JAKARTA, KOMPAS -- Sejumlah usaha rintisan lokal yang bergerak di sektor pembiayaan modal merangkul pendamping lokal. Pendamping-pendamping ini berperan mengoptimalkan aktivitas ekonomi objek pembiayaan usaha rintisan tersebut.
Tim beranggotakan 15 - 20 orang dengan usia rata-rata 20 - 35 tahun menjadi dalang di balik usaha-usaha rintisan tersebut. Salah satunya ialah Eragano, usaha rintisan yang menjembatani petani dengan pemodal.
Tak hanya meminjamkan modal pada petani, Eragano juga mengedukasi petani agar kesejahteraannya meningkat. "Kami melihat setiap petani di setiap daerah memiliki karakteristik masing-masing. Hal ini menjadi tantangan bagi kami," kata Chief Executive Officer Eragano Stephanie Jesselyn di Jakarta, Rabu (30/1/2019).
Untuk mengatasi tantangan itu, Jesselyn menggaet orang-orang lokal yang memiliki pengetahuan tentang pertanian. Dia menilai, pendamping lokal tersebut cukup efektif dalam mengedukasi petani karena memahami kultur setempat dan dapat berkomunikasi dengan bahasa setempat.
Hingga saat ini, Eragano telah menyalurkan Rp 2 miliar kepada 2.000 petani yang tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Timur. Kini, Jesselyn dan timnya tengah menjajaki pasar di Asia untuk ekspor hasil pertanian dari petani yang menjadi mitranya.
Senada dengan Eragano, Gandengtangan.org juga mengandalkan pendamping lokal untuk mengenalkan mekanisme pembiayaan dengan teknologi finansial. Gandengtangan.org merupakan usaha rintisan berbasis pinjam-meminjam antarpihak (peer to peer lending) untuk pelaku usaha mikro.
Tenor pinjaman yang diberikan Gandengtangan.org selama enam bulan dengan bunga 2,5 persen per bulan. "Kami memiliki tim yang beranggotakan penduduk lokal untuk mempererat interaksi Gandengtangan dengan pelaku usaha, terutama dalam beradaptasi dengan teknologi," kata Chief Product and Operation Gandengtangan.org Darul Syahdanul.
Hingga saat ini, Gandengtangan.org telah menyalurkan Rp 6,5 miliar untuk pinjaman bagi sekitar 1.600 usaha mikro. Sebagian besar usaha mikro bergerak di usaha perdagangan (seperti toko kelontong), petani, kuliner, dan logistik.
Chief Executive Officer Gandengtangan.org Betania Jezamin Setiawan menambahkan, pihaknya menargetkan menggandeng 1 juta pelaku usaha mikro dalam 5 tahun ke depan. Dia juga berharap, 10 tahun lagi usaha rintisannya dapat melantai di bursa efek.
Jembatani pelaku
Pendekatan lokal juga dapat diterapkan untuk menjembatani pelaku-pelaku usaha. Strategi ini diambil oleh Kostoom, usaha rintisan yang menjembatani penjahit skala rumah tangga dengan desainer atau pelaku industri busana.
Dalam memulai usaha rintisannya, Chief Executive Officer Kostoom Putry Yuliastutik mendatangi penjahit rumahan yang kini menjadi mitranya satu-persatu, mulai dari yang terdekat. "Saya mesti tahu tempat berkumpulnya penjahit-penjahit itu agar dapat mendekati mereka," katanya.
Saat ini, Kostoom telah menjembatani lebih dari 2.000 merk busana dengan 1.000 penjahit skala rumah tangga. Total produksinya telah mencapai lebih dari 80.000 potong pakaian. Dengan adanya kemitraan ini, pendapatan penjahit-penjahit itu meningkat 20 - 30 persen.
Rekomendasi lokal
WeCare.id, usaha rintisan yang menyalurkan donasi di bidang usaha, mengandalkan rekomendasi lokal untuk pasien yang akan dibiayai. "Untuk mendapatkan donasi dari kami, pasien harus mendapatka rekomendasi dari rumah sakit setempat," kata Chief Executive Officer WeCare.id Gigih Septianto.
Hingga saat ini, WeCare.id telah menyalurkan donasi sebesar Rp 6 miliar untuk lebih dari 500 pasien. Jumlah donaturnya telah mencapai 16.800 orang.
Secara menyeluruh, keempat usaha rintisan itu mendapatkan bantuan dana 25.000 dollar Amerika Serikat dari program Remake City Jakarta. "Kami mengharapkan keempat usaha rintisan ini memiliki dampak sosial yang lebih luas lagi lewat program ini," kata Chief Executive Officer Instellar, penyelenggara Remake City Jakarta, Romy Cahyadi. (JUD)