GOWA, KOMPAS — Menurunnya intensitas hujan pada Kamis (24/1/2019) membuat sejumlah titik banjir di Kota Makassar dan Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, mulai surut. Hal itu mendukung kelancaran proses evakuasi korban di sejumlah lokasi bencana.
Sebelumnya, hujan deras di sejumlah wilayah Sulawesi Selatan memicu bencana banjir dan tanah longsor yang menimpa 53 kecamatan di 10 kabupaten/kota pada Selasa (22/1/2019).
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gowa Muhammad Arfah, Kamis, mengatakan, pihaknya kini meningkatkan koordinasi dengan masyarakat untuk mempercepat proses evakuasi.
”Cuaca yang baik membantu proses evakuasi. Koordinasi dengan pemerintah daerah dan masyarakat kami tingkatkan untuk mempercepat proses evakuasi,” kata Arfah di Kantor Bupati Gowa.
Hingga pukul 13.00 Wita, data Posko Induk Siaga Bencana di Kantor Bupati Gowa mencatat total pengungsi di Kabupaten Gowa 3.534 orang. Sebanyak 12 orang masih dilaporkan hilang, sementara 12 orang dilaporkan meninggal. Adapun 45 orang masih mendapatkan perawatan intensif.
Berdasarkan data BPBD Sulawesi Selatan, total korban meninggal akibat bencana banjir dan longsor mencapai 26 orang. Sebanyak 2.024 rumah terendam banjir, 5 rumah tertimbun tanah longsor, dan 9 jembatan rusak.
Di Kabupaten Gowa, jumlah pengungsi mencapai 3.534 orang. Arfah mengatakan, sulitnya medan menjadi kendala evakuasi karena wilayah terdampak bencana terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi. Pasar Minasa Maupa menjadi posko pengungsi dengan jumlah pengungsi terbanyak, yakni mencapai 600 orang.
Enggan dievakuasi
Meskipun air setinggi lebih dari 1 meter masih menggenangi permukiman di Perumnas Antang, Blok 10, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, banyak warga setempat masih enggan untuk meninggalkan rumah.
Mayoritas warga yang enggan dievakuasi memiliki rumah bertingkat. Salah satunya Rony Sulaeman (44), warga Jalan Manggala Dalam 11, RT 005 RW 008, Perumnas Antang.
Dia beserta istri dan dua anaknya memilih untuk tetap bertahan di rumah mereka untuk menjaga barang dan surat berharga. Aktivitas rumah tangga di dalam rumahnya banyak dilakukan di lantai dua.
Rony yakin air yang menggenangi permukiman tempat dia tinggal akan segera surut. ”Apabila dalam dua hari saja hujan tidak turun, saya yakin seluruh air akan surut,” kata Rony.
Sementara Lastmi (39), warga Jalan Manggala Dalam 9, RT 003 RW 008, Perumnas Antang, menuturkan, dalam tiga tahun terakhir banjir memang kerap terjadi di wilayah perumahan itu setiap awal tahun. Tetapi, menurut dia, situasi banjir tahun ini merupakan yang terparah.
”Biasanya mobil saya tidak sampai terendam,” ujar Lastmi sambil menunjuk Suzuki Carry miliknya yang terendam hingga batas tangki bensin.