Pompa Air di DKI Kewalahan Hadapi Hujan Berkepanjangan
Oleh
Irene sarwindaningrum
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Sejumlah pompa air DKI Jakarta rusak setelah terus-menerus dioperasikan saat musim hujan kali ini. Akibat kerusakan mesin pompa ini, banjir terjadi di beberapa kawasan. Penataan sungai secara berkesinambungan dinilai perlu dilakukan sebagai solusi banjir yang lebih permanen ketimbang pompa.
Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Teguh Hendarwan mengatakan, untuk menghadapi curah hujan yang tinggi dan terus-menerus sepekan terakhir, pompa di rumah-rumah pompa DKI Jakarta dioperasikan maksimal selama 24 jam.
Akibat pengoperasian terus-menerus tersebut, beberapa pompa atau alat pendukungnya rusak.
“Pompa kapasitas 500 liter per detik terus-menerus dioperasikan, jadi ya tidak kuat. Dinamonya terbakar,” katanya di Jakarta, Minggu (27/1/2019).
Sepekan sebelumnya, 97 persen pompa air di DKI Jakarta dinyatakan berfungsi baik. Namun setelah guyuran hujan terus-menerus, kerusakan pompa air terjadi di Waduk Muara Angke sehingga memperparah luapan air di Kampung Nelayan Muara Angke, Pluit, Jakarta.
Pompa air itu seharusnya menyedot air dari waduk yang merupakan muara dari Kali Adem, Kali Asin, dan Kali Gendong. Banjir di sana diperparah oleh rob atau luapan air laut yang pasang. Kerusakan genset untuk pompa air di Pesing Koneng, Kedoya Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, juga memperparah luapan dengan ketinggian yang sempat mencapai 30-40 sentimeter pada Jumat hingga Sabtu siang.
Untuk mengatasi pompa-pompa yang rusak atau butuh diistirahatkan, kata Teguh, sebanyak 133 pompa air bergerak (mobile) dikerahkan di titik strategis yang bisa mempercepat distribusi saat dibutuhkan.
19 lokasi rawan genangan
Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta memetakan 19 titik rawan genangan selama hujan sepekan terakhir. Sebagian besar titik rawan itu berada di sekitar proyek-proyek pembangunan infrastruktur seperti MRT, LRT, Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu, serta enam tol dalam kota.
Sebagian lagi berada di kawasan bantaran dan pesisir Muara Angke dan Muara Baru di Jakarta Utara. Menurut aturan, kawasan ini bukan lokasi pemukiman. “Warga terdampak itu sebagian yang mengokupasi bantaran dan pesisir. Menurut laporan, ada juga pintu air yang dijebol dan turap yang diambil kantong-kantongnya oleh warga sehingga air meluap,” kata Teguh.
Dalam peringatan dini yang diterbitkan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), saat ini DKI Jakarta termasuk dalam wilayah yang terdampak siklon tropis riley yang berada di kawasan timur Indonesia. Siklon tropis ini meningkatkan curah hujan di beberapa kawasan di Indonesia.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG R Mulyono R Prabowo mengatakan, curah hujan di DKI Jakarta diprediksi akan terus tinggi hingga setidaknya 30 Januari mendatang.
Sejak terhentinya proyek penataan sungai setidaknya setahun terakhir, DKI Jakarta mengandalkan pompa-pompa air untuk mengurangi potensi banjir. Dengan daya tahan yang terbatas, pompa seharusnya tak menjadi andalan utama untuk mengatasi banjir.
Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi mengatakan, penanganan banjir di DKI Jakarta butuh langkah yang menyeluruh dan berkesinambungan, mulai dari melanjutkan penataan kawasan kali, termasuk relokasi pemukiman yang mengokupasi bantaran dan badan kali hingga pengerukan.
Ia merekomendasikan Pemprov DKI Jakarta mulai melanjutkan penataan sungai untuk pencegahan banjir jangka panjang