Di saat banyak pemerintah daerah masih menanti aturan pemerintah pusat terkait pendidikan mitigasi bencana, para siswa di SMA Negeri 78 Jakarta justru berinisiatif memasukkan materi itu ke dalam kegiatan sehari-hari di sekolah. Melalui gerakan Pramuka dan pembelajaran di kelas, mereka mempelajari dan mempraktikkan mitigasi atau pengurangan risiko bencana.
Pada Sabtu (26/1/2019), sekolah yang terletak di Rawabelong, Jakarta Barat, itu akan merayakan hari jadi ke-44. Biasanya, rangkaian kegiatan menuju syukuran ulang tahun sekolah diadakan melalui berbagai lomba dan bakti sosial.
”Tahun ini kami memutuskan memulai pendidikan mitigasi bencana,” kata Ketua OSIS SMAN 78 Jakarta M Ravi Ramadhan saat ditemui di Jakarta, Rabu (23/1/2019).
Siswa kelas XI itu menjelaskan, selama ini pengenalan mitigasi bencana dilakukan melalui ekstrakurikuler Pramuka. Akan tetapi, materi yang dibahas baru seputar risiko kebakaran karena bencana tersebut lumrah terjadi di Jakarta.
”Setelah kejadian gempa di Lombok, Palu, dan Pandeglang, kami menyadari bahwa masyarakat belum siap menghadapi bencana alam. Mayoritas warga tidak mengetahui penyebab bencana alam dan cara beradaptasi dengan wilayah yang secara alamiah sudah memiliki risiko gempa, tsunami, dan bencana alam lain,” kata Ravi.
Setelah kejadian gempa di Lombok, Palu, dan Pandeglang, kami menyadari bahwa masyarakat belum siap menghadapi bencana alam.
Para siswa kemudian berembuk dan memutuskan sudah saatnya ada pendidikan mitigasi bencana di sekolah. Mereka berkonsultasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana untuk mencari tahu informasi mengenai berbagai jenis bencana dan mitigasinya. Mereka juga menyebarkan informasi tentang niat mengadakan pendidikan itu kepada komite sekolah dan ikatan alumni. Harapannya, ada yang bisa membantu mediasi dengan para pakar di bidang pendidikan mitigasi.
Gayung bersambut, alumnus SMAN 78 Jakarta, Aulia Wijiasih, yang bekerja di Satuan Tugas Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memiliki jaringan dengan U-Inspire, sebuah komunitas yang terdiri dari anak muda dan profesional dari berbagai bidang. Salah satu agenda kelompok tersebut adalah mengadvokasi kesadaran mitigasi bencana ke masyarakat, terutama siswa dan mahasiswa.
”Selain melakukan simulasi evakuasi ketika terjadi bencana, lebih penting lagi bagi seluruh warga sekolah adalah memiliki persepsi mitigasi yang baik. Hal itu berarti mereka peduli untuk menjaga lingkungan dan mengenal risiko bencana di wilayah masing-masing,” ujar Aulia.
Selain melakukan simulasi evakuasi ketika terjadi bencana, lebih penting lagi bagi seluruh warga sekolah adalah memiliki persepsi mitigasi yang baik.
Pemetaan
Pada Rabu pagi, para siswa sekolah itu berkumpul di aula guna melaksanakan simulasi evakuasi apabila terjadi gempa bumi. Kegiatan itu dipandu Meliza Rafdiana dari U-Inspire. Sebelum simulasi dilakukan, para siswa diajar melakukan pemetaan sekolah, termasuk ruang kelas.
Mereka diajak mengamati benda-benda yang ada di dalam kelas, jumlah jendela dan pintu, serta susunan meja dan kursi. Dari situ, siswa berunding untuk menyusun metode evakuasi yang sesuai dengan kondisi di tiap-tiap kelas.
Selanjutnya, mereka berkumpul di pekarangan sekolah. Di sini, mereka menganalisis titik-titik rawan, misalnya pojok yang diapit gedung-gedung tinggi ataupun pepohonan sehingga berbahaya untuk dijadikan tempat berkumpul.
Siswa kemudian mencari jalur evakuasi di wilayah sekitarnya. Seperti mayoritas sekolah di kota besar, SMAN 78 Jakarta terletak di daerah padat penduduk. Sekolah tersebut diapit dua jalanan yang selalu mengalami kemacetan lalu-lintas. Oleh karena itu, para siswa menganalisis rute evakuasi yang dinilai paling baik apabila situasi ramai dan masyarakat sekitar dilanda kepanikan.
Analisis itu tidak bisa selesai dalam sehari. Tujuan pendidikan mitigasi bencana adalah membuka wawasan warga di lingkungan sekolah dan menjadikan kesadaran mitigasi tersebut sebagai landasan dalam pembuatan aturan di sekolah, mulai dari pembangunan gedung baru sampai dengan penataan ruang.
Mata pelajaran
Rencananya, pelatihan simulasi evakuasi dilakukan secara rutin setiap bulan sebagai bagian dari kegiatan Pramuka. Adapun pendalaman konsep mitigasi bencana akan dilakukan melalui mata pelajaran yang diajarkan dalam proses pembelajaran.
Kepala Sekolah SMAN 78 Jakarta Saryono mengatakan, guru-guru juga berdiskusi mengenai cara memasukkan pengetahuan mitigasi bencana ke dalam pembelajaran tanpa harus bergantung kepada buku teks. "Kami juga mengundang pengawas untuk terlibat memantau penanaman kesadaran mitigasi bencana di sekolah," ucapnya.