JAKARTA, KOMPAS— Calon wakil presiden nomor urut 01 Ma’ruf Amin tidak ingin kekalahan di sejumlah daerah yang dialami pasangannya, Calon Presiden Joko Widodo, saat berkontestasi di Pemilu Presiden 2014, terulang di 2019. Untuk itu, dia intens berkampanye di daerah-daerah tersebut.
Salah satunya di Kalimantan Selatan. Pada Pemilu Presiden 2014, Jokowi kalah tipis dari kompetitornya, Calon Presiden Prabowo Subianto. Saat itu, Jokowi mendapat 939.748 (49,95%) sedangkan Prabowo 941.809 (50,05%).
Berangkat dari hal itu, sejak Kamis (24/1/2019) sore hingga Sabtu (26/1/2019), Ma\'ruf Amin intens berkampanye di Kalimantan Selatan (Kalsel). Dia menghadiri deklarasi dukungan dari Milenial Religius Center, Relawan Santri Borneo, dan Relawan Pengusaha Muda Nasional.
Selain itu, dia sempat memberikan tausiyah di hadapan jamaah Banua Bertabligh dan berziarah ke makam Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, makam Tuan Guru Zainal Ilmi al-Banjari, dan makam KH Zaini Abdul Ghani.
Dalam keterangan tertulisnya, Ma’ruf menargetkan kemenangan di Kalsel. "Kalimantan ini bagian penting, mungkin dulu kan Pak Jokowi kalah di sini, tetapi sekarang harus menang. Ya minimal 60 persen (suara di Pemilu Presiden 2019)," kata Ma\'ruf.
Jika merunut pada hasil Pemilu Presiden 2014, Jokowi yang kala itu berpasangan dengan Jusuf Kalla, tidak hanya kalah di Kalsel. Namun kalah juga di sejumlah provinsi lain, seperti Aceh, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Banten, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo, dan Maluku Utara.
Maka menurut Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Abdul Kadir Karding, Sabtu (26/1/2019), tidak hanya Kalsel yang menjadi target kampanye Ma\'ruf. TKN juga tengah menyiapkan kampanyenya di daerah-daerah lain yang dulu di 2014, dikuasai oleh Prabowo.
Untuk menguasai daerah-daerah itu, tidak hanya bergantung pada sosok Ma\'ruf tetapi juga pada Jokowi, TKN, dan partai-partai politik pengusung Jokowi-Ma\'ruf.
Dia optimistis Jokowi-Ma\'ruf akan bisa membalikkan peta politik di daerah-daerah tersebut pada Pilpres 2019, karena kinerja yang telah ditunjukkan Jokowi selama menjabat Presiden. Selain itu, karena figur Ma\'ruf diterima publik.
Pengamat Politik Universitas Airlangga, Surabaya Airlangga Pribadi Kusman menilai, strategi Ma\'ruf masuk ke basis Prabowo di 2014 merupakan balasan atas masuknya kubu kompetitor, calon presiden-wakil presiden, Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno, ke basis Jokowi-Ma\'ruf di Jawa Tengah.
Seperti diketahui, beberapa waktu lalu, Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi membuat markas pemenangan di Solo, Jawa Tengah. Tak hanya itu, Sandiaga juga intens berkampanye di kota-kota di Jawa Tengah. Selama ini Jawa Tengah dikenal sebagai basis PDI-P, salah satu partai pengusung Jokowi-Ma\'ruf. Selain itu, Solo merupakan kota kelahiran dari Jokowi. Dia pun meniti karirnya di pemerintahan dengan menjadi Wali Kota Solo.
Direktur Pusat Kajian Politik FISIP Universitas Indonesia Aditya Perdana menambahkan, kampanye di basis lawan menandakan bahwa kedua kandidat telah memahami peta politik lawan dengan baik. Hal itu dinilainya sebagai hal yang lumrah, bahkan memang seharusnya dilakukan kandidat jika ingin menang pemilu.