JAYAPURA, KOMPAS — Kapal Motor Lang 01 yang mengangkut 13 nelayan tenggelam di perairan selatan Papua, tepatnya di perbatasan antara Kabupaten Merauke dan Boven Digoel. Sebanyak 4 awak kapal itu ditemukan meninggal dan 9 awak lainnya masih dicari.
Anggota Staf Bidang Humas Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Merauke, Darmawan, saat dihubungi dari Jayapura, Senin (28/1/2019), mengatakan, hingga Minggu (27/1/2019), sebanyak 4 awak kapal ditemukan meninggal. Mereka adalah Tjung Meng selaku nakhoda kapal, Herman, Naseran, dan Mohammad Iman Jumali.
Darmawan mengatakan, kapal tersebut tenggelam pada Kamis (24/1/2019) karena dihantam ombak tinggi ketika hendak menyelamatkan diri dari cuaca buruk ke Sungai Boven Digoel. ”Dari keterangan sejumlah nelayan yang tidak melaut, tinggi gelombang laut di perairan selatan Papua saat ini berkisar 4-6 meter,” ujarnya.
Kami masih menunggu kondisi cuaca di perairan selatan Papua kembali membaik untuk melanjutkan proses pencarian.
Ia menuturkan, tim SAR Merauke bersama TNI Angkatan Laut dan Satuan Polisi Perairan Polres Merauke belum dapat melanjutkan pencarian terhadap 9 nelayan lainnya hari ini. Hal itu disebabkan kondisi cuaca yang masih buruk.
Identitas 9 nelayan yang belum ditemukan itu adalah Jemi Yanto, Arifudin, Abu Bakar, Jai, Sidik, Hasanuddin, Sulem, Mulyono, dan Kamdan Pratama. ”Kami masih menunggu kondisi cuaca di perairan selatan Papua kembali membaik untuk melanjutkan proses pencarian,” tuturnya.
Peristiwa ini merupakan kasus kecelakaan laut kedua akibat cuaca buruk dalam sepekan terakhir di perairan selatan Papua. Sebelumnya, sebuah perahu yang mengangkut 3 nelayan tenggelam karena dihantam gelombang laut di perairan Kabupaten Mimika pada Kamis. Tiga nelayan berhasil diselamatkan dalam musibah ini.
Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah V Jayapura Petrus Demon Sili mengatakan, dari hasil pantauan BBMKG, tinggi gelombang laut di perairan selatan Papua dapat mencapai 2,5 meter hingga 4 meter. Kawasan perairan dengan kondisi itu yakni perairan Merauke, perairan Yos Sudarso, dan Laut Arafura bagian timur. Selain itu, kondisi cuaca juga diiringi hujan deras disertai petir.
Kecepatan angin di perairan Papua bagian selatan dari 10 knot hingga 30 knot atau 55,56 kilometer per jam. Kondisi ini juga memicu tinggi gelombang. ”Kondisi ini dipicu adanya tekanan angin yang rendah dari Teluk Carpentaria di Australia ke wilayah perairan Papua bagian selatan,” kata Petrus.
Ia menuturkan, cuaca buruk yang melanda perairan Papua bagian selatan diperkirakan terjadi hingga akhir Januari. ”Kami mengimbau nelayan dan pengelola jasa kapal penumpang dan kargo untuk mewaspadai kondisi cuaca saat ini. Jangan memaksakan diri melintasi perairan Papua bagian selatan,” ujar Petrus.