JAKARTA, KOMPAS--Latihan maksimal dan teratur serta tidak mengurangi porsi latihan fisik membuat duet pebulu tangkis senior Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan tetap mampu bersaing di level atas. Disiplin latihan dinilai menjadi poin penting yang menentukan hasil di pertandingan.
Tampil pada turnamen Daihatsu Indonesia Masters 2019, Hendra/Ahsan memastikan maju ke final setelah menaklukkan Han Chengkai/Zhou Haodong (China), 21-11, 21-17. Pertandingan diselesaikan hanya dalam waktu 29 menit di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (26/1/2019).
Selanjutnya Hendra/Ahsan akan menjalani final, sesama pemain Indonesia, menghadapi Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon. Pasangan nomor satu dunia ini melaju ke final setelah mengalahkan pasangan Denmark, Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen, 21-19, 21-13.
Bagi Hendra/Ahsan, Indonesia Masters menjadi final pertama mereka di musim ini. Pekan lalu, juara dunia 2013 dan 2014 itu mencapai babak kedua Malaysia Masters.
Saat menjalani turnamen, Hendra (34) dan Ahsan (31) kerap berhadapan dengan lawan yang lebih muda, yang unggul dalam kecepatan dan kekuatan. Adapun Hendra dan Ahsan lebih mengandalkan pengalaman, motivasi, dan kemampuan teknis.
Menurut Ahsan, usia yang tak lagi muda bukan halangan untuk bersaing. ”Katanya, kan, usia itu cuma angka. Yang penting saya menjaga kondisi fisik, tidur cukup, dan minum vitamin,” katanya.
Untuk tetap bersaing di level atas, kata Ahsan, ganda putra Indonesia harus disiplin menjalani latihan. ”Saat berlatih di lapangan, kami tidak mau kalah dengan atlet-atlet muda. Kami mengikuti program latihan dari pelatih, dan kami bahkan tidak mengurangi porsi latihan fisik. Kalau kami mengurangi latihan, kami bisa tertinggal dari mereka,” kata Ahsan.
Hendra mengatakan hal serupa. Menurut dia, usia bukanlah halangan untuk berprestasi. Agar penampilannya tetap maksimal, Hendra menjaga kondisi tubuh dengan rutin berlatih fisik. ”Hal lain yang penting adalah tetap menikmati permainan,” katanya.
Berhadapan dengan Han/ Zhou, yang keduanya berusia 20 tahun, tentu tidak mudah. Mereka mengandalkan permainan cepat dan pukulan yang keras. Han/Zhou juga bermodal juara Perancis Terbuka dan China Masters 2018.
Karena itu, bagi Hendra, kemenangan ini melebihi ekspektasinya mencapai semifinal. Hendra bersyukur dapat menembus final dan akan berusaha menampilkan yang terbaik untuk menjadi juara.
Kematangan mereka membuat Kevin/Marcus berhati- hati mengomentari peluang juara. ”Hendra/Ahsan unggul pengalaman. Kami harus siap dan tidak boleh lengah. Kami harus cerdik mendapatkan poin,” ujar Marcus.
Menunda pensiun
Di nomor ganda campuran, pebulu tangkis Liliyana Natsir menunda pensiun satu hari lagi setelah melaju ke final. Butet, sapaannya, berterima kasih kepada rekan bermainnya, Tontowi Ahmad, karena banyak berperan sehingga mereka menapak final.
”Terima kasih kepada Owi yang sudah berjuang keras. Besok, saya akan main terakhir kali dengan Owi. Ini akan jadi akhir karier saya,” kata Butet.
Butet mengatakan, persiapan menghadapi Indonesia Masters cukup minim. Dia tidak banyak berlatih dengan Owi karena Owi tampil bermain bersama Debby Susanto di Malaysia, pekan lalu. Namun, Butet berusaha menikmati pertandingan dan menunjukkan permainan terbaik.
”Apa pun hasilnya, saya sudah siap. Puji Tuhan, saya terkejut dengan hasil sejauh ini,” kata Butet.
Owi/Butet melaju ke final dengan kemenangan atas Chan Peng Soon/Goh Liu Ying (Malaysia), 22-20, 20-11. Seusai pertandingan, Chan menghampiri Butet dan memeluk pemain yang merebut empat gelar juara dunia itu. Chan mengaku sangat mengidolakan Butet dan berterima kasih atas penampilan Butet selama ini.
Sebelum final dimulai, Minggu (27/1), akan dilangsungkan perpisahan dengan Butet. Owi/ Butet kemudian akan tampil pada partai terakhir dari lima nomor final, menghadapi pasangan nomor satu dunia Zheng Siwei/Huang Yaqiong (China). Final Indonesia Masters ini akan disiarkan langsung oleh Kompas TV mulai pukul 13.00.
Butet mengaku tegang akan menjalani perpisahan. ”Kalau tidak tanding, lebih tegang. Kalau tanding, bisa lebih enjoy. Mudah-mudahan bisa memberikan yang terbaik. Kami sering ketemu Zheng/Huang dan sering kalah. Besok anggap saja 0-0 lagi,” katanya.
Sukses di ganda putra dan campuran tidak diikuti wakil Indonesia lainnya. Tunggal putra Jonatan ”Jojo” Christie dan ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu harus mengubur mimpi mereka di semifinal. Jojo menyerah dari Anders Antonsen (Denmark), 18-21, 16-21. Adapun Greysia/Apriyani kembali takluk dari pasangan Jepang, Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi, 20-22, 22-20, 12-21.
Greysia mengatakan, sejak tampil di World Tour Finals, akhir tahun lalu, dia dan Apriyani berusaha mengubah cara bermain dan cara berpikir saat menghadapi pasangan Jepang.
”Waktu itu enggak dapat sama sekali. Sekarang sudah mulai dapat. Seperti kata pelatih, saya tidak mau liat hasil, tapi tingkatkan penampilan, hasil akan mengikuti. Kami ingin konsisten. Mungkin sudah konsisten, tapi yang harus ditembus juaranya, bukan konsisten semifinalis,” ujarnya.