Yang Hengjun dianggap sebagai pejuang demokrasi. Namun, banyak pihak juga menilai, dia mempunyai kepentingan.
Yang Hengjun, mantan diplomat China yang pindah kewarganegaraan menjadi warga Australia dan kini dalam tahanan Pemerintah China, belakangan sudah tidak menulis politik China. Mantan diplomat ini lebih banyak menghabiskan energinya untuk berbisnis.
Sampai Minggu (27/1/2019), Yang Hengjun masih ditahan di Beijing. Pengacaranya, Mo Shaoping, mengatakan, kliennya dituduh melakukan tindakan spionase dan ditahan di sebuah rumah tahanan khusus yang memungkinkan pihak berwenang sewaktu-waktu melakukan interogasi.
Yang ditangkap saat sedang menunggu penerbangan dari bandar udara Guangzhou ke Shanghai, 19 Januari lalu. Pemerintah Australia menyayangkan tidak mendapat pemberitahuan sejak awal meski kedua negara mempunyai perjanjian yang menyatakan adanya kewajiban memberi tahu pemerintah paling lama tiga hari jika terjadi penangkapan.
Yang (53), pria kelahiran China, sejak tahun 2000-an mendapatkan kewarganegaraan Australia. Dua tahun belakangan, ia bersama istrinya, Yuan Ruijuan, seorang bloger, bermukim di New York, AS, yang tercatat sebagai mahasiswa tamu di Columbia University.
Penangkapan Yang mengejutkan kawan-kawannya. Sebab, aktivitas Yang belakangan tidak lagi aktif menyentuh politik. ”Dia menjauh dari politik dan cenderung menyimpan berita pribadinya untuk dirinya sendiri,” kata Yi Gai, bekas induk semang dan teman Yang.
”Sekitar 75 persen energi dan waktunya dia habisnya bekerja menyediakan barang-barang luar negeri untuk konsumen di China,” kata Yi Gai.
Dalam akun media sosialnya, Yang mengaku berasal dari keluarga miskin di China. Meski demikian, ia berhasil menyelesaikan kuliah ekonomi politik di universitas prestisius, Universitas Fudan, di Shanghai.
Kepada teman-temannya, dia mengakui pernah bekerja di Kementerian Luar Negeri China sebelum menerjunkan diri sebagai penulis.
Kementerian Luar Negeri China membantah informasi itu. Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, Yang tak pernah bekerja di instansi ini.
Figur kontroversial
Xia Yeliang, mantan profesor di Peking University, mengatakan, Yang merupakan figur yang kontroversial di kalangan orang-orang China di luar negeri. Beberapa tahun terakhir, Yang menikah dengan seorang bloger terkemuka, membuat reputasinya semakin buruk di kalangan aktivis demokrasi di luar, kata Xia, yang kini tinggal di Virginia.
Yang pernah menulis sejumlah karya, mulai dari soal nasionalisme di China hingga etnis minoritas di Tibet. Dia juga menulis trilogi novel spionase dengan latar suasana di China. Hal ini membuat dia menjadi pembicara populer.
Namun, dia dianggap mengabaikan sikap kritisnya terhadap pemerintah Partai Komunis demi melindungi dirinya dan kepentingan bisnis yang dijalaninya.
Muncul dugaan kuat, penangkapan Yang dilakukan sebagai balas dendam China terhadap negara Barat terkait penangkapan Direktur Keuangan Huawei, Meng Wanzhou, oleh otoritas Kanada di Vancouver, 1 Desember. Meng dituduh melakukan pelanggaran atas sanksi yang dijatuhkan Amerika terhadap Iran.
Yi Gai mengungkapkan, saat dia dan beberapa teman Yang bertemu pada Januari ini, isu keamanan itu dibicarakan. Namun, semuanya berpikir, Yang akan baik-baik saja.(REUTERS/RET)