Pasien Bertambah, Dinkes Tangerang Selatan Tolak Tetapkan Status Apa Pun
Oleh
Emilius Caesar Alexey
·4 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Deden Deni menolak menetapkan status apa pun meski jumlah pasien demam berdarah dengue terus meningkat. Selama 25 hari pertama 2019, Dinas Kesehatan Tangerang Selatan mencatat 95 pasien demam berdarah dengue atau DBD di tujuh kecamatan.
Ditemui pada Selasa (29/1/2019), Deden mengatakan, tidak perlu menetapkan status Siaga atau Waspada. Menurut dia, pemerintah masih mampu memberantas sarang nyamuk Aedes aegypti di wilayah permukiman dan sekolah.
”Yang penting action pemerintah. Sejak Januari, kami sudah edarkan surat-surat ke semua puskesmas untuk memberi arahan apa saja yang harus dilakukan untuk menghadapi DBD. Kami juga sudah melaksanakan fogging di 60 titik di tujuh kecamatan. Selain itu, kegiatan jumantik (juru pemantau jentik) sudah diperluas ke semua kecamatan. Tahun lalu, kami cuma lakukan di Pamulang,” kata Deden.
Satu orang di setiap rumah warga akan dijadikan juru pemantau. Di setiap 10 juru pemantau, satu orang akan dijadikan koordinator. Jumantik, fogging, dan upaya-upaya pemberantasan sarang nyamuk lainnya dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2019 sebesar Rp 2,5 miliar.
Sementara itu, Sape’i, warga Pamulang, mengatakan, beberapa tetangganya sudah terjangkit DBD dan dirawat di rumah sakit. Namun, ia belum pernah melihat ada fogging di wilayah kontrakannya. Istrinya yang selalu di rumah pun belum dijadikan juru pemantau jentik oleh pemerintah. ”Saya emang di luar rumah terus, tetapi istri saya pasti cerita kok,” katanya.
Dari total 95 kasus yang dicatat Dinas Kesehatan (Dinkes) Tangerang Selatan, incident rate tertinggi berada di Kecamatan Setu dan Serpong, masing-masing dengan 26 dan 20 pasien. Sebanyak 16 warga Pondok Aren dan 13 warga Pamulang juga terjangkit. Adapun 9 orang di Ciputat, 7 orang di Ciputat Timur, dan 4 orang di Serpong Utara turut mendapat perawatan di rumah sakit.
Dengan pengetahuan terbatas mengenai data, Deden tidak dapat memastikan apakah jumlah kasus positif DBD selama Januari 2019 meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Namun, kata dia, peningkatan jumlah kasus DBD lumrah pada musim hujan saat ini. Ia mengatakan, masyarakat belum menjaga kebersihan lingkungannya, misalnya, dengan mencegah air hujan menggenang di pekarangan rumah.
Sementara itu, jumlah pasien di RSU Kota Tangerang Selatan terus meningkat. Kepala Bidang Pelayanan Medis RSU Tangerang Selatan dr Imbar Umar Gazali mengatakan, jumlah pasien DBD yang diterima pada Selasa hingga tengah hari mencapai 16 orang. Pada Senin (28/1/2019), jumlah pasien DBD yang diterima sebanyak 14 orang, meningkat dari 12 orang sehari sebelumnya. Satu pasien DBD yang juga menderita pneumonia meninggal dunia di rumah sakit itu.
Akibatnya, pasien harus mengantre lama di unit gawat darurat (UGD). Jumlah kamar untuk rawat inap pun sangat terbatas, yaitu 170 kamar. Anak-anak dan orang dewasa tidak diperkenankan berada di kamar yang sama. Akhirnya, ruang rawat inap Anggrek di Neonatus Intensive Care Unit, lantai 3 RSU Tangerang Selatan yang sedianya hanya untuk memuat tiga pasien kini digunakan untuk empat pasien.
Halimah (36) yang menemani anaknya, Azri (14), mengatakan, dirinya sempat kesusahan mencari rumah sakit untuk perawatan anaknya yang terkena DBD. Warga Parung, Kabupaten Bogor, ini ditolak tiga rumah sakit karena kartu BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) miliknya tidak bisa diproses. Akhirnya, Azri diterima di RSU Tangerang Selatan saat trombositnya telah mencapai 80.000 pada Senin sore.
Kendati begitu, ia harus menunggu sejak pukul 15.00 hingga 01.00 dini hari untuk mendapat tempat berbaring.
”Di UGD, anak saya cuma dikasih kursi plastik kayak di warung pecel, tetapi tetap dapat infus. Waktu dipindah ke lantai 3 enggak langsung dapat kamar, kasurnya disediain di lorong. Baru pagi ini masuk ruangan,” kata Halimah.
Tempat tidur Azri kini diletakkan di depan pintu masuk ruangan, sementara tiga pasien lainnya berjajar di tengah ruangan.
Siaga
Sementara itu, Palang Merah Indonesia (PMI) Tangerang Selatan telah menyiapkan sedikitnya 1.500 kantong darah selama Januari 2019. Seiring dengan meningkatnya jumlah kasus DBD, permintaan trombosit mencapai 50 kantong selama Januari. Karena itu, Kepala Unit Donor Darah PMI Tangerang Selatan Suhara Manullang mengatakan, pihaknya akan meningkatkan persediaan darah menjadi 3.000 kantong untuk bulan Februari.
”Kami harus selalu siap karena trombosit ini umurnya hanya lima hari. Setiap ada permintaan dari rumah sakit, kami akan memproduksi dengan cara memisahkan trombosit dari komponen darah lainnya. Jadi, kami selalu harus sedia stok darah, apalagi permintaan darah untuk keperluan lainnya, seperti operasi, tetap tinggi,” kata Suhara.
Suhara, yang juga mantan Kepala Dinas Kesehatan Tangerang Selatan, mengatakan, keadaan penyebaran DBD saat ini seharusnya dapat dikategorikan sebagai Siaga. Saat ini, demam berdarah telah menjadi siklus tiga tahunan. Namun, seiring pergantian musim menjadi kemarau, kasus demam berdarah juga akan berkurang.
”Kesiagaan pemerintah selama jumlah kasus DBD meningkat adalah mencegah warga meninggal,” katanya. Selama Januari, tercatat satu orang meninggal dunia karena DBD dan beberapa penyakit lainnya,” ujar Suhara.