Charles Leclerc yang musim ini akan memacu mobil Ferrari berpotensi memanaskan persaingan papan atas Formula 1. Bakat besar Leclerc juga akan memaksa rekan setimnya, Sebastian Vettel, untuk berbenah dan bekerja lebih keras.
LONDON, SELASA —Formula 1 musim 2019 akan mulai bergulir pada 17 Maret di Melbourne, Australia. Seri pembuka itu sudah ditunggu oleh para pencinta F1, salah satunya terkait kiprah Charles Leclerc bersama Ferrari.
Pebalap berusia 21 tahun yang mewakili ”generasi masa depan” F1 itu berpotensi besar menambah tekanan bagi rekan setimnya, Sebastian Vettel, untuk meraih gelar juara.
Leclerc menunjukkan potensinya musim lalu bersama Sauber. Ia berkembang pesat bersama tim yang tidak memiliki mesin sebagus Ferrari, Mercedes, dan Red Bull.
Pebalap asal Monegasque, Monako, itu berkembang pesat pada musim pertamanya. Ia membuat kejutan pada seri keempat di Azerbaijan dengan finis di posisi keenam setelah start dari posisi ke-13. Itu lompatan besar setelah tiga seri pembuka finis di posisi ke-13, ke-14, dan ke-19.
Sejak seri Azerbaijan itu, Leclerc hanya dua kali finis di luar 10 besar. Dia empat kali finis di posisi ketujuh, tiga di antaranya beruntun di tiga balapan terakhir. Musim lalu dia enam kali tidak finis karena bertabrakan dan kendala teknis.
Kemampuan Leclerc memaksimalkan potensi Sauber, membuahkan sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang, menjadi pebalap Ferrari musim 2019. Dia menggantikan Kimi Raikkonen yang menjadi rekan Vettel sejak tahun 2015.
Tekanan
Analis pada majalah F1 Racing, Edd Straw, menilai, musim ini Vettel tidak akan mendapat hubungan yang terlalu nyaman dengan Leclerc. Pebalap muda itu memiliki talenta sekaligus ambisi besar. Motivasi itu berpotensi menambah tekanan kepada Vettel.
Hal senada disampaikan mantan pebalap F1, Jenson Button. Kondisi saat ini mirip dengan apa yang dialami Vettel di tim Red Bull saat Daniel Ricciardo bergabung pada 2014. Ricciardo memberi tekanan besar kepada Vettel. Ricciardo finis ketiga, sedangkan Vettel finis kelima. Pada akhir musim itu, Vettel pindah ke Ferrari.
Kini, tekanan bagi Vettel dengan kehadiran Leclerc bisa jauh lebih besar. Saat di Red Bull, dia adalah juara empat kali beruntun sejak 2010, 2011, 2012, dan 2013. Di Ferrari, dia sangat diandalkan mengakhiri paceklik gelar juara sejak 2007.
”Kita akan melihat bagaimana dia mengatasinya tahun ini. Ini akan menjadi sebuah tahun yang besar untuk Sebastian. Ketika Daniel datang ke Red Bull, dia menemui kesulitan.
Daniel membuatnya tertekan dan tampil lebih bagus dari dirinya. Saya rasa jika Charles bisa melakukan itu pada tahun itu, Sebastian akan dihadapkan pada keputusan yang sulit, ke mana akan melangkah pada masa datang dan apa yang akan dilakukannya,” tutur Button saat menjadi analis F1 di Sky Sports, Senin (28/1/2019).
Mantan pebalap Mercedes, Nico Rosberg, pun meyakini, Vettel telah merasakan tekanan dari Leclerc. ”Dia (Vettel) perlu memperbaiki diri dan tim juga perlu berbenah secara menyeluruh. Mereka memiliki terlalu banyak masalah tahun lalu. Jika tidak, mereka mungkin yang menjadi juara,” kata Rosberg yang tampil bersama Button.
Di internal tim Ferrari, penggantian pemimpin tim dari Maurizio Arrivabene dengan Mattio Binotto merupakan salah satu upaya perbaikan. Binotto sangat paham bagaimana mengelola pebalap dan menjalankan tim dengan kesalahan seminim mungkin.
”Kami memiliki semua bahan dan tergantung dari kami untuk melakukan pekerjaannya. Sangat sulit untuk mengatakan pada waktu seperti sekarang ini. Semua orang masih berada di tempat gelap,” ujar Vettel saat acara Race of Champions di Mexico City, dikutip dari Crash.
”Dengan melihat ke depan, ini akan menjadi sebuah tantangan besar. Apa yang ingin kami capai sangat jelas,” ucap Vettel. (REUTERS/ANG/OKI)