Demam berdarah dengue yang merebak di sejumlah daerah perlu diantisipasi. Apalagi, korban jiwa terus bertambah.
JAKARTA, KOMPAS— Demam berdarah dengue pada awal tahun ini telah berkembang menjadi pembunuh senyap di sejumlah daerah. Tanpa gerakan pencegahan yang lebih intensif, dikhawatirkan korban jiwa akan terus berjatuhan.
Di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, lima anak meninggal karena demam berdarah dengue (DBD) dalam kurun waktu tiga pekan terakhir. Jumlah kasus DBD mencapai 38 kasus. Jumlah itu meningkat dibandingkan pada kurun waktu yang sama tahun 2018, yakni 30 kasus dan 1 orang meninggal.
Kepala Seksi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dan Tidak Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes Ismawan Nur Laksono menyatakan, faktor cuaca menjadi salah satu penyebab merebaknya kasus DBD.
”Kalau hujan terus-menerus sebenarnya tidak berbahaya, tetapi yang terjadi saat ini hujan-berhenti-hujan-berhenti. Selain itu, nyamuk rawan muncul saat jam-jam sekolah atau jam-jam kerja,” ujar Ismawan, Selasa (29/1/2019).
Di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, berbagai upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dilakukan sejak November 2018. Program Laser (Lamongan Menanam Sereh), program 1 Rumah 1 Juru Pemantau Jentik, serta program Batik (Basmi Jentik) menggunakan ikan cupang terus digaungkan di 33 kecamatan.
Namun, upaya itu belum cukup untuk meredam DBD. Dalam tiga pekan awal 2019 tercatat 171 kasus DBD dengan 3 orang meninggal.
Kepala Dinas Kesehatan Lamongan Taufiq Hidayat mengatakan, pihaknya juga sudah mengirimkan bubuk abate ke setiap puskesmas, masing-masing 25 kilogram, untuk didistribusikan di wilayahnya secara gratis. Selain itu, dilakukan pengasapan di desa-desa yang warganya terkena DBD.
Lima meninggal
Di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, pada Januari 2019 ini tercatat lima orang meninggal karena DBD. Jumlah korban itu meningkat dibandingkan denganperiode yang sama tahun lalu, yakni satu orang meninggal.
Bupati Bojonegoro Anna Muawanah pada 28 Januari mengeluarkan edaran kepada semua camat agar melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk secara serentak dan berkesinambungan. Semua rumah sakit dan tenaga kesehatan juga diminta lebih waspada terhadap DBD.
DBD juga merebak di Sumatera Selatan. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Fery Yanuar menyebutkan, sepanjang Januari 2019 sedikitnya ada 395 kasus DBD dengan 3 orang meninggal.
Korban meninggal ada di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, dan Kabupaten Musi Banyuasin.
Kementerian Kesehatan mencatat, jumlah kasus DBD pada 1-28 Januari 2019 mencapai 11.293 kasus dengan 112 orang meninggal. Empat daerah menetapkan status kejadian luar biasa, yakni Sulawesi Utara, Kota Kupang dan Kabupaten Manggarai Barat (Nusa Tenggara Timur), serta Kabupaten Kapuas (Kalimantan Tengah).(DIT/ACI/RAM/E07/E03)