BRUMADINHO, SABTU — Runtuhnya dam penahan limbah tambang di Brumadinho, Brasil, menyebabkan ratusan pekerja tambang hilang. Diduga, bencana ini lebih besar daripada insiden serupa di 2015.
Tim penyelamat terus mencari sekitar 200 korban yang masih hilang, Sabtu (26/1/2019), setelah dam penahan limbah tambang bijih besi runtuh di kota Brumadinho, Negara Bagian Minas Gerais, Jumat. Insiden tersebut mengulangi bencana tiga tahun lalu di lokasi yang berdekatan.
Tim pencari korban yang bekerja dari Jumat sampai kemarin baru menemukan sembilan jenazah. Namun, Wali Kota Brumadinho Avimar de Melo Barcelos memprediksi jumlah korban terus bertambah.
Presiden Brasil Jair Bolsonaro dijadwalkan mengunjungi wilayah bencana pada hari ini. ”Kita akan melakukan yang terbaik untuk mengurangi penderitaan para korban dan keluarga,” kata Bolsonaro.
Menurut Fabio Schvartsman, Chief Executive Officer Vale, perusahaan pemilik tambang itu, para pekerja tambang sedang menikmati makan siang ketika dam itu runtuh dan mengubur restoran ataupun komunitas di sekitarnya.
Menurut Schvartsman, dari 300 pekerja, sekitar 100 orang dinyatakan selamat, sedangkan sekitar 200 orang masih dicari. ”Korban terbesar adalah pekerja kami yang terkubur lumpur,” kata Schvartsman dalam jumpa pers.
Setelah dam penahan limbah runtuh, sebagian wilayah Brumadinho langsung dievakuasi. Para petugas pemadam kebakaran menyelamatkan warga dengan transportasi darat dan helikopter. Televisi lokal menyiarkan rekaman gambar saat helikopter yang terbang rendah menarik orang-orang yang tubuhnya tertutup lumpur dari dalam kubangan.
Atap-atap rumah kelihatan menyembul dari kubangan lumpur, yang menunjukkan betapa dalamnya limbah lumpur mengubur wilayah itu.
”Saya belum pernah menyaksikan situasi seperti ini,” kata Josiele Rosa Silva Tomas, ketua asosiasi warga Brumadinho. ”Sangat mengerikan melihat luasnya area lumpur yang mengubur wilayah ini,” ujarnya.
Bencana lingkungan
Pada November 2015, dam yang juga dikelola oleh Vale dan perusahaan tambang Australia, BHP Billiton, runtuh di kota Mariana, Minas Gerais. Akibatnya, 19 orang tewas dan ratusan orang harus diungsikan.
Insiden itu dinyatakan sebagai bencana lingkungan terburuk dalam sejarah Brasil. Sebab, sekitar 250.000 penduduk tidak lagi memiliki akses pada sumber air minum, sementara ribuan ikan mati. Diperkirakan, sekitar 60 juta meter kubik limbah mengalir ke sungai-sungai dan akhirnya mencemari Samudra Atlantik.
Menurut Schvartsman, insiden pada hari Jumat tersebut merupakan tragedi kemanusiaan yang jauh lebih besar dibandingkan insiden serupa di Mariana. ”Namun, dampak terhadap lingkungan kemungkinan lebih kecil.”
(AP/REUTERS/MYR)