JAYAPURA, KOMPAS— Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mengeluarkan peringatan cuaca buruk untuk kawasan perairan selatan Papua. Tinggi gelombang laut di kawasan itu dapat mencapai hingga 4 meter. Aktivitas pelayaran transportasi maupun nelayan dengan kapal kecil diimbau untuk menghindari perairan tersebut.
Hal itu disampaikan Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah V Jayapura Petrus Demon Sili, di Jayapura, Senin (28/1/2019). Petrus memaparkan, penyebab cuaca buruk di perairan selatan Papua dipicu perbedaan tekanan angin dari utara Australia dan benua Asia. Kondisi ini menyebabkan kecepatan angin bertambah.
Kecepatan angin di laut maksimum mencapai 30 knot atau 55,6 kilometer per jam. Kondisi ini dapat memicu tinggi gelombang laut terus bertambah. "Tinggi gelombang laut di wilayah Agats (Kabupaten Asmat) hingga Merauke mencapai 2,5 meter. Sementara, di perairan Arafuru dan Laut Yos Sudarso tinggi gelombang mencapai 4 meter," papar Petrus.
Ia menuturkan, perahu nelayan sangat berbahaya berlayar dalam kondisi tinggi gelombang di atas 1,25 meter. Adapun jenis tongkang harus menghindari tinggi gelombang laut di atas 1,5 meter dan kapal feri sangat berbahaya melintasi perairan dengan tinggi gelombang di atas 2,5 meter.
"Kami telah berkoordinasi dengan pihak Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) setempat serta TNI Angkatan Laut dan Satuan Polisi Perairan Polres Merauke. Mereka akan melarang kapal atau perahu nelayan yang melintasi perairan tersebut," katanya.
Masih terkendala
Sementara itu, Staf Humas Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Merauke Darmawan, saat dihubungi dari Jayapura, mengatakan, proses pencarian sembilan korban kapal nelayan yang tenggelam di perairan Merauke masih tertunda karena cuaca buruk hingga Senin sore. Tinggi gelombang laut mencapai sekitar 4 meter.
Kapal Motor Lang 01 yang mengangkut 13 nelayan tenggelam karena dihantam gelombang tinggi di perairan selatan Papua, tepatnya di perbatasan antara Merauke dan Kabupaten Boven Digoel, Kamis (24/1). Hingga Minggu (27/1), empat awak kapal ditemukan meninggal dunia.
Peristiwa ini merupakan kasus kecelakaan laut kedua akibat cuaca buruk dalam sepekan terakhir di perairan selatan Papua.
Adapun identitas empat korban itu adalah Tjung Meng selaku nakhoda kapal, Herman, Naseran, dan Mohammad Iman Jumali. Sementara, 9 nelayan yang belum ditemukan adalah Jemi Yanto, Arifudin, Abu Bakar, Jai, Sidik, Hasanuddin, Sulem, Mulyono, dan Kamdan Pratama.
"Apabila kondisi cuaca telah membaik, tim SAR gabungan akan kembali mencari sembilan nelayan itu pada Selasa (29/1)," tutur Darmawan.
Peristiwa ini merupakan kasus kecelakaan laut kedua akibat cuaca buruk dalam sepekan terakhir di perairan selatan Papua. Sebelumnya, sebuah perahu yang mengangkut tiga nelayan tenggelam karena dihantam gelombang laut di Perairan Mimika, juga pada 24 Januari. Tiga nelayan berhasil diselamatkan dalam musibah ini.