Bentrokan Simpatisan Parpol di Yogyakarta Terus Berulang
YOGYAKARTA, KOMPAS — Bentrokan yang melibatkan simpatisan partai politik di Daerah Istimewa Yogyakarta kembali terjadi, Minggu (27/1/2019) sore. Peristiwa semacam itu menjadi fenomena yang terus berulang selama beberapa tahun terakhir di DIY.
Bentrokan pada Minggu sore terjadi seusai kegiatan deklarasi dukungan terhadap pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 01, Joko Widodo-Ma’ruf Amin, di Stadion Mandala Krida, Kota Yogyakarta. Acara bertajuk Jogja Dukung Jokowi itu digelar oleh Aliansi Masyarakat Yogyakarta.
Seusai acara, massa yang diduga merupakan simpatisan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP-P) terlibat kericuhan di sejumlah lokasi. Salah satu lokasi kericuhan berada di dekat Masjid Jogokariyan, Kelurahan Mantrijeron, Yogyakarta. Video kericuhan di dekat Masjid Jogokariyan ini beredar luas di media sosial dan menimbulkan banyak tanggapan.
Takmir Masjid Jogokariyan, Fanni Rahman (40), mengatakan, insiden terjadi pada Minggu sekitar pukul 16.00. Saat itu, di Masjid Jogokariyan baru saja digelar acara pengajian dan pembagian bahan kebutuhan pokok untuk masyarakat tidak mampu. Seusai acara, tiba-tiba terjadi pelemparan batu oleh sekelompok orang yang mengendarai sepeda motor.
Para pelaku pelemparan batu itu datang dari sisi barat Masjid Jogokariyan. Belum diketahui secara pasti apa motif pelemparan batu tersebut. ”Setelah pembagian bahan kebutuhan pokok selesai, tiba-tiba ada pelemparan batu dari arah barat masjid,” kata Fanni.
Fanni menuturkan, saat pelemparan batu terjadi, sejumlah ibu yang baru saja menerima paket bahan kebutuhan pokok itu langsung ketakutan. Mereka kemudian berlarian untuk menyelamatkan diri. Melihat kondisi tersebut, warga Jogokariyan langsung berkumpul dan berupaya mengusir rombongan orang yang melakukan pelemparan.
Menurut Fanni, lemparan batu itu mengenai bagian pagar dan dinding masjid serta tenda yang digunakan untuk acara di depan Masjid Jogokariyan. Dia menambahkan, dari pantauannya, massa yang melakukan pelemparan batu itu juga membawa senjata. ”Ada yang bawa senjata tajam dan ada yang bawa tongkat besi,” katanya.
Fanni menambahkan, kericuhan tersebut terjadi sekitar 30 menit. Setelah itu, warga berhasil mengusir kelompok penyerang ke luar kampung. Seusai peristiwa tersebut, pada Minggu sore sekitar pukul 17.00, sejumlah pihak terkait dipertemukan dalam forum mediasi yang digelar di Kantor Kecamatan Mantrijeron.
Menurut Fanni, mediasi itu dihadiri oleh dirinya selaku perwakilan Takmir Masjid Jogokariyan, perwakilan tokoh dari kelompok yang diduga melakukan pelemparan batu, serta perwakilan kepolisian dan aparatur pemerintah setempat.
”Setelah kejadian itu, Pak Kapolsek segera menjembatani. Jadi dimediasi langsung untuk mengupayakan agar masalah ini tidak berkembang,” katanya.
Fanni menuturkan, dalam forum mediasi itu, perwakilan kelompok yang diduga melakukan pelemparan batu telah meminta maaf atas kejadian tersebut. ”Mereka juga berjanji untuk menghadirkan salah satu tokoh penggerak anak-anak yang melakukan pelemparan itu untuk secara lisan meminta maaf. Kami menerima hasil mediasi itu supaya suasana segera kondusif,” ujarnya.
Menurut Fanni, setelah kericuhan pada Minggu sore, situasi di sekitar Masjid Jogokariyan sudah kondusif. Aktivitas di masjid tersebut juga kembali normal sejak Minggu malam.
Menyesalkan
Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDI-P DIY Yuni Satia Rahayu menyesalkan terjadinya kericuhan pada Minggu sore. Yuni menyebut, kericuhan di sejumlah lokasi tersebut terjadi antara simpatisan PDI-P dan simpatisan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Di DIY, relasi simpatisan kedua partai politik itu memang kurang baik dan beberapa kali terjadi bentrokan di antara dua kubu.
Yuni mengklaim, para simpatisan PDI-P terlibat kericuhan karena diprovokasi lebih dulu. ”Kalau enggak dimulai, kita enggak akan memulai. Ini, kan, problemnya teman-teman diprovokasi,” katanya.
Yuni juga menyebut, dalam kericuhan tersebut, sejumlah simpatisan PDI-P luka-luka. ”Dari pihak sana membawa senjata tajam dan mengejar kawan-kawan kami. Banyak yang terkena senjata tajam itu adalah kawan-kawan yang membonceng sepeda motor,” katanya.
Terkait insiden di Jogokariyan, Yuni membantah informasi yang menyebut simpatisan PDI-P menyerang masjid. Dia mengatakan, sama seperti insiden di lokasi lain, peristiwa di Jogokariyan terjadi karena simpatisan PDI-P diprovokasi lebih dulu. ”Kalau dari informasi yang kami terima, kami diprovokasi lebih dulu,” ungkapnya.
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PPP DIY Amin Zakaria juga menyesalkan terjadinya kericuhan di antara simpatisan dua partai politik tersebut. Amin menuturkan, pihaknya sebenarnya sudah berkali-kali mengingatkan para simpatisan PPP DIY agar tidak melakukan kekerasan.
"Kami enggak berharap terjadi sebuah gesekan. Makanya, kami juga menyayangkan. Sekarang, kan, udah enggak zamannya kekerasan,” katanya.
Sementara itu, Wakil Kepala Polda DIY Brigadir Jenderal (Pol) Bimo Anggoro Seno mengatakan, keributan yang sempat terjadi di dekat Masjid Jogokariyan, Minggu sore, sudah diselesaikan secara damai. Penyelesaian damai itu dilakukan oleh Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Mantrijeron dengan melibatkan kedua pihak.
”Itu sudah diselesaikan oleh takmir masjid dan Muspika Mantrijeron. Tidak ada masalah (lagi),” kata Bimo.
Terus berulang
Berdasarkan catatan Kompas, bentrokan yang melibatkan simpatisan partai politik di DIY sudah berkali-kali terjadi. Pada 5 April 2014, misalnya, sejumlah orang yang diduga simpatisan PDI-P dan PPP bersitegang di Jalan Wahid Hasyim, Kelurahan Ngabean, Kecamatan Ngampilan, Yogyakarta. Seorang warga yang sedang melintas di Ngabean terluka.
Bentrokan diduga berawal dari isu pencopotan alat peraga kampanye PPP oleh orang yang diduga simpatisan PDI-P. Karena terprovokasi isu tersebut, sejumlah simpatisan PPP menghadang para simpatisan PDI-P yang baru saja selesai berkampanye di Kabupaten Bantul. Polisi langsung mengamankan wilayah Ngabean.
Pada 26 Juni 2014, kekerasan yang melibatkan simpatisan partai politik terjadi di delapan lokasi di tiga kabupaten/kota di DIY. Aksi kekerasan itu mengakibatkan tiga orang luka serta merusak 6 rumah, 7 mobil, dan 6 sepeda motor.
Sementara itu, pada 17 April 2016, kekerasan yang melibatkan simpatisan partai politik kembali terjadi di DIY dan bahkan mengakibatkan seorang simpatisan PPP meninggal. Berdasarkan penyelidikan kepolisian, korban diduga meninggal akibat dilempar mercon. Peristiwa pelemparan mercon itu terjadi sesudah korban mengikuti acara tablikg akbar PPP DIY.