SLEMAN, KOMPAS — Pelaku pelemparan batu terhadap Muhammad Asadulloh Alkhoiri (19), pendukung klub sepak bola PSS Sleman, sudah ditangkap oleh aparat kepolisian. Aksi itu direncanakan para pelaku melalui media sosial.
”Kami melakukan analisis, ada ajakan untuk menghadang penonton (sepak bola). Ada ajakan di grup-grup media sosial yang ini berhasil terungkap. Dari situ, siapa saja yang mengajak ketahuan,” kata Kepala Bidang Humas Polda DIY Ajun Komisaris Besar Yuliyanto, di Sleman, DIY, Jumat (25/1/2019).
Peristiwa pelemparan batu terhadap Asadulloh terjadi pada Sabtu (19/1/2019), sekitar pukul 19.30, di Jalan Yogyakarta-Solo Kilometer 12,5 di wilayah Kalasan, Sleman. Waktu itu, korban baru saja menonton laga persahabatan antara PSS Sleman dan Persis Solo, Sabtu sore, di Stadion Maguwoharjo, Sleman. Laga itu dihelat untuk merayakan keberhasilan PSS Sleman menembus Liga 1 setelah sukses menjuarai Liga 2.
Seusai menyaksikan laga, Asadulloh berboncengan bersama adiknya dengan sepeda motor untuk pulang menuju rumahnya di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Mereka berkendara di belakang rombongan suporter Persis Solo yang juga dalam perjalanan pulang ke Kota Solo, Jawa Tengah.
Namun, ketika Asadulloh mendahului rombongan suporter Persis Solo, di Jalan Yogyakarta-Solo Kilometer 12,5 wilayah Kalasan, Sleman, ia terkena lemparan batu dari arah yang berlawanan. Ia pun terjatuh sehingga menderita luka-luka dan dilarikan ke Rumah Sakit Islam PDHI yang letaknya dekat dengan lokasi kejadian. Lalu, ia dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Sardjito, Sleman. Sekitar pukul 23.40, ia dinyatakan meninggal.
Kepala Polres Sleman Ajun Komisaris Besar Rizky Ferdiansyah mengatakan, pelaku berhasil ditangkap dalam kurun waktu tiga hari seusai peristiwa itu. Ada dua pelaku yang ditetapkan menjadi tersangka dalam kasus tersebut, yakni RC (18) dan DN (18). Mereka merupakan pendukung klub sepak bola PSIM Mataram.
”RC berperan sebagai pelempar batunya, sedangkan DN yang memboncengkan RC dengan sepeda motor,” kata Rizky.
RC mengatakan, sejak awal, mereka sudah berencana menghadang rombongan suporter Persis Solo. Akan tetapi, batu lemparannya justru mengenai Asadulloh yang merupakan pendukung PSS Sleman. Adapun batu yang diambilnya itu berada di sekitar lokasi tempatnya menghadang kedatangan suporter lawan itu.
Selain itu, Rizky menambahkan, ada satu tersangka lain dari peristiwa yang berbeda, yaitu SA (15). Dalam peristiwa itu, SA melemparkan batu untuk memancing korban lain agar mengejarnya. Korban diarahkan agar mengejar SA ke perkampungan di wilayah Dusun Bendan Candisari, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman. Pelaku juga merupakan pendukung klub sepak bola PSIM Mataram.
”Di tempat itu, sudah banyak teman SA yang bersiap mengeroyok korban. Akibat pengeroyokan itu, korban menderita memar di beberapa bagian tubuh. Motif pelaku juga karena suporter fanatik dari klub sepak bola,” kata Rizky.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Sleman Ajun Komisaris Anggaito Hadi mengungkapkan, dua peristiwa itu terjadi dalam waktu yang hampir bersamaan. Saat ini telah ditangkap tujuh orang dari kedua kasus itu. Dari jumlah itu, tiga orang ditetapkan sebagai tersangka, sedangkan empat orang lainnya masih menjadi saksi.
”Kami masih terus mengejar dan masih akan ada penambahan tersangka,” kata Anggaito.
Aryanto (37), paman Asadulloh, mengharapkan agar para pelaku ditindak secara tegas dan diberi hukuman yang setimpal. Keluarga merasa sangat kehilangan Asadulloh yang menjadi korban meninggal dari aksi pelemparan batu itu. Ia menginginkan agar kasus serupa tidak terulang di kemudian hari.
”Semoga kasus ini adalah kasus yang terakhir. Semoga setelah ini tidak ada lagi korban apa pun dari persepakbolaan Indonesia. Cukup keluarga kami, adik kami saja yang menjadi korban,” kata Aryanto.
Aryanto menambahkan, Asadulloh bukan bagian dari suporter fanatik. Korban hanya pencinta sepak bola biasa yang gemar menonton pertandingan secara langsung di stadion. Sewaktu menonton, korban pun tak mengenakan atribut suporter. Ia menyayangkan pertandingan yang berjalan damai dicederai oleh aksi sekelompok oknum suporter lain.
Aryanto (37), paman Asadulloh, mengharapkan agar para pelaku ditindak secara tegas dan diberi hukuman yang setimpal. Keluarga merasa sangat kehilangan Asadulloh yang menjadi korban meninggal dari aksi pelemparan batu itu.
”Adik kami tidak memakai atribut suporter mana pun. Kerusuhan ini bukan kerusuhan suporter. Dalam pertandingan PSS Sleman lawan Persis Solo pun tidak ada keributan. Tetapi, dalam perjalanan pulang, adik kami kena lemparan batu dari orang tidak dikenal,” kata Aryanto.