Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe siap menemui Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. Ia ingin memulihkan hubungan diplomatik dan memecahkan ketidakpercayaan di antara Jepang dan Korea Utara.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
TOKYO, SENIN -- Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe siap menemui Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. Ia ingin memulihkan hubungan diplomatik dan memecahkan ketidakpercayaan di antara Jepang dan Korea Utara.
"Saya akan bertindak tegas, jangan sampai gagal memanfaatkan setiap peluang untuk memecah tempurung sikap saling tidak percaya. Saya sendiri akan menemui Pemimpin Kim Jong Un untuk menyelesaikan masalah nuklir dan peluru kendali Korea Utara, serta penculikan," tutur Abe saat pidato di sidang parlemen Jepang, Senin (28/1/2019), di Tokyo.
Pidato Abe kali ini amat berbeda dengan forum serupa pada 2018. Kala itu, Abe menyampaikan pesan keras kepada Pyongyang. Ia menyebut akan memaksa Korea Utara mengubah kebijakannya. Program nuklir dan peluru kendali Korea Utara digambarkan sebagai ancaman mendesak dan kesedihan yang tidak pernah ada.
Abe tidak mengungkapkan kapan rencana pertemuan dengan Kim akan berlangsung. Pernyataan Abe terkait rencana pertemuan kedua antara Kim dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Pertemuan Kim-Trump itu direncanakan berlangsung akhir Februari 2019. Kedua pemimpin telah bertemu sebelumnya di Singapura, Juni 2018.
Belum ada tanggapan dari Pyongyang atas pidato Abe. Media resmi Korut secara rutin menyerang Jepang atas sejarah masa lalu. Media Korut juga menyerang Abe yang terus meningkatkan belanja pertahanan.
Kantor berita Korut, KCNA, awal Januari 2019, menyebut Jepang sebagai negara kriminal dan keji terhadap kemanusiaan. KCNA juga menyatakan Jepang sebagai negara kurang ajar dan tidak bermoral.
Korut mempunyai pengalaman tidak menyenangkan dengan Jepang selama Perang Dunia II. "Saya membidik normalisasi diplomatik dengan mengesampingkan masa lalu yang tak menyenangkan," ujar Abe.
Saya membidik normalisasi diplomatik dengan mengesampingkan masa lalu yang tak menyenangkan.
Istilah tersebut merupakan penghalusan Jepang atas peristiwa penjajahan Jepang terhadap Semenanjung Korea selama Perang Dunia II. Penjajahan itu meninggalkan luka mendalam bagi banyak warga Korea.
Sebaliknya bagi Jepang, ada luka akibat penculikan oleh agen Korut terhadap warga Jepang selama PD II. Para korban dipaksa melatih calon mata-mata Korut. Pyongyang pernah melepaskan sebagian korban penculikan itu pada 2002. Korut mengatakan, hampir semua korban penculikan sudah meninggal.
Relasi dengan China
Abe tidak hanya membahas hubungan Tokyo-Pyongyang. Ia juga menyebut, hubungan dengan China terus membaik. Menurut dia, ikatan dengan China sudah sepenuhnya kembali ke jalur yang benar setelah lawatannya pada 2018.
"Saya sangat menginginkan tahap baru (hubungan) diplomasi dengan para tetangga. Demi membuat Asia Timur menjadi wilayah damai, stabil, dan sejahtera seutuhnya," kata dia.
Hubungan Beijing-Tokyo memburuk pada 2012 kala Tokyo mengklaim pulau yang disengketakan dengan China. Sampai sekarang, relatif tak ada perbaikan berarti akibat insiden itu.
Para pengusaha Jepang terus mendesak Abe memperbaiki hubungan Jepang-China. China adalah mitra dagang sekaligus sumber pelancong terbesar bagi Jepang. (AFP)