JAKARTA, KOMPAS — Keputusan pemerintah yang kembali menugaskan Perum Bulog untuk mengimpor jagung pakan 150.000 ton dinilai sudah tepat. Hal ini bertujuan untuk menjaga stok jagung pakan menjelang masuknya masa panen.
Direktur Pengadaan Bulog Bachtiar saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (29/1/2019), menyatakan, stok jagung di gudang Bulog kini berkisar 5.000 ton-10.000 ton. Sejak akhir 2018 hingga saat ini, Bulog sudah tiga kali mengimpor jagung, yakni 100.000 ton, 30.000 ton, dan terbaru 150.000 ton.
Dari jumlah tersebut, baru 99.000 ton jagung yang berlabuh di Indonesia. Sementara pengadaan jagung sebanyak 30.000 ton baru akan tiba pada pertengahan Maret 2019.
“Untuk pengadaan terbaru dengan kuota 150.000 ton ini, kemungkinan yang akan terpenuhi sekitar 70.000 - 100.000 ton dulu. Ini bersamaan datangnya dengan yang 30.000 ton itu. Jagung tidak mungkin datang melewati April karena sudah masuk musim panen jagung,” kata dia.
Bachtiar melanjutkan, impor jagung berguna untuk menjaga kestabilan harga jagung pakan di tingkat peternak. “Kalau jagung pakan kurang, nanti akan berdampak pada harga telur dan ayam,” kata Bachtiar.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Leopold Halim, berharap, jagung impor yang dijadwalkan Maret 2019 bisa datang lebih cepat. Sebab, harga jagung saat ini sudah berkisar Rp. 5.800 - 6.000 per kilogram. Padahal, harga acuan sesuai Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 96 Tahun 2018 ditetapkan Rp 4.000 per kg di pabrik pakan.
Halim menuturkan, peternak ayam yang biasa menggiling pakan sendiri terpaksa harus membeli pakan ke pabrik. Ini disebabkan stok jagung yang mulai susah di pasaran.
“Ini untung saja ada distribusi jagung dari Bulog, jadi kami bisa sedikit bernafas. Akan tetapi, distribusi jagung Bulog kan tidak merata,” kata Halim.
Menurut prediksi Halim, jagung impor yang datang pada bulan Maret akan diperebutkan. Kendati Maret sudah mulai panen, peternak akan bersaing mendapatkan jagung dengan pabrik pakan. “Stok jagung di pabrik kan juga mulai habis. Pasti berebut jagung di Maret nanti,” kata dia.
Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa mengatakan, impor jagung yang dilakukan pemerintah merupakan situasi yang tidak terhindarkan. Dia memprediksi, panen jagung baru akan berlangsung Maret dan mencapai puncak pada April.
Namun, hingga Maret 2019, harga jagung diperkirakan akan stabil tinggi. “Saya berpendapat, kondisi jagung akan terus paceklik hingga Maret. Meskipun ada panen, kan tidak bisa langsung diserap,” kata dia.
Tidak komentar
Dikonfirmasi terkait impor jagung, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita, tidak mau berkomentar. Dia menyatakan, Peraturan Menteri Perdagangan No 21 Tahun 2018 tentang Ketentuan Impor Jagung tidak lagi mensyaratkan adanya rekomendasi dari Kementerian Pertanian. “Tanya ke Bulog saja,” kata dia.
Direktur Pakan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Sri Widayati menyatakan, stok jagung di pasaran masih ada. “Barangnya ada, tetapi harga bervariasi dari Rp 5.900 per kg-Rp 6.100 per kg,” kata dia. (INSAN ALFAJRI)