JAKARTA, KOMPAS — Penghormatan terakhir bagi pendiri Sinar Mas Group, Eka Tjipta Widjaja, yang tutup usia pada Sabtu (26/1/2019) pukul 19.43, terus mengalir. Eka yang dikenal sebagai pengusaha ulet ini dinilai telah menginspirasi banyak khalayak untuk mengikuti jejaknya.
Hingga Minggu (27/1/2019), jenazah Eka disemayamkan di Rumah Duka Sentosa, Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Subroto, Jakarta Pusat. Sejumlah kalangan mendatangi rumah duka itu untuk menyampaikan penghormatan terakhirnya kepada salah satu taipan ini.
Saat ditemui di rumah duka, Managing Director Sinar Mas Gandi Sulistiyanto menyampaikan, jenazah akan dimakamkan di pemakaman keluarga di Desa Marga Mulya, Karawang, Jawa Barat, pada 2 Februari 2019.
Upacara penghormatan bagi almarhum akan diadakan pada pukul 18.00 hari ini di rumah duka dan dapat diikuti oleh para pelayat. Untuk memudahkan para handai tolan yang akan datang melayat, pihak keluarga akan menyemayamkan jenazah di Rumah Duka Sentosa hingga hari pemakaman.
”Untuk terus menyebarkan semangat hidup almarhum, sumbangan yang masuk dari pelayat akan disumbangkan bagi korban bencana alam di sejumlah daerah,” kata Gandi. Selain itu, ia juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah menyampaikan ucapan turut berduka kepada keluarga.
Gandi menuturkan, Eka meninggal bukan karena menderita penyakit serius. Menurut dia, kondisi Eka secara tiba-tiba menurun pada Jumat (25/1/2019). Padahal, sebelumnya Eka masih sehat dan dapat beraktivitas seperti biasa.
Sejak Minggu pagi, kesibukan menyiapkan tempat bagi pelayat telah tampak di Rumah Duka Sentosa. Karangan bunga dari sejumlah kementerian terus mengalir dan memenuhi jalan masuk ke tempat itu. Pengamanan di rumah duka juga lebih ketat daripada biasanya.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan, yang datang melayat pada pukul 11.30, disambut oleh keluarga Eka. Selama lebih kurang satu jam, Jonan bergabung bersama keluarga dan pelayat lain di rumah duka untuk menyampaikan penghormatan terakhirnya kepada Eka.
”Saya mengenalnya sebagai seorang tokoh yang berhasil membesarkan usaha dari nol,” kata Jonan.
Jonan memandang Eka sebagai tokoh yang hebat. Menurut Jonan, Eka telah membuktikan menjadi diri yang mampu bertahan sebagai pengusaha dengan melewati tantangan berbagai zaman.
Eka yang dikenal sebagai orang terkaya nomor tiga di Indonesia itu meninggalkan 15 anak.
Sebagai pengusaha terkenal, tak banyak yang tahu bahwa Eka menjalani hidup yang sulit semasa kecil. Bahkan, ia tak tamat sekolah dasar karena saat itu orangtuanya dililit kesulitan ekonomi.
Eka merintis usahanya dari berjualan apa saja pada zaman penjajahan Jepang. Ia pernah berganti-ganti profesi dari penjual gula, kontraktor kuburan orang kaya, dan pernah juga menjadi penjual kopra.
Bisnis Eka baru mencapai puncaknya pada masa Orde Baru. Perusahaan kertas Tjiwi Kimia yang ia bangun pada 1976 terus melejit hingga berkembang menjadi Grup Sinar Mas yang kini bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit, perbankan, dan bisnis properti.
Dalam wawancara dengan Kompas pada 1995, Eka mengatakan, pengalaman hidup susah pada masa lalu membuatnya tetap menjadi pribadi yang hemat. Hingga kini, sebagai pengusaha sukses, Eka meninggalkan aset berupa 200 perusahaan dan 70.000 karyarwan. (PANDU WIYOGA)