak dibandingkan daerah lain,” ucapnya.
Tingkatkan PSN
Dalam siaran pers, Kemenkes melalui Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit telah mengirimkan surat edaran kepada semua kepala dinas kesehatan provinsi untuk siaga menghadapi kasus DBD. Setiap daerah diimbau untuk meningkatkan sosialisasi dan edukasi dalam PSN.
Data Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes menyebutkan, distribusi terduga DBD sejak minggu pertama 2018 hingga minggu pertama 2019 tertinggi ada di Jawa Timur dengan jumlah terduga DBD 700 orang, diikuti Jawa Tengah 512 orang, dan Jawa Barat 401 orang. Terduga DBD artinya belum tentu positif DBD, tetapi harus diwaspadai oleh masyarakat dan pemerintah.
Terkait pencegahan DBD, Kepala Dinkes Kabupaten Sragen Hargiyanto menyatakan, upaya PSN terus diintensifkan di desa-desa. ”Semua cara ditempuh, pengasapan dan PSN. Namun, pemberantasan DBD paling efektif dengan PSN,” katanya di Sragen, Jawa Tengah.
Puskesmas-puskesmas menyediakan bubuk abate (larvasida) untuk membasmi jentik nyamuk di bak penampungan air milik warga yang tidak bisa dikuras pada saat PSN.
Sejak 1 Januari 2019 hingga Senin (21/1), tercatat 389 kasus DBD, 3 orang di antaranya meninggal. Menurut Hargiyanto, terkait jumlah kasus DBD, Dinkes Sragen akan melakukan verifikasi data untuk memilah kasus DBD positif dengan terduga DBD sehingga data lebih akurat. ”Kami akan verifikasi data dalam 2-3 har ini,” katanya.
Enggan jadi jumantik
Di tengah merebaknya DBD, banyak warga di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, masih enggan menjadi jumantik di rumah atau lingkungannya.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Kabupaten Temanggung Sri Hartati mengatakan, Pemprov Jateng sudah meminta agar di semua kota/kabupaten dibentuk satu jumantik per rumah.
Setiap puskesmas sudah menggerakkan para kader membina warga untuk menjadi jumantik. Namun, permintaan satu jumantik per rumah masih sulit dipenuhi.
Menurut Sri, perlu ada aturan lebih tegas untuk mendorong pertumbuhan jumantik di desa-desa. ”Kami akan mengusulkan agar keberadaan satu jumantik di setiap rumah ditetapkan menjadi peraturan, misalnya dituangkan dalam surat edaran bupati,” ujarnya.
Puskesmas Kranggan, Temanggung, berinisiatif melibatkan para pelajar yang tergabung di Pramuka Saka Bakti Husada untuk menjadi jumantik. Dari puluhan sekolah, hingga saat ini yang merespons baru Ponpes Modern Assalaam.
Sementara itu, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, melakukan pemetaan daerah endemis DBD. Hasilnya akan menjadi bahan bagi petugas untuk mencegah merebaknya DBD.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Cirebon Nanang Ruhyana mengatakan, ada 3 dari 40 kecamatan yang tergolong endemis, yakni Depok, Gebang, dan Plumbon.
Di Provinsi Lampung, untuk mengantisipasi merebaknya DBD, dinkes membagikan abate untuk mencegah jentik nyamuk di penampungan air.
Hal itu dikatakan Kepala Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Dinkes Provinsi Lampung Asih Hendrastuti. Larvasida dan obat untuk pengasapan telah didistribusikan ke 15 kabupaten/kota sejak Agustus 2018.
Di Kota Bandung, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Bandung Rosye Arosdiani Apip mengatakan, masyarakat bisa mengajukan layanan pengasapan nyamuk gratis ke puskesmas. ”Syaratnya harus ada laporan surat keterangan dari rumah sakit terkait keberadaan pasien DBD,” kata Rosye.(WER/RWN/EGI/VIO/SEM/ IKI/ATK)