Petani Sigi Harapkan Bantuan Sumur Pompa untuk Berladang
Oleh
VIDELIS JEMALI
·2 menit baca
SIGI, KOMPAS - Petani di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, tak bisa mengolah sawahnya seiring hancurnya jaringan irigasi utama Gumbasa di daerah itu. Mereka berkeinginan mengolah lahannya untuk tanaman musiman, tetapi mengharapkan bantuan pemerintah, terutama untuk pasokan air.
Jaringan Irigasi Gumbasa di Sigi mengairi sekitar 8.000 hektar sawah. Jaringan irigasi itu hancur dan tak mengalirkan air lagi, karena gempa disusul likuefaksi pada 28 September 2018. Rekahan tanah masih terlihat jelas di jaringan irigasi.
Jaringan irigasi akan diperbaiki bertahap. Perbaikan tahap I di dekat bendungan di Kecamatan Gumbasa diproyeksikan rampung April 2019, sehingga sawah 1.700 hektar bisa diolah lagi. Kelanjutan perbaikannya belum bisa dipastikan.
Nuraini (42), petani di Desa Loru, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, menuturkan, selama ini ia menanam padi. Dengan tak berfungsinya irigasi, ia berencana menanam palawija atau hortikultura.
"Tetapi, kami harapkan pemerintah membantu, misalnya membangun sumur agar kami bisa menghidupkan tanaman tersebut. Kalau mengharapkan hujan saya tidak jamin itu berhasil karena cuaca tak jelas," katanya, Selasa (29/1/2019).
Nuraini bersama suaminya mengolah sawah seluas 0,5 hektar. Sawah itulah yang menghidupi mereka selama ini. Suaminya juga bekerja sebagai tukang bangunan.
Di desa itu, pemerintah bisa membangun sumur di titik-titik tertentu untuk sejumlah petani yang mau mengolah lahannya untuk ditanami palawija. Kedalaman air tanah berkisar 9-12 meter.
"Lahan yang diolah bisa dibatasi luasnya agar ketersediaan air terjamin dan demi keadilan penggunaan air," kata Nuraini.
Moh Rasyid (53), petani Desa Lolu, menyatakan hal senada. Ia siap menanam sayur-sayuran di lahannya seluas 1 hektar. Yang paling penting adalah pasokan air terjamin.
Saat dihubungi, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulteng Trie Iriany Lamakampali menyatakan, pihaknya memang mendorong petani menanam palawija atau hortikultura. Namun, melihat kondisi cuaca yang tak jelas di musim hujan, langkah itu bisa membuat petani justru terpuruk.
Saat ini, lanjut Trie, pihaknya sedang melobi pemerintah pusat untuk membantu anggaran pembangunan sumur pompa. Sumur pompa akan menjamin ketersediaan air sehingga ada kepastian usaha untuk petani.
"Kami perjuangkan hal ini ke pusat, karena ini kondisi darurat. Kalau nanti disetujui, kami akan mendata berapa banyak petani yang mau terlibat," ujarnya.