Desa Sulit Ditembus
Bantuan yang mengalir ke Desa Mangempang di Kabupaten Gowa terkendala medan berat. Di Kabupaten Maros, layanan publik masih lumpuh akibat terdampak banjir.
GOWA, KOMPAS Satu minggu setelah terjadi longsor, Desa Mangempang di Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, masih sulit ditembus. Para sukarelawan berusaha menembus belasan titik longsor menggunakan motor trail, sedangkan warga berjalan kaki memikul logistik dan mengevakuasi korban luka.
Pada Senin (28/1/2019), dari Dusun Lemoa, Desa Pattallikang, Kecamatan Manuju, hingga 4 kilometer sebelum Mangempang, terdapat 18 titik longsoran sangat parah. Semua hanya bisa dilewati motor trail. Jarak Lemoa-Mangempang 11 kilometer.
Kebanyakan warga dan para sukarelawan berjalan kaki dari dan menuju Mangempang, desa berpenduduk hampir 2.000 jiwa. Beberapa warga terdampak longsor, warga sakit, dan lanjut usia dievakuasi dengan dipikul. Di antara titik longsor itu mereka dibantu ojek sepeda motor, truk, dan mobil bak terbuka.
Sejumlah titik longsor dipenuhi batu besar setinggi lebih kurang 6 meter, belum termasuk lumpur dan potongan kayu. Ketinggian lumpur lebih dari 6 meter. Ada juga ruas jalan yang ambles di Jalan Poros Bungaya, di kaki bukit.
Pembukaan titik longsor di Jalan Poros Bungaya baru berlangsung di dua lokasi, yakni Bukit Massongko dan Dusun Pattiro di Desa Pattallikang. Di Bukit Massongko masih ada hambatan material berupa batu besar, tetapi bisa dilewati motor trail. Akses ke Pattiro juga bisa ditembus motor trail. Pembersihan jalan di Pattiro diperkirakan rampung Rabu (30/1).
Ratusan warga Mangempang untuk sementara meninggalkan kampung. Ada yang bersama keluarga di Lemoa, ada juga yang ke Makassar. Alasan lain, lebih mudah mengakses kebutuhan pokok.
”Di Mangempang, warga memilih mengungsi di masjid. Makanan yang datang lebih banyak mi instan. Makanan itu dipikul warga dibantu sukarelawan. Ada beras bantuan, tapi warga tak mampu pikul,” kata Nurul (30), warga Mangempang.
Temuan korban
Kemarin, tim gabungan TNI, Polri, dan Basarnas kembali menemukan tiga jasad korban di longsoran Pattiro sehingga total ditemukan 15 orang. Longsor terjadi 22 Januari lalu.
Perwira Seksi Operasi Komando Distrik Militer 1409/Gowa Kapten (Arm) Mahyiddin mengatakan, verifikasi data terakhir, jumlah korban tertimbun di Pattiro 21 orang. Korban belum ditemukan enam orang.
Berdasarkan data posko induk penanggulangan bencana Pemerintah Kabupaten Gowa, hingga Senin pukul 19.20 Wita, korban tewas akibat banjir dan longsor di sana 45 orang.
Terkait dampak bencana, aktivitas belajar di sekolah-sekolah di Sulsel diharap berangsur normal. Siswa sedang simulasi menghadapi ujian nasional berbasis komputer. Di sekolah yang dipenuhi lumpur dan komputernya rusak, simulasi dilakukan dengan menumpang ke sekolah lain.
”Memang tak semua sekolah siap hari ini, terutama di Kabupaten Jeneponto yang sekolahnya kemasukan lumpur. Ada sekolah yang semua komputernya rusak terendam,” kata Kepala Dinas Pendidikan Sulsel Irman Yasin Limpo.
Di Kabupaten Maros, layanan publik belum pulih akibat banjir. Masyarakat berharap pelayanan segera pulih.
Aktivitas aparatur negeri sipil Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Maros, kemarin, disibukkan memilah berkas dokumen yang rusak parah dan yang masih bisa diselamatkan.
Layanan kependudukan, seperti verifikasi KTP elektronik, belum bisa dilakukan. ”Tak satu pun komputer server database kependudukan selamat,” kata Arif Arsaf (29), pegawai Disdukcapil Kabupaten Maros. Pukul 10.00-15.00, belasan warga bolak-balik ke kantor Disdukcapil. ”Saya diminta kembali minggu depan,” ujar Isti (21), warga Maros Baru.
Banjir Pekalongan
Di Jawa Tengah, genangan air di sejumlah titik di Kota Pekalongan mulai surut setelah banjir sehari sebelumnya. Namun, sebagian wilayah, seperti di Kecamatan Pekalongan Utara, masih tergenang 50 sentimeter.
Senin sore, wilayah Pekalongan Utara, seperti di Kelurahan Krapyak dan Panjang Baru, masih tergenang air 10-50 cm. Sejumlah motor mogok.
Toni, warga Krapyak, menuturkan, genangan air di daerahnya sempat mencapai 75 cm. Bahkan, ada yang 100 cm.
Kepala Dinas Sosial, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana Kota Pekalongan Gunindyo mengatakan, hingga Senin sore, sekitar 5.000 orang terdampak banjir, baik yang mengungsi maupun tidak.(FRN/REN/DIM/DIT)