JAKARTA, KOMPAS — Gelar juara yang diperoleh tunggal putri Indonesia, Fitriani, pada turnamen Thailand Masters memotivasi Gregoria Mariska Tunjung untuk tampil lebih baik. Gregoria bertekad meraih gelar juara seperti yang didapat Fitriani.
”Di pelatnas utama PBSI sekarang hanya ada tiga atlet tunggal putri, yaitu Fitriani, Ruselli Hartawan, dan saya. Selama ini kami bermain imbang, belum ada yang wah. Dengan kemenangan Fitriani, ini memotivasi Ruselli dan saya untuk tampil lebih baik lagi,” ujar Gregoria, pemain tunggal putri berperingkat ke-14 dunia itu.
Sepanjang karier bulu tangkisnya, Gregoria mengemas hasil terbaik menjadi juara di Finlandia pada awal 2018. Dalam final turnamen dengan level International Challenge itu, Gregoria berhasil bermain lebih baik daripada rekan senegara, yaitu Ruselli, 21-7, 21-13.
Gregoria memasang target tahun ini untuk dapat meningkatkan peringkat dunia. Oleh karena itu, dia berharap bisa menyusul Fitriani untuk merebut gelar di turnamen bulu tangkis BWF World Tour sehingga poin peringkatnya bertambah.
Namun, dalam turnamen Indonesia Masters 2019, langkah Gregoria terhenti lebih cepat. Pada pertandingan babak kedua yang berlangsung di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (24/1/2019), dia takluk dari unggulan kedua kejuaraan, Pusarla V Sindhu (India), 21-23, 7-21.
Gregoria menuturkan, dirinya kesulitan mengimbangi kecepatan gerakan Sindhu. ”Selain itu, pada gim kedua Sindhu juga mengubah pola permainan. Dari yang awalnya bermain di depan net, dia lebih berani membawa lari bola. Sindhu bermain lebih percaya diri. Sementara saya tidak bisa mengeluarkan permainan terbaik,” katanya.
Itu merupakan kekalahan kelima Gregoria dari Sindhu. Terakhir kali Gregoria harus menyerah dari Sindhu pada babak kedua Asian Games Jakarta-Palembang 2018. Tampil di hadapan publik Indonesia, ketika itu Gregoria kalah 12-21, 15-21.
Pemain berusia 19 tahun itu menuturkan, banyak hal yang harus dipelajari dari pemain-pemain dengan peringkat di atasnya. ”Saya harus membandingkan diri saya dengan pemain-pemain di atas. Banyak hal yang harus saya kerjakan. Itu tidak gampang,” ujar juara dunia yunior 2017 itu.
Seperti Gregoria, Ruselli juga terhenti pada babak kedua. Dia dikalahkan Chen Xiaoxin (China), 21-17, 15-21, 13-21. Meski kembali kalah, Ruselli bisa memperbaiki penampilannya dibandingkan dengan dua kekalahan sebelumnya dari Chen. Dalam turnamen Hong Kong Terbuka dan Kejuaraan Beregu Asia 2018, dia kalah, masing-masing dalam dua gim.
Tunggal putri pun tinggal menyisakan Fitriani yang akan melawan unggulan kedelapan, Saina Nehwal (India), pada Kamis malam.
Kalah start
Kekalahan juga dialami ganda campuran Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti. Ganda Indonesia berperingkat ke-15 dunia itu ditaklukkan pasangan nomor satu dunia asal China, Zheng Siwei/Huang Yaqiong, 16-21, 12-21. Praveen/Melati juga kalah dua gim pada dua pertemuan sebelumnya, yaitu di Denmark Terbuka dan Malaysia Masters 2018.
”Kami kalah sejak awal. Mereka langsung menekan dan kami tidak bisa membalikkan kondisi itu sampai selesai. Apalagi, Zheng/Huang jarang membuat kesalahan. Pemain-pemain China pada umumnya punya kecepatan dan kekuatan, tetapi Zheng/Huang punya kelebihan jarang membuat kesalahan,” kata Praveen.