JAKARTA, KOMPAS - Kehadiran teknologi melalui aplikasi dalam jaringan atau daring dapat memperluas pelayanan kesehatan. Harapannya, derajat kesehatan jiwa dan fisik warga DKI Jakarta turut meningkat seiring dengan perluasan pelayanan ini.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta meluncurkan aplikasi E-Jiwa, Jak-Track, dan DBDKlim, Rabu (30/1/2019). "Peluncuran ini merupakan kesempatan penerapan ide dan inovasi atas permasalahan kesehatan di DKI Jakarta. Harapannya, aplikasi-aplikasi ini dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Jakarta," tutur Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat ditemui di Jakarta, Rabu (30/1/2019).
Salah satu aplikasi daring yang diluncurkan ialah E-Jiwa. Aplikasi ini merupakan inovasi dari pusat kesehatan masyarakat atau Puskesmas Cilandak, Jakarta Selatan. Awalnya diterapkan di kecamatan, kini skalanya mencapai provinsi.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Puskesmas Cilandak Luigi mengatakan, aplikasi E-Jiwa bertujuan untuk deteksi dini masalah kesehatan jiwa di wilayahnya sekaligus pendataan gejala secara terintegrasi. "Kami melihat, keadaan pasien yang mengalami masalah kesehatan jiwa sudah parah. Bahkan mereka harus diantar untuk ke Puskesmas," tuturnya.
Oleh sebab itu, Luigi mengatakan, warga diimbau cek kesehatan jiwa secara rutin di Puskesmas. Selain itu, petugas kesehatan terlatih Puskesmas pun akan mendatangi rumah-rumah warga untuk mengecek dengan aplikasi E-Jiwa.
Aplikasi E-Jiwa akan menampilkan 29 pertanyaan terkait gangguan perasaan, gejala psikotik, post traumatic stress disorder (PTSD), serta narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (Napza). Petugas kesehatan tersebut akan menanyakan pertanyaan-pertanyaan tersebut kepada warga yang diperiksa.
Hasil pengecekan itu dibagi menjadi tiga kelompok indikator, yaitu hijau, kuning, dan merah. Warna hijau menunjukkan pasien tidak mengalami gangguan kesehatan jiwa dan disarankan untuk pemeriksaan kembali satu tahun kemudian.
Warna kuning mengindikasikan pasien perlu pengecekan kesehatan jiwanya lagi sebulan kemudian. Jika dalam tiga bulan berturut-turut hasilnya selalu kuning, pasien akan dibawa ke Puskesman untuk konsultasi.
Apabila indikator menunjukkan warna merah, pasien langsung dirujuk ke Puskesmas untuk konsultasi. Bila dibutuhkan, Puskesmas akan merujuk pasien untuk mendapatkan penanganan di rumah sakit.
Untuk mengakomodasi masyarakat DKI Jakarta yang belum terpindai oleh petugas kesehatan, Pemprov DKI Jakarta bekerja sama dengan PT Ardhia Multi Parama sebagai pemilik situs Ibunda.id. Kedua belah pihak akan mengembangkan sistem deteksi dini masalah kesehatan jiwa (E-Jiwa versi halaman web) serta konsultasi psikologi yang melibatkan tenaga konselor, psikolog klinis, dan psikiater.
Selain E-Jiwa yang diterapkan seprovinsi, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti juga meluncurkan aplikasi Jak-Track dan DBDKlim. Aplikasi Jak-Track berfungsi untuk reservasi daring pemeriksaan HIV/AIDS, pemantauan dan penjadwalan tes HIV/AIDS bagi dokter keliling, pemantauan kinerja penanggulangan HIV/AIDS di fasilitas layanan kesehatan, dan pemenasan obat secara daring bagi pasien.
Sementara, DBDKlim merupakan aplikasi yang mengintegrasikan data Dinas Kesehatan DKI Jakarta dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika untuk memprediksi potensi penyakit demam berdarah dengue (DBD) hingga dua bulan mendatang. Berdasarkan prediksi ini, Widyastuti mengatakan, pihaknya dapat mengambil langkah strategis untuk mencegah DBD, seperti pemberantasan sarang nyamuk dan pengasapan (fogging).