Brexit Bisa Menambah Angka Kematian Akibat Strok dan Serangan Jantung
Keluarnya Inggris dari blok Uni Eropa, atau yang populer dengan istilah "Brexit", bisa berdampak terhadap masalah kesehatan. Ribuan orang yang tinggal di Inggris berisiko meninggal karena serangan jantung dan strok dalam rentang satu dekade setelah Inggris meninggalkan Uni Eropa (UE) akibat melonjaknya harga buah-buahan dan sayuran impor.
Oleh
RETNO BINTARTI
·3 menit baca
LONDON, RABU – Keluarnya Inggris dari blok Uni Eropa, atau yang populer dengan istilah "Brexit", bisa berdampak terhadap masalah kesehatan. Ribuan orang yang tinggal di Inggris berisiko meninggal karena serangan jantung dan strok dalam rentang satu dekade setelah Inggris meninggalkan Uni Eropa (UE) akibat melonjaknya harga buah-buahan dan sayuran impor.
Peringatan itu muncul dalam hasil riset baru yang dipublikasikan jurnal kesehatan BMJ Open, Selasa (29/1/2019). Inggris dijadwalkan akan keluar dari UE pada 29 Maret mendatang. Hingga kini, masih belum ada kepastian soal jenis kesepakatan apa--jika ada--yang akan bisa dijalankan Perdana Menteri Inggris Theresa May dan juga soal apa dampaknya bagi perdagangan.
Inggris sangat bergantung pada impor makanan, terutama buah-buahan dan sayur-sayuran. Hasil riset sejumlah ilmuwan yang dimuat dalam jurnal BMJ Open memperkirakan adanya penurunan konsumsi secara luas, termasuk risikonya bagi kesehatan dalam jangka panjang.
Dampak tanpa kesepakatan
Dalam kasus terjadi Brexit tanpa kesepakatan, di mana Inggris keluar dari UE tanpa adanya kesepakatan soal hubungan perdagangan di masa depan, para ilmuwan dari London\'s Imperial College memprediksi, bakal terjadi sebanyak 12.400 kematian tambahan akibat penyakit serangan jantung selama 10 tahun ke depan di Inggris.
"Menurut aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), harga pisang bakal naik 17 persen, harga jeruk baik 14 persen, dan buah-buahan yang paling banyak kita impor jelas bakal menjadi hal yang paling sensitif dari segi kenaikan harganya," kata Christopher Millet, dari unit evaluasi kebijakan kesehatan publik pada London\'s Imperial College dan ketua penyusun laporan hasil riset.
"Dalam situasi (Brexit tanpa kesepakatan) kami memperkirakan ada 12.400 kematian tambahan antara tahun 2021 dan 2030, dan bahkan dengan pengaturan perdagangan bebas pun, kami memperkirakan, ada sekitar 6.000 lebih kematian akibat gabungan strok dan serangan jantung," ujar Millet kepada kantor berita AFP.
Dalam situasi (Brexit tanpa kesepakatan), ilmuwan kesehatan memperkirakan ada 12.400 kematian tambahan antara tahun 2021 dan 2030.
Yayasan Jantung Inggris menyatakan, dalam setahun terjadi sekitar 42.000 kematian karena penyakit kardiovaskular. Buah dan sayur mayur berisi nutrisi penting dari serat, vitamin, mineral, dan anti-oksidan, yang membantu kesehatan fungsi kardiovaskular.
Pada tahun 2017, Inggris mengimpor 84 persen seluruh buah dan 48 persen sayur untuk dikonsumsi warganya. Sebagian besar impor buah dan sayur itu datang dari negara-negara UE, seperti jeruk dari Spanyol.
Bahkan, pasokan buah-buahan yang diimpor dari luar UE sekalipun juga bisa terganggu karena Inggris harus mengadopsi aturan-aturan WTO atau harus bersusah-payah menggelar perundingan dagang bilateral dengan tiap negara, yang berpotensi mengakibatkan pengecekan lebih lama di bea cukai dan tarif lebih berat.
Millet dan timnya menggunakan statistik bea cukai terbaru yang tersedia di WTO dan Inggris, serta mengaplikasikannya ke dalam model kebijakan pangan yang menggabungkan berbagai hal, seperti diet, data ekonomi dan kesehatan, untuk memprediksi dampak konsumsi buah-buahan dan sayuran dalam empat skenario Brexit.
Masalah serius
Menurut mereka, sekalipun andaikata Inggris bisa mencapai kesepakatan perdagangan bebas dengan UE dan negara-negara lain di luar Eropa, sama seperti kesepakatan dengan UE saat ini, konsumsi buah-buahan dan sayuran bakal menurun sedikitnya tiga persen.
Jika terjadi Brexit tanpa kesepakatan, bakal terjadi penurunan konsumsi sebesar 11,4 persen untuk konsumsi buah-buahan, dan 9 persen untuk konsumsi sayur. Hal ini akan berdampak pada puluhan ribu warga menjadi lebih berisiko meninggal akibat strok atau serangan jantung.
"Ini masalah serius," kata Millet.
"Keluarga-keluarga di Inggris akan membayar harga sayur dan buah lebih mahal terhadap semua opsi perdagangan. Ini akan memukul saku dari keluarga Inggris yang pas-pasan dan merupakan konsekuensi kesehatan yang nyata dan penting,” jelas Millet.
Millet mengatakan, politisi harus lebih mempertimbangkan dampak kesehatan dari Brexit dan beban meningkatnya penyakit di kemudian hari. "Publik Inggris tidak mesti sadar bahwa harga pisang akan melonjak hingga setinggi itu dan apa artinya hal itu bagi biaya hidup sehari-hari dan kemampuan memastikan anak-anak Anda makan dengan diet yang sehat," papar Millet.
"Semua ini adalah implikasi nyata (dari Brexit)." (AFP/SAM)