Maskapai AS Meniru Indonesia
Seiring kemerosotan harga minyak, kebutuhan pilot helikopter untuk transportasi dari dan ke anjungan pengeboran menyusut. Padahal, helikopter untuk layanan itu paling banyak menyerap para mantan pilot helikopter tempur Amerika Serikat.
Namun, bukan berarti para mantan pilot militer AS kehilangan kesempatan setelah masa tugas selesai. Kini, mereka punya lapangan pekerjaan baru, yakni menjadi pilot maskapai dan menerbangkan pesawat komersial.
Shaun Perez (38) salah seorang mantan pilot helikopter tempur yang melakoni karier seperti itu. Selama ditugaskan di Afghanistan, ia punya dua kegiatan utama, yaitu operasi dan latihan. Setiap hari, ia rata-rata terbang 10 jam.
Selesai bertugas, Perez berlatih menggunakan simulator. Ia harus membayar 20.000 dollar AS untuk latihan itu. Meskipun mahal, ia tetap melakoni karena latihan itu penting bagi masa depannya.
Rangkaian latihan itu membantunya lolos seleksi pesawat penumpang komersial pada 2017. Kini, ia menjadi pilot United Express, anak perusahaan United Airlines yang khusus melayani penerbangan regional.
Maskapai-maskapai AS menawarkan hingga 50.000 dollar AS sebagai pengganti biaya latihan kepada orang seperti Perez. Ada pula tambahan bonus di awal masa kerja. Salah satu maskapai AS, Trans State Airlines, menawarkan Perez 38.000 dollar AS sebagai pengganti biaya latihan.
Tawaran tersebut tidak segera diambilnya. Beberapa bulan kemudian, ia sudah bekerja di maskapai dan menerbangkan pesawat berkapasitas 50 penumpang.
Biaya pelatihan pilot memang mahal. ”Jika Anda harus membayar 100.000 dollar AS, Anda akan mendapat pekerjaan yang penghasilannya cukup untuk segera mengembalikan (biaya pelatihan), bahkan lebih,” ujar Perez yang kini mendapat 3.200 dollar AS per bulan.
Ia berpeluang mendapat bayaran lebih tinggi jika pindah ke maskapai lebih besar dan menerbangkan pesawat lebih besar. Peluang itu terbuka selama ia masih terus berlatih.
Pilot maskapai regional AS, Envoy, bisa mendapat sedikitnya 60.000 dollar AS per tahun. Mereka berpeluang terus naik pangkat dan gaji. Di maskapai lainnya, American, gaji tertinggi bisa melebihi 300.000 dollar AS per tahun.
Lebih mudah
Bagi maskapai, merekrut mantan pilot tempur lebih mudah dibandingkan merekrut pilot sipil. Setiap pilot tempur hanya diwajibkan menambah latihan 750 jam terbang dalam 90 hari sebelum dapat izin terbang.
Sementara calon pilot dari jalur sipil harus punya 1.500 jam terbang. Pilot sipil membutuhkan hingga 100.000 dollar AS untuk biaya pelatihan dan waktu bertahun-tahun sebelum dapat izin.
Otoritas penerbangan AS, FAA, mengetatkan aturan. Sejak 2013, calon pilot harus punya 1.500 jam terbang sebelum mendapat izin terbang. Untuk bisa menjadi pilot pesawat, yang terbang lima kali lebih cepat dari helikopter dan memiliki lebih banyak tombol kendali, mantan pilot helikopter harus memenuhi standar pilot pesawat FAA. Bagi Perez, itu relatif mudah.
”Kami sering menembak ke darat, melewati banyak misi sulit. Namun, kami berkhidmat dan bekerja keras begitu masuk kokpit (pesawat),” ujarnya.
”Kami mendadak menemukan solusi tercepat untuk kekurangan pilot,” kata mantan pilot tentara yang menjadi pilot komersial, Erik Sabiston.
Ia mendirikan Rotary to Airline Group pada 2017 untuk membantu pilot helikopter beralih menjadi pilot pesawat. Organisasi itu kini beranggotakan 7.000 pilot dan teknisi, juga membantu maskapai membuat program peralihan pilot helikopter menjadi pilot pesawat.
Salah satu maskapai AS, Envoy, menyebut kini seperempat dari 701 pilot yang direkrut pada 2018 adalah mantan pilot helikopter tempur. Jumlahnya melonjak dari 11 persen pada 2017 dan 6 persen pada 2016.
Di 2019, Envoy berencana merekrut 626 pilot dengan sedikitnya seperempat atau lebih diharapkan dari mantan pilot helikopter. ”Ini sumber pilot yang belum pernah diperhatikan sebelumnya,” kata petugas bagian perekrutan pilot Envoy, Megan Liotta.
Mantan pilot helikopter militer secara umum mudah beradaptasi pada perbedaan kecepatan dan papan kendali jet. Mereka juga punya catatan lebih baik soal pendaratan dibandingkan pilot dari jalur lain.
”Mereka (para mantan pilot militer) dilatih untuk berpikir sesuai keadaan dan sangat beradaptasi,” kata David Tatum, perekrut di maskapai American.
Maskapai-maskapai AS mengikuti yang pernah dilakukan sejumlah maskapai Indonesia. Di masa lalu, karena kekurangan pilot, maskapai-maskapai Indonesia memakai pilot-pilot TNI untuk pesawat komersial. Maskapai senang karena dapat pilot, sementara pilot senang karena jam terbang bertambah. (REUTERS)