Arab Saudi Pintu Masuk Ekspor Buah ke Afrika Timur
Oleh
HENDRIYO WIDI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Sepanjang 2018, Indonesia mengekspor produk buah dan sayuran ke Arab Saudi dengan nilai transaksi 5,3 juta dollar AS atau Rp 77 miliar. Ke depan, ekspor tersebut akan ditingkatkan dengan memperluas pasar ke Afrika bagian timur.
Wilayah Afrika bagian timur itu antara lain Djibouti, Somalia, dan Sudan. Wilayah itu memiliki pasar yang sangat terbuka bagi produk yang telah lolos pengujian Food and Drug Authority (SFDA) dan Saudi Accreditation and Standardization Organization (SASO).
Kepala Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Jeddah Gunawan, dalam keterangan tertulis yang dikutip Kompas, Minggu (26/1/2019), menyatakan, produk yang didatangkan dari Indonesia itu dibeli perusahaan Arab Saudi Maula Al Dawilah Trading & Co. Produk itu merupakan hasil pertanian dan perkebunan nasional, yang terdiri dari buah naga, durian, pisang, mangga, nangka , sirsak, rambutan, salak, manggis, bawang merang, bawang, putih, dan lain-lain.
"Impor buah dan sayuran khas Indonesia yang dilakukan Maula Al Dawilah Trading & Co ini bertujuan memudahkan masyarakat Indonesia yang tinggal di Arab Saudi untuk mendapatkan produk produk tersebut," kata Gunawan.
Selain itu, Maula Al Dawilah Trading & Co juga mengimpor aneka makanan olahan seperti kerupuk, kacang dan produk olahan kacang, biskuit, aneka kopi, minuman sereal, gula merah, kopi saset, produk mi dan bihun, tepung beras, tepung jagung, kecap sedap, santan cair, buah-buahan kaleng, tuna, serta kedelai.
Maula Al Dawilah Trading & Co mendatangkan buah-buahan dari Indonesia secara rutin sebanyak 3-5 ton setiap minggu atau 130-170 ton setiap tahun. Pengangkutan barang melalui kargo udara dengan proses pengiriman selama dua hari. Sementara untuk produk makanan dan minuman olahan serta buah dan sayur yang tahan lama, pengiriman dilakukan dengan kapal laut, selama 15-20 hari.
“Dari total impor Maula Al Dawilah Trading & Co, sebanyak 70 persen merupakan produk Indonesia. Sedangkan 30 persen sisanya merupakan produk-produk dari Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina,” lanjut Gunawan.
Maula Al Dawilah Trading & Co mempunyai dua gudang besar, Jeddah dan Dammam. Gudang yang berada di Jeddah digunakan untuk memenuhi permintaan produk Indonesia di Arab Saudi bagian barat. Sementara gudang yang terletak di Dammam digunakan untuk memenuhi kebutuhan di bagian timur Arab Saudi.
Konsul Jenderal Republik Indonesia (Konjen RI) Jeddah M Hery Saripudin menambahkan, penetrasi produk Indonesia akan ditingkatkan guna membantu pasokan produk pertanian, perkebunan, dan makanan olahan dari Indonesia. Salah satunya dengan mengajak importir Arab Saudi berpartisipasi pada pameran haji dan umrah di Balai Nusantara KJRI Jeddah pada 24-26 Januari 2019.
Melalui pameran haji dan umrah, importir Arab Saudi akan dipertemukan dengan pengusaha katering Indonesia yang menyuplai makanan dan minuman selama haji.
"Melalui pameran haji dan umrah, importir Arab Saudi akan dipertemukan dengan pengusaha katering Indonesia yang menyuplai makanan dan minuman selama haji. Dengan memasuki pasar haji, importir Arab Saudi tidak hanya memasok ke pasar reguler seperti toko, restoran, dan pasar ritel modern, tetapi juga memasok katering haji yang memiliki konsumen sangat besar," kata Hery.
Hery berharap, Maula Al Dawilah Trading & Co dapat mengembangkan pasar produk Indonesia di wilayah Gulf Cooperation Council (GCC) dan wilayah Afrika bagian timur seperti Djibouti, Somalia, dan Sudan. Wilayah itu memiliki pasar yang sangat terbuka bagi produk yang telah lolos pengujian Food and Drug Authority (SFDA) dan Saudi Accreditation and Standardization Organization (SASO).
“Dengan memperluas pasar, akan semakin meningkatkan ekspor produk-produk Indonesia khususnya buah dan sayur," kata dia.
Sementara, ekspor manggis juga mulai menggeliat tahun ini. Pada 23 Januari 2019, sebanyak 93 ton manggis dari Pandeglang, Banten, diekspor ke China. Direktur Jenderal Holtikultura Kementerian Pertanian Suwandi, dalam keterangan tertulis menyatakan, ekspor manggis sepanjang 2018 tercatat 35 ribu ton. Jumlah itu melonjak signifikan dari tahun 2017 yang hanya 9.000 ton.
“Ke depan, kami akan dorong agar ekspor manggis terus meningkat. Jumlah tanaman harus ditambah, jangan sampai ada lahan tidur,” kata Suwandi. (INSAN ALFAJRI)