Dorong Industri Hilir Untuk Pertumbuhan Industri Jasa Keuangan
Industri jasa keuangan di Kalimantan berpeluang tumbuh positif tahun ini setelah tren pertumbuhannya positif pada 2018. Pendorong utamanya masih dari sektor pertambangan dan perkebunan. Melihat peluang itu, industri hilir pertambangan dan perkebunan harus didorong agar nilai jualnya lebih tinggi.
Oleh
Jumarto Yulianus
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS – Industri jasa keuangan di semua daerah di Kalimantan berpeluang tumbuh positif pada tahun ini. Pendorong utamanya masih dari sektor pertambangan dan perkebunan. Melihat peluang itu, industri hilir pertambangan dan perkebunan harus didorong agar nilai jualnya dapat lebih tinggi.
Pada 2018, kinerja perbankan se-Kalimantan secara umum tumbuh positif. Hal itu tercermin dari meningkatnya aset 8,45 persen year on year (YOY), dana pihak ketiga sebesar 11,58 persen YOY, serta pertumbuhan kredit dan pembiayaan bank umum dan bank syariah sebesar 4,49 persen YOY dengan rasio kredit bermasalah hanya 0,28 persen.
”Industri jasa keuangan se-Kalimantan pada 2019 masih berpeluang tumbuh dengan baik. Pertumbuhan itu dialami perbankan maupun perusahaan pembiayaan dan asuransi,” kata Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 9 Kalimantan Haryanto dalam acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan Tahun 2019 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Selasa (29/1/2019).
Menurut Haryanto, industri jasa keuangan berpeluang tumbuh karena adanya program pembangunan infrastruktur. Keberadaannya berpotensi mendukung percepatan konektivitas antardaerah serta hilirisasi industri pertambangan dan perkebunan. Hal itu, kata Haryanto, juga memicu munculnya usaha mikro kecil menengah.
”Sektor pertambangan dan perkebunan masih menjadi penggerak utama pertumbuhan industri jasa keuangan di Kalimantan. Namun, sektor ekonomi potensial selain pertambangan dan perkebunan juga harus ditumbuhkan,” ujarnya.
Dengan adanya peluang pertumbuhan itu, pemerintah daerah harus berupaya menumbuhkan industri pengolahan agar nilai jual hasil tambang dan kebun bisa lebih tinggi. ”Selain itu, industri pariwisata dan industri kreatif juga sangat potensial karena keragaman dan keindahan alam Kalimantan,” katanya.
Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non-Bank selaku Anggota Dewan Komisioner OJK Riswinandi mengatakan, peluang pertumbuhan ekonomi maupun pertumbuhan industri jasa keuangan pada 2019 harus dimanfaatkan dengan baik.
Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor dalam sambutan tertulis yang dibacakan Asisten III Bidang Administrasi Umum Sekretariat Daerah Provinsi Kalsel Heriansyah mengatakan, pertemuan tahunan industri jasa keuangan menjadi momentum membangun rasa optimis menghadapi tahun 2019.
”Bagi kami, ini juga menjadi momentum mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berjalan cukup baik sepanjang tahun 2018. Pertumbuhan ekonomi Kalsel pada 2018 berada di kisaran 5,1-5,5 persen. Tahun 2019, diprediksi meningkat antara 5,4-5,8 persen,” tuturnya.
Menurut Sahbirin, pertumbuhan ekonomi Kalsel pada 2018 terutama disumbang ekspor batubara dan minyak kelapa sawit (CPO). ”Pada 2019 pertumbuhan ekonomi Kalsel diharapkan juga ditopang sektor pertanian dan industri pengolahan. Tahun ini terus bergulir program cetak sawah serta beroperasinya pabrik baru turunan CPO,” katanya.
Di samping itu, Pemprov Kalsel juga terus menggali potensi-potensi ekonomi baru, khususnya sektor non-tambang. Secara bertahap dan berkelanjutan, Pemprov Kalsel terus mengembangkan sektor-sektor prioritas, khususnya pariwisata sebagai sumber perekonomian berkelanjutan.
”Selain terkenal dengan sumber daya alam batubara, Kalsel juga memiliki potensi alam untuk pengembangan pariwisata. Kami telah membentuk tim percepatan pembangunan pariwisatanya,” kata Sahbirin.