Pemilihan presiden dan wakil presiden 2019 membutuhkan suasana yang menyejukan, tenang, aman, dan damai. Kondisi itu berpotensi turut menghasilkan pemimpin yang berkualitas guna memimpin Indonesia kelak.
Oleh
Samuel Oktora
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2019 membutuhkan suasana yang menyejukkan, tenang, aman, dan damai. Kondisi itu berpotensi turut menghasilkan pemimpin yang berkualitas guna memimpin Indonesia kelak.
Hal itu menjadi salah satu benang merah saat Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan bertemu sesepuh Jawa Barat, Solihin Gautama Purwanegara, di Bandung, Rabu (30/1/2019). Dalam kesempatan itu juga dibahas tentang pentingnya menjaga Pancasila sebagai ideologi negara.
Solihin mengatakan, sebagai warga negara, ia tengah diliputi keresahan menjelang pilpres. Pemicunya adalah banyak beredarnya hoaks yang berujung gambaran situasi menyeramkan di Indonesia. Hal itu, kata Solihin, tidak bisa dibiarkan. Tanpa tindakan tegas, hoaks rentan memecah belah masyarakat.
”Seharusnya pemilu dirayakan dengan penuh kegembiraan dan bukan dibuat menegangkan serta menakutkan. Suasana yang baik sangat berpotensi menghasilkan pemimpin terbaik untuk Indonesia,” ujar Solihin.
Sepakat dengan Solihin, Luhut mengatakan, fitnah terus saja muncul, terutama yang menyudutkan kinerja pemerintahan. Meski tidak memungkiri masih ada sejumlah pembangunan yang belum tuntas, menurut Luhut, banyak hal yang sudah diselesaikan dengan baik oleh pemerintah.
”Seharusnya benar katakan benar. Salah katakan salah. Apabila dibiarkan, kondisi seperti ini berbahaya bagi generasi yang akan datang. Mereka dikhawatirkan terbiasa dengan fitnah dan hal tidak mendidik lainnya,” ujarnya.
Selain meminta penyebar hoaks ditindak tegas, kata Solihin, solusi utama menjaga persatuan bangsa adalah tetap teguh pada Pancasila. Menurut Solihin, Pancasila sudah teruji sejak lama membuat Indonesia tetap berdiri menjadi bangsa besar seperti sekarang ini.
Luhut menambahkan, Pancasila sudah final sebagai dasar negara. Keberadaannya sejak lama mampu mempersatukan bangsa dalam suatu kesatuan yang kuat. Oleh karena itu, ia meminta banyak kalangan untuk tidak mempersoalkannya lagi kehadiran Pancasila.
Ketua Majelis Adat Sunda, yang ikut hadir dalam pertemuan itu, Ari Mulia Subagja, mengingatkan agar pasangan yang terpilih kelak tetap menjalankan amanat leluhur dan pendiri bangsa. Semua langkah dan kebijakannya harus mengacu pada semangat Proklamasi Kemerdekaan RI, Pancasila, UUD 1945, dan Pembukaan UUD 1945.
”Empat hal ini saling terkait, tetapi sayang sejak era reformasi semuanya seolah luntur. Kemunculan kelompok radikal dan maraknya penyebaran hoaks menjadi salah satu indikasi kendurnya pengamalan Pancasila. Pancasila seharusnya menjadi tekad, ucap, dan laku lampah bangsa Indonesia,” kata Ari.