JAKARTA, KOMPAS — Maskapai Garuda Indonesia memperhatikan keinginan masyarakat agar menurunkan harga tiket pesawat. Garuda dan maskapai lainnya kooperatif terhadap Komisi Pengawas Persaingan Usaha yang sedang menginvestigasi dugaan kartel atas harga tiket pesawat.
”Kami sebenarnya sudah dua kali memenuhi panggilan KPPU. Yang pertama saat Garuda dan Sriwijaya melakukan perjanjian kerja sama manajemen. Kemudian kami dipanggil lagi untuk menjelaskan proses penentuan harga tiket, kapan harga itu diterapkan, bagaimana hubungannya dengan maskapai lain, dan sebagainya. Semua sudah kami terangkan, sekarang tinggal menunggu saja keputusan dari KPPU,” kata Direktur Utama Garuda Indonesia (Persero) Tbk I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra di Jakarta, Rabu (23/1/2019).
Penjelasan itu disampaikan Askhara di tengah-tengah acara latihan bersama jajaran direksi Garuda Indonesia dan Citilink Indonesia untuk mitigasi keselamatan bersama dengan siswa-siswi awak kabin di Garuda Indonesia Training Center (GITC).
Askhara menambahkan, Garuda juga telah menurunkan harga tiket pesawat kendati penurunannya bertahap dan diterapkan pada rute tertentu. Garuda juga akan menurunkan harga melalui penjualan tiket promosi secara dalam jaringan dalam rangka ulang tahun Garuda Indonesia Group.
”Ada 1.000 kursi yang kami jual dengan harga 70 persen lebih murah dari harga normal. Penjualan akan dilakukan pada 26-31 Januari untuk rute Denpasar, Yogyakarta, Surabaya, kemudian Aceh, Padang, dan lainnya. Kami juga menjual tiket dengan harga 50 persen untuk tujuan Ambon, Makassar, dan Jayapura. Semuanya kami turunkan (harganya),” katanya.
Askhara menjelaskan, hasil penjualan tiket merupakan pemasukan utama utama bagi semua maskapai. Di Garuda, penghasilan dari penjualan tiket menyumbang 80 persen dari pendapatan. Sementara penghasilan dari pendapatan tambahan hanya 10-30 persen dari total pendapatan tergantung dari setiap maskapai. Penerapan bagasi berbayar di penerbangan berbiaya hemat masuk ke dalam kategori pendapatan dan bisa meningkatkan pendapatan maskapai.
Bagasi berbayar
CEO Citilink Indonesia Juliandra Nurtjahjo mengatakan, Citilink Indonesia telah mendapat persetujuan dari Kementerian Perhubungan untuk menerapkan bagasi berbayar. ”Saat ini kami sedang melakukan sosialisasi kepada penumpang. Penerapan bagasi berbayar mungkin akan dilakukan pada minggu-minggu awal Februari,” kata Juliandra.
Ia menambahkan, Citilink sudah menyiapkan langkah-langkah pelaporan penumpang dengan bagasi berbayar. ”Kami juga menerapkan tidak semua penumpang harus membayar bagasi. Ada yang bebas 10 kilogram. Bagi member Citilink juga mendapat fasilitas khusus,” kata Juliandra.
Juliandra menyampaikan, penerapan bagasi berbayar tidak akan menurunkan minat penumpang menggunakan pesawat. ”Kami menargetkan tahun ini penumpang mencapai 17 juta orang. Pada 2018 kami berhasil mengangkut 15 juta penumpang,” ujarnya. (ARN)