Meminimalkan Risiko Dampak Bencana Gempa dan Tsunami di Cilacap
Oleh
MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
CILACAP, KOMPAS — Jajaran manajemen Rumah Sakit Pertamina Cilacap bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Cilacap menggelar simulasi penanggulangan bencana, khususnya tsunami dan gempa bumi, Rabu (30/1/2019). Pelatihan ini digelar untuk menanamkan kewaspadaan dan meminimalkan risiko jika terjadi bencana alam.
”Ini program rumah sakit kami dalam rangka memastikan bahwa seluruh komunitas yang ada di lingkungan rumah sakit ini aman. Bahkan, kalaupun terjadi bencana, kami siap. Minimal tidak panik,” kata Pejabat Pengganti Sementara Direktur RS Pertamina Cilacap Eko Supriyanto.
Eko menyampaikan, Rumah Sakit Pertamina Cilacap berada dalam kawasan rawan gempa dan tsunami karena jaraknya kurang dari 200 meter dari bibir pantai. ”Pada 2017 juga ada gempa di atas 6 SR. Alhamdulillah secara fisik bangunan strukturnya masih bagus. Tidak terdapat kerusakan signifikan. Hanya saja bahwa penanggulangan bencana tidak hanya mengandalkan fisik bangunan saja, tapi juga sumber daya manusia harus disiapkan,” katanya.
Eko mengatakan, bencana memang tidak bisa dihindari, tetapi risikonya bisa diminimalkan. Di rumah sakit ini ada 210 karyawan yang mengikuti pelatihan mitigasi bencana. Rumah sakit dengan 4 lantai ini dapat melayani 100 pasien. ”Kalau tsunami di Cilacap ini mencapai 8 meter, skenario kami evakuasi akan diarahkan ke lantai 4. Di sana cukup lapang. Di sana ada ruang MCU, kami juga punya 2 jalur tangga,” kata Eko.
Kepala UPT Wilayah Cilacap BPBD Kabupaten Cilacap Andi Susilo mengatakan, pelatihan dan simulasi penanggulangan bencana terus digiatkan karena wilayah Cilacap, terutama bagian pesisir, rawan tsunami. ”Tahun lalu simulasi digelar di lebih dari 20 lokasi, seperti di sekolah dan perkantoran,” kata Andi.
Berdasarkan data BPBD Cilacap, 284 desa di sana rawan bencana gempa bumi. Sebanyak 40 desa meliputi 9 kecamatan di antaranya yang berada di pesisir pantai rawan tsunami dan gelombang pasang. Sementara jumlah desa rawan tanah longsor ada 58 desa, banjir dan rob 131 desa, kekeringan di 33 desa, cuaca ekstrem atau angin kencang di 86 desa, serta 7 desa berpotensi terancam kegagalan teknologi. ”Dari 1,8 juta penduduk di Cilacap, 687.000 jiwa tinggal di daerah rawan tsunami,” kata Kepala Seksi Pencegahan BPBD Kabupaten Cilacap Firman Bariyadi.
Proses simulasi dimulai dari adanya gempa bumi sehingga seluruh pasien dan perawat langsung menyelamatkan diri keluar rumah sakit menuju titik kumpul di ruang terbuka. Beberapa saat kemudian, dalam simulasi BMKG, disampaikan potensi tsunami yang akan terjadi dalam 36 menit. Selanjutnya seluruh karyawan dievakuasi melalui tangga ke lantai empat untuk menghindari terjangan tsunami setinggi 8,5 meter dengan landaan mencapai 3 kilometer. Para karyawan tampak memapah korban dan dengan susah payah menaiki tangga menuju lantai 4.
Gempa terdeteksi
Pada Selasa (29/1/2019) pukul 20.14 terdeteksi gempa bumi tektonik dengan kekuatan M 2,8 di Kabupaten Banyumas. Episenter gempa ini berada di darat pada jarak 21 km arah timur laut Banyumas pada kedalaman 250 km. ”Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dalam akibat subduksi lempeng di selatan Jawa,” kata Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara Setyoajie Prayoedhie.
Ia menyampaikan, hingga Kamis siang belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami. ”Hingga pukul 10.00 tanggal 30 Januari 2019, hasil monitoring BMKG menunjukkan tidak ada gempa bumi susulan (aftershock). Masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” katanya.
Selasa (29/1/2019) pukul 20.14 terdeteksi gempa bumi tektonik dengan kekuatan M 2,8 di Kabupaten Banyumas. Episenter gempa ini berada di darat pada jarak 21 km arah timur laut Banyumas pada kedalaman 250 km.