JAMBI, KOMPAS—Pemerintah Provinsi Jambi didesak untuk membenahi pengelolaan Kebun Binatang Taman Rimbo di Kota Jambi. Kasus kematian dua satwa berstatus dilindungi yakni harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan singa (Panthera leo), dikhawatirkan akibat penanganan yang tak memadai.
Direktur Zoological Society of London (ZSL) Jambi, Yoan Dinata, mengatakan pihaknya baru dihubungi pengelola kebun binatang untuk membantu penanganan medis di saat kondisi harimau betina yang bernama Ayu (8) telah parah. Ayu didiagnosis menderita pneumonia alias radang paru. Harimau itu akhirnya mati pada 26 Januari lalu. “Saat kami bantu tangani, kondisi Ayu sudah sangat parah. Fisiknya sudah lemah,” katanya, Rabu (30/1/2019).
Yoan menyebut faktor lingkungan yang tidak sehat sebagai penyebab sakitnya. Kandang terbuka harimau dihuni dua ekor, yakni Uni (15) dan Ayu, namun hanya dibangunkan satu penaung. Jika kondisi hujan dan dingin, hanya satu harimau yang dapat berlindung, sementara lainnya tidak.
Hanya ada satu orang dokter hewan yang ditempatkan untuk menangani hampir 400 ekor satwa dari beragam spesies.
Ia juga mengkritik minimnya ketersediaan dokter di kebun binatang. Hanya ada satu orang dokter hewan yang ditempatkan untuk menangani hampir 400 ekor satwa dari beragam spesies. “Dokter hewan yang ada di sana pun belum memiliki pengalaman menangani satwa-satwa liar,” tambahnya. Ia pun khawatir penanganan terhadap Ayu tak maksimal akibat keterbatasan pengalaman dokter.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kebun Binatang Taman Rimbo, Taupiq Bukhari, mengatakan kebun binatang itu mendapatkan anggaran daerah sebesar Rp 2,6 miliar tahun ini. Setengahnya dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan pakan satwa.
Sebelum kematian Ayu, lanjutnya, dokter hewan telah mengirimkan sampel cairan muntah harimau itu ke Balai Veteriner Bukitinggi, Sumatera Barat. Uji sampel diharapkan dapat mengungkap sebab kematian. “Kami masih menunggu hasil laboratorium,” ujarnya.
Direktur Walhi Jambi Rudiansyah mengingatkan pemerintah daerah untuk tidak setengah-setengah mengelola kebun binatang. Pemeliharaan satwa selama ini dinilainya belum maksimal, meskipun sudah ada unit khusus yang mengelolanya.
Menurut Rudi, jika UPTD terkait tak mampu, pengelolaan dilakukan lewat kerjasama dengan swasta. Sehingga, pemerintah lebih fokus mengawasi.
Sekretaris Daerah Provinsi Jambi M Dianto mengatakan akan mengupayakan untuk mendatangkan singa dan harimau sebagai pengganti singa dan harimau yang mati. “Sehingga nantinya singa dan harimau yang ada di kebun binatang ini bisa sepasang lagi,” katanya.