Festival Muda Memilih, Antusias Anak Muda Cari Calon Pemimpin Masa Depan
Ribuan mahasiswa meramaikan acara bertajuk "Festival Muda Memilih" yang digelar Kompas TV di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (29/1/2019). Diantara hujan deras yang mengguyur Makassar sejak pagi, peserta tetap antusias dan memenuhi Gedung Baruga AP Pettarani Universitas Hasanuddin, tempat acara digelar.
Oleh
Reny Sri Ayu
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Sejumlah mahasiswa meramaikan acara bertajuk ”Festival Muda Memilih” yang digelar Kompas TV di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (29/1/2019). Di antara hujan deras yang mengguyur Makassar sejak pagi, peserta tetap antusias dan memenuhi Gedung Baruga AP Pettarani Universitas Hasanuddin, tempat acara digelar.
Hadir sebagai pembicara di antaranya Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah, Komisioner KPU Wahyu Setiawan, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Prof Armin Arsyad, dan Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas Budiman Tanuredjo.
Selain itu, ada juga Kepala Kebijakan Publik Twitter Indonesia Agung Yudha, Pemimpin Line Today Indonesia Okta Wiguna, dan pegiat literasi di Makassar Aan Mansyur. Acara ini dibuka Rektor Unhas Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu.
Antusias peserta tak hanya ditunjukkan dengan kehadirannya, tetapi juga lewat berbagai pertanyaan kritis yang diajukan kepada narasumber dalam acara diskusi interaktif yang digelar dalam dua sesi. Diskusi pertama membahas keterlibatan pemilih muda dan pemula pada pemilu. Adapun sesi kedua membahas peran media sosial dalam pemilu.
Berbagai pertanyaan pun diajukan peserta, mulai dari isu keberpihakan media, penyelenggara, peran KPU menyeleksi calon yang dinilai bermasalah, hingga cara KPU mengawal suara pemilih.
Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah mengatakan, kini pemilih pemula dan generasi milenial di Sulsel mencapai 30 persen dari total pemilih. Dia optimistis dengan berbagai bentuk sosialisasi, pemilih pemula akan menggunakan hak pilihnya. Nurdin menambahkan, generasi milenial saat ini tidak bisa lepas dari teknologi informasi dan perangkat gawai. Itu bisa dimanfaatkan untuk menjadi pemilih cerdas dengan mencari tahu rekam jejak para calon melalui informasi di media sosial dan media konvensional.
”Lihat calon yang punya investasi sosial dan bukan hanya mengandalkan uang. Cikal bakal korupsi dimulai dari calon yang menghalalkan politik uang. Artinya, menjadi pemilih yang baik bukan hanya ikut mencoblos, melainkan memilih cerdas dan bijak,” kata Nurdin.
Sementara itu, untuk menangkal berita bohong, Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas Budiman Tanuredjo mengatakan, pemilih pemula sebaiknya melengkapi informasi dengan berita-berita dari media yang jelas dan berbasis data. Menurut Dewan Pers, katanya, ada sekitar 40.000 media yang sering disebut ”abal-abal”. Kerjanya menyebar hoaks, pembunuhan karakter, dan fitnah.
”Jurnalisme data menjadi salah satu upaya mencegah berbagai berita bohong dan fitnah. Saat ini, ada sekitar 76 juta pemilih milenial yang disasar para calon. Akal sehatlah yang akan menuntun pemilih pemula memilih yang benar,” kata Budiman.
Akal sehatlah yang akan menuntun pemilih pemula memilih yang benar.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unhas Prof Armin Arsyad mengatakan, generasi milenial menjadi penentu masa depan Indonesia. Fakta itu sebaiknya dimanfaatkan generasi milenial dengan ikut memilih dengan bijak.
Terkait isu keberpihakan penyelenggara dan mengawal suara pemilih, Komisioner KPU Wahyu Setiawan memastikan KPU independen dan akan mengawal suara pemilih. ”Kami sudah pernah berniat menyajikan calon-calon yang bersih, tetapi akhirnya mentok di MA. Karena itu, kami akan mengumumkan calon-calon mantan napi,” katanya.
Sementara itu, untuk membantu pemilih pemula menghadapi dan berpartisipasi pada pemilu ini, Kepala Kebijakan Publik Twitter Indonesia Agung Yudha mengatakan, pihaknya telah membagi informasi yang marak dibicarakan dengan pemberian tagar. ”Pemilih bisa mengikuti debat atau berbagai pembahasan dengan mengetik tagar yang kami susun berdasarkan yang terpopuler dan paling ramai dibicarakan,” katanya.
Adapun Pemimpin Line Today Okta Wiguna berjanji akan menyajikan berita-berita seputar pemilu, termasuk menampilkan para calon yang pernah terjerat kasus atau mantan napi.