GOWA, KOMPAS — Aliran bantuan logistik untuk warga terdampak bencana longsor di pelosok Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, mulai lancar. Selain dipikul warga, logistik juga telah dimobilisasi menggunakan sepeda motor dan mobil seiring pulihnya sebagian akses. Pembukaan jalur jalan yang tertimbun longsoran pun terus dikebut.
Minggu (27/1/2019), Jembatan Lemoa di Dusun Lemoa, Desa Pattallikang, Kecamatan Manuju, sudah bisa dilalui sepeda motor. Jembatan tersebut berada di Jalan Poros Bungaya yang menjadi akses utama warga Kecamatan Manuju dan Bungaya ke Makassar, ibu kota Sulsel. Jarak antara Jembatan Lemoa dan Makassar sekitar 42 kilometer.
Pada Senin, mobil sudah bisa melewati jembatan tersebut dengan membawa lebih banyak logistik. Kapasitas kendaraan yang diperbolehkan melewati jembatan paling berat 10 ton. Jembatan bailey itu dibangun sejak Kamis lalu oleh personel Batalyon Zeni Tempur-8/Sakti Mandra Guna Kodam XIV/Hasanuddin dibantu personel dari Kepolisian Daerah Sulsel.
Mulai Minggu, sepeda motor warga dan sukarelawan membantu distribusi logistik dari Jembatan Lemoa ke Bukit Massongko yang berjarak sekitar 2 kilometer. Dari Bukit Massongko ke Dusun Pattiro yang berjarak sekitar 4 kilometer, logistik diangkut menggunakan mobil bak terbuka dan truk. Dusun Pattiro masih merupakan bagian dari Desa Pattalikang.
Sayangnya, angkutan barang terhenti di Pattiro. Selanjutnya, mobilisasi dilanjutkan dengan jalan kaki. Jalanan di Pattiro masih tertutup material yang longsor hingga menimbun lebih dari 20 warga pada Selasa (22/1/2019). Hingga Minggu petang, proses pembukaan akses di Pattiro terus dikebut. Diperkirakan, paling lambat tiga hari lagi jalan di Pattiro sudah bisa ditembus.
Logistik yang dibawa kebanyakan makanan siap saji, makanan bayi, dan air mineral. Logistik itu diambil dari Dusun Lemoa, Pattallikang. Untuk sementara, bantuan ditampung di Lemoa. ”Kami jalan kaki sekitar tiga jam,” kata Iqbal (25), warga Desa Mangempang, yang datang mengambil bantuan di Lemoa.
Koordinasi bantuan
Berdasarkan pantauan di lapangan, bantuan yang disalurkan bagi warga terdampak bencana longsor belum terkoordinasi dengan baik. Bantuan diserahkan langsung oleh pemberi bantuan kepada warga. Akibatnya, penyaluran bantuan tidak merata. Besaran bantuan juga tidak tercatat dengan lengkap.
Aparat gabungan, seperti TNI, Polri, dan Basarnas, berfokus pada pembukaan akses jalan dan pencarian korban. ”Kami tidak tahu tanggap daruratnya mulai kapan dan berakhir kapan,” kata Perwira Seksi Operasi Komando Distrik Militer 1409/Gowa Kapten (Arm) Mahyiddin.
Pada Sabtu lalu, Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat menyinggung tentang pentingnya penetapan status tanggap darurat bencana oleh bupati setempat. Dengan begitu, penanganan lebih terorganisasi.
Sementara itu, pencarian korban longsor di Dusun Pattiro pada Minggu berakhir nihil. Material yang menumpuk masih terlalu tebal. Jumlah korban yang sudah ditemukan di Pattiro sebanyak 12 orang dari total lebih dari 20 orang yang tertimbun. Pencarian akan dilanjutkan Senin.
Berdasarkan data posko induk penanggulangan bencana Pemerintah Kabupaten Gowa, sejak bencana banjir dan longsor melanda pada Selasa, jumlah korban jiwa yang telah ditemukan di kabupaten itu sebanyak 46 jiwa.