JAKARTA, KOMPAS — Lapangan berlumpur memaksa sejumlah pemain sepak bola peserta Liga Kompas Kacang Garuda U-14 untuk sementara mengubur angan mereka meraih poin penuh. Dibutuhkan strategi khusus bertanding di lapangan yang tergenang karena hujan.
Sekolah Sepak Bola (SSB) Buperta Cibubur, Minggu (27/1/2019), harus mengakui keunggulan Bina Taruna pada duel pekan ke-22 Liga Kompas dengan skor tipis 0-1 di Stadion Gelanggang Olahraga Ciracas, Jakarta Timur. Kesebelasan yang diarsiteki Jumhari itu terpaksa mengubur sementara angan mereka untuk merangsek lebih jauh ke papan atas.
Buperta Cibubur menorehkan catatan fenomenal. Mereka belum pernah kalah sejak pekan ke-13. Atas penampilan impresif tersebut, Buperta Cibubur kini bertengger di peringkat ke-4 klasemen sementara Liga Kompas setelah mengoleksi 34 poin.
Kekalahan atas Bina Taruna membuat mereka gagal memangkas poin dengan penghuni peringkat ke-3, Ragunan Soccer School, yang mengumpulkan 38 poin. Padahal, laga itu merupakan momentum Buperta Cibubur menempel ketat Ragunan yang hanya mampu bermain imbang 0-0 menghadapi Kabomania.
Hasil buruk ini membuat Buperta Cibubur mesti waspada dengan kebangkitan Benteng Muda IFA, tim yang menguntit mereka di peringkat ke-5. Benteng Muda IFA sukses memangkas jarak dengan Buperta Cibubur menjadi 2 poin setelah mengemas kemenangan 1-2 atas ASIOP Apacinti.
Jika terpeleset di pertandingan berikutnya, bukan tidak mungkin Benteng Muda IFA akan menyalip Buperta Cibubur.
”Banyak celah di pertahanan Bina Taruna. Kami kalah karena kurang beruntung,” ujar Jumhari.
Kendati cuaca di stadion tidak terik, para pemain dihadapkan pada tantangan menguasai lapangan yang berlumpur akibat hujan. Kondisi lapangan ini membuat Buperta Cibubur ”terpeleset”. Padahal, Buperta Cibubur mampu merepotkan pertahanan Bina Taruna. Lapangan yang becek dan berlumpur menyulitkan pemain kedua kesebelasan dalam melepaskan operan pendek dan mengontrol bola.
Kendati berlumpur dan becek, permukaan lapangan tidak tergenang air. Bola pun dapat melaju. Namun, laju bola tidak dapat diprediksi pemain karena arah dan kecepatannya sering berubah-ubah.
Lumpur dan air juga membuat bola menjadi licin. Faktor ini pula yang membuat kiper Buperta Cibubur gagal menangkap secara sempurna bola hasil sepakan keras Raka Cahyana Rizky.
Buperta Cibubur punya kans menyamakan kedudukan lewat upaya M Rido Julian. Menyambut umpan silang, Rido menyundul bola ke gawang Bina Taruna yang kosong. Namun, bola yang seharusnya masuk justru berhenti akibat lumpur.
”Kondisi lapangan juga membuat saya sulit menggiring bola,” kata Rido seusai laga.
SSB Siaga Pratama juga mesti mengubur sementara hasratnya untuk merangsek ke papan atas. Kesebelasan asal Kecamatan Bojong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, itu dibekap tim juru kunci, Mandiri Selection, dengan skor tipis 0-1.
Meski tergolong tim yang lihai bermain di lapangan tergenang air, Siaga Pratama tak berkutik bertanding di lapangan berlumpur. Di lapangan tergenang air, Siaga Pratama pernah mempermalukan pemuncak klasemen sementara, Salfas Soccer, dengan skor 2-0.
Serangan buntu
Pelatih Siaga Pratama Iwan Darmanto menyampaikan, strateginya tak berjalan lancar di atas lapangan. Iwan meminta para pemain membangun serangan dari sektor sayap. Namun, lapangan berlumpur membuat aliran bola pemain Siaga Pratama mudah dipatahkan. Serangan Siaga Pratama pun berakhir buntu.
Di sisi lain, pemain belakang Mandiri Selection, Rafi Restu Pratama, mengatakan, meski berhasil memutus serangan Siaga Pratama, lapangan berlumpur membuat energi pemain cepat terkuras. ”Perlu upaya dan tenaga lebih bermain di lapangan berlumpur,” ujarnya.
Laga di pekan ke-22 diwarnai beberapa kali benturan dan pemain terpeleset saat menggiring bola. Iwan mengatakan, pemain tak perlu risau bermain di lapangan berlumpur. Ada cara-cara tersendiri untuk menghindarkan pemain dari risiko cedera di lapangan tersebut.
Menurut Iwan, pemain harus segera menjemput bola yang datang kepadanya. Pemain jangan menunggu bola karena peluangnya untuk berbenturan dengan pemain lawan sangat besar.
”Jemput dan kuasai bola sesegera mungkin,” kata Iwan.
Sementara itu, SSB Kabomania punya trik lain untuk unggul di lapangan berlumpur. Kesebelasan asal ”Kota Hujan” itu kemarin mampu meredam permainan agresif Ragunan Soccer School 0-0. Ragunan seperti kehabisan akal membongkar permainan kolektif Kabomania.
Justru Ragunan yang tertekan dengan permainan militan Kabomania di 15 menit terakhir laga. Sederet peluang mampu diciptakan Kabomania, tetapi ketiadaan sosok penyerang murni membuat peluang tersebut menguap sia-sia.
Asisten pelatih Kabomania mengatakan, timnya sudah terbiasa bermain di lapangan berlumpur. Cuaca Kota Bogor dengan intensitas hujan yang tinggi membuat sesi latihan Kabomania digelar di bawah hujan.
”Pemain kami sudah sangat beradaptasi bermain di lapangan berlumpur,” katanya.