Pasien DBD Penuhi Rumah Sakit
Pemerintah Kota Tangerang Selatan belum menetapkan status tertentu atas kasus demam berdarah dengue.
Pemerintah Kota Tangerang Selatan belum menetapkan status tertentu atas kasus demam berdarah dengue.
TANGERANG SELATAN, KOMPAS - Peningkatan kasus demam berdarah dengue di Kota Tangerang Selatan sempat membuat jumlah pasien membeludak di rumah sakit setempat. Pemkot masih optimistis bisa mengatasi kasus ini tanpa status tertentu.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kota Tangerang Selatan Deden Deni mengatakan, selama 25 hari pertama tahun 2019, ada 95 pasien demam berdarah dengue (DBD) di tujuh kecamatan. Satu penderita DBD yang juga mengidap pneumonia meninggal, namun belum bisa dipastikan penyakit mana yang menyebabkan kematian.
Deden mengatakan, tidak perlu menetapkan status siaga atau waspada DBD karena pemerintah masih mampu memberantas sarang nyamuk (PSN) Aedes aegypti di permukiman dan sekolah.
"Yang penting aksi pemerintah. Sejak Januari, kami sudah edarkan surat ke seluruh puskesmas untuk memberi arahan apa saja yang harus dilakukan untuk menghadapi DBD. Kami juga sudah melaksanakan fogging di 60 titik di tujuh kecamatan. Selain itu, kegiatan jumantik (juru pemantau jentik) sudah diperluas ke semua kecamatan. Tahun lalu, kami cuma lakukan di Pamulang," kata Deden, Selasa (29/1/2019).
Satu orang di setiap rumah warga, kata Deden, akan dijadikan jumantik. Setiap 10 jumantik, ada satu koordinator. Jumantik, fogging, dan upaya PSN lainnya dibiayai APBD 2019 sebesar Rp 2,5 miliar.
Di lain pihak, Sape’i, warga Pamulang, mengatakan, beberapa tetangganya terjangkit DBD dan dirawat di rumah sakit. Namun, ia belum melihat adanya fogging di sekitar kontrakannya. Istrinya yang selalu di rumah pun belum dijadikan jumantik oleh pemerintah.
Dari 95 kasus DBD di Tangsel, incident rate tertinggi ada di Kecamatan Setu dan Serpong, masing-masing 26 dan 20 pasien. Sebanyak 16 warga Pondok Aren dan 13 warga Pamulang juga terjangkit. Adapun sembilan orang di Ciputat, tujuh di Ciputat Timur, dan empat di Serpong Utara mendapat perawatan di rumah sakit.
Deden tidak dapat memastikan apakah jumlah kasus DBD selama Januari 2019 meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Namun, kata dia, peningkatan penderita DBD lumrah di musim penghujan. Ia mengatakan, masyarakat belum menjaga kebersihan lingkungan, misalnya, dengan mencegah air hujan menggenang di pekarangan rumah.
Pasien membeludak
Sementara itu, jumlah pasien di RSU Kota Tangerang Selatan terus meningkat akibat merebaknya DBD. Peningkatan pasien ini sempat membuat sebagian pasien dirawat di lorong rumah sakit pada Senin lalu.
Kepala Bidang Pelayanan Medis RSU Tangerang Selatan dr Imbar Umar Gazali mengatakan, 16 pasien DBD baru masuk RS ini pada Selasa siang. Pada Senin, ada 14 pasien DBD masuk RS, dan 12 orang sehari sebelumnya. Jumlah itu di luar pasien dengan penyakit lain.
Kondisi ini membuat pasien di RSU Tangerang Selatan harus mengantre lama di unit gawat darurat (UGD). Jumlah kamar untuk rawat inap pun sangat terbatas, apalagi anak-anak dan orang dewasa tidak diperkenankan berada pada kamar yang sama.
Ruang rawat inap Anggrek di Neonatus Intensive Care Unit, yang sedianya hanya memuat tiga pasien anak, kini digunakan untuk empat pasien.
Halimah (36), orangtua pasien anak, mengaku sempat kesusahan mencari rumah sakit untuk perawatan anaknya yang terkena DBD.
Warga Parung, Kabupaten Bogor, ini ditolak tiga rumah sakit karena kartu BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) miliknya tidak bisa diproses. Akhirnya, anaknya diterima di RSU Tangerang Selatan saat trombositnya mencapai 80.000 pada Senin sore.
Kendati begitu, ia harus menunggu sejak pukul 15.00 hingga 01.00 untuk mendapat tempat berbaring. "Di UGD, anak saya cuma dikasih kursi plastik kayak di warung pecel, tapi tetap dapat infus. Waktu dipindah ke lantai 3 enggak langsung dapat kamar, kasurnya disediain di lorong. Baru pagi ini masuk ruangan," kata Halimah.
Tempat tidur Azri kini diletakkan di depan pintu masuk ruangan, sementara tiga pasien lainnya berjajar di tengah ruangan Anggrek.
Stok darah
Palang Merah Indonesia (PMI) Tangerang Selatan menyiapkan sedikitnya 1.500 kantong darah selama Januari 2019. Adapun permintaan trombosit untuk pasien DBD mencapai 50 kantong selama Januari.
Kepala Unit Donor Darah PMI Tangerang Selatan Suhara Manullang mengatakan, pihaknya akan meningkatkan persediaan darah menjadi 3.000 kantong untuk bulan Februari, untuk mengantisipasi kebutuhan trombosit bagi pasien DBD.
“Kami harus selalu siap, karena trombosit ini umurnya hanya lima hari. Setiap ada permintaan dari rumah sakit, kami akan memproduksi dengan cara memisahkan trombosit dari komponen darah lainnya. Jadi, kami selalu harus sedia stok darah, apalagi permintaan darah untuk keperluan lainnya, seperti operasi, tetap tinggi,” kata dia.
Kami harus selalu siap, karena trombosit ini umurnya hanya lima hari
Suhara mengatakan, kasus DBD saat ini dapat dikategorikan sebagai siaga. Saat ini, lonjakan penderita demam berdarah membentuk siklus tiga tahunan. Sebelumnya, siklus demam berdarah ini lima tahunan.
“Kesiagaan pemerintah selama jumlah kasus DBD meningkat adalah mencegah warga meninggal,” kata dia.
(Kristian Oka Prasetyadi)