JAKARTA, KOMPAS - Pada Jumat (26/1/2019), hujan mengguyur Jakarta pagi hingga siang, termasuk Kawasan Pesing Koneng, Kedoya Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Tak ayal, banjir mengenangi kawasan dengan dataran rendah ini, bahkan hingga Sabtu (27/1/2019) siang, air di beberapa tempat masih tergenang.
Warga di kawasan ini bermukim di kawasan dengan menggunakan sistem polder, yaitu daratan yang dikelilingi tanggul. Untuk menghindari banjir, warga mengandalkan operasional mesin air yang digerakkan dengan genset. Persoalannya, mesin penyedot air tak selalu berfungsi seperti yang terjadi pada Jumat. "Kemarin ada masalah dengan generator listrik," kata Abdullah, Camat Kebon Jeruk pada Sabtu (27/1/2019).
Untuk satu Kecamatan Kebon Jeruk dengan luas 1.798,32 hektare, hanya ada satu mesin genset yang siap dioperasikan. Tidak ada cadangan mesin lain jika sewaktu-waktu terjadi masalah pada satu mesin ini.
Pada Jumat sore, mesin genset dari Suku Dinas Sumber Daya Air tiba di Kawasan Pesing Koneng sehingga air banjir setinggi 30-40 sentimeter telah surut di sebagian besar wilayah ini. Tetapi tidak di RT 8 RW 10. Menurut keterangan warga, air baru surut dari jalan depan rumah warga pada malam hari.
Hingga Sabtu siang, air masih menggenang di lapangan tenis Pesing Koneng tepatnya di RT 10 RW 8. Tidak hanya air banjir, sampah-sampah dari selokan juga nampak berserakan di lapangan yang sering digunakan warga sebagai tempat berkumpul ini.
Pada saat banjir tinggi, anak kecil menggunakan lapangan ini untuk bermain layaknya kolam renang. Tak peduli air banjir bersatu dengan sampah juga aliran parit yang berwarna hitam, mereka tetap menikmatinya.
"Sudah biasa banjir di sini, hujan sedikit pasti banjir. Sekarang air hingga sampai kaki saja, dahulu bisa sampai di dada orang dewasa," kata Hayati Nisa (40), warga RT 10 RW 8 yang sedari kecil tinggal di kawasan banjir ini.
Hayati juga mengatakan, walau wilayah lain telah disedot air banjirnya, daerahnya tidak serta merta kering seperti di darah lain. Air masih menggenang karena mereka berada di daerah lebih rendah dari sekitarnya.
Warga biasanya gotong royong membersihkan lapangan jika sudah melewati musim hujan agar bisa digunakan kembali. Tetapi untuk sekarang, tidak dibersihkan karena diduga hujan masih terus mengguyur. Bahkan sampah yang juga menutup aliran keluar air dari lapangan nampak dibiarkan. (SITA NURAZMI MAKHRUFAH)