NEWCASTLE, SELASA — Juara bertahan Liga Primer Inggris, Manchester City, secara mengejutkan tumbang saat bertandang ke markas Newcastle. Kekalahan City membuat momentum perburuan gelar berada di pemuncak klasemen saat ini, Liverpool. Tim berlambang ”Burung Liver” itu berpotensi terbang tinggi lewat keunggulan tujuh poin. Liverpool bakal menghadapi Leicester City di Anfield pada Kamis (31/1/2019) dini hari.
Di St. James Park, meski sempat unggul lebih dulu lewat gol cepat Sergio Aguero pada menit pertama, City akhirnya kalah 1-2. Permainan menyerang City tidak berkembang dan harus kebobolan dua gol pada babak kedua.
Kekalahan itu membuat ”The Citizens” tertahan di peringkat kedua dengan 56 poin. Mereka gagal memperkecil ketertinggalan empat poin dari Liverpool yang masih menyisakan satu laga.
Liverpool berada di atas angin. Jika Mohamed Salah dan rekan-rekan mengalahkan Leicester City di Anfield, mereka bakal unggul tujuh poin dari City. Liverpool belum pernah kalah di kandang musim ini.
Margin besar ini menjadi momentum klub berlambang Burung Liver membuka puasa gelar sejak terakhir juara pada 29 tahun lalu. Peluang cukup besar karena liga menyisakan 14 pertandingan.
Meski lebih diunggulkan, Manajer Liverpool Juergen Klopp tak mau jemawa. ”Kami hanya ingin menang pertandingan sebanyak mungkin. City adalah lawan yang berat karena mereka sedang berada dalam performa puncak. Ini akan menjadi sangat sulit,” katanya.
Bahkan, Klopp tidak menghapus Tottenham Hotspur yang saat ini tertinggal sembilan poin dari perebutan gelar. Pelatih asal Jerman itu menilai Spurs masih sangat mungkin mengejar mereka.
City adalah lawan yang berat karena mereka sedang berada dalam performa puncak. Ini akan menjadi sangat sulit.
Liverpool memang harus waspada, khususnya karena penampilan mereka dalam tiga pertandingan terakhir. Mereka kalah melawan Manchester City, 1-2; serta hanya menang tipis menghadapi Crystal Palace, 4-3; dan Brighton, 1-0.
Pertahanan Liverpool yang amat kokoh dikawal Virgil van Dijk pada paruh musim mulai bermasalah. Mereka kebobolan lima kali dalam tiga laga terakhir atau 1,67 kebobolan per laga. Statistik itu jauh dibandingkan 20 laga awal musim yang hanya kebobolan delapan kali atau 0,38 gol per laga.
Di sisi lain, City masih berpeluang jika Liverpool menang melawan Leicester. Sejarah membuktikan, pada 2011/2012, City mampu juara ketika sudah tertinggal delapan poin dari Manchester United pada pekan ke-32. Saat itu poin keduanya sama. City merebut trofi karena unggul selisih gol.
”Ini sangat sulit karena kami harus memenangkan sebanyak mungkin pertandingan. Keuntungan sudah tidak ada di pihak kami,” ujar Manajer Manchester City Josep ”Pep” Guardiola.
Tim asuhan Guardiola masih dalam penyakit inkonsistensi pada musim ini. Setelah memenangi delapan kemenangan beruntun, mencetak 31 gol, kemasukan 2 gol, termasuk menang atas Liverpool, mereka secara mengejutkan kalah dari Newcastle. Hasil buruk ini mengulang kejadian saat mereka kalah beruntun dari Leicester dan Crystal Palace pada boxing day Desember 2018.
”Ini bukan hari terbaik kami. Di sepak bola semua bisa terjadi. Tetapi yang terpenting kami mengetahui apa yang harus kami lakukan. Kalau tidak, kami akan kalah di ujung musim karena sepak bola sekarang sangat kompetitif,” kata Guardiola.
Dalam laga itu, Aguero memulai dengan mencetak gol ke-15 dalam 13 laga musim ini. Gol itu dicetak lewat tendangan voli kaki kiri memanfaatkan umpan dari David Silva.
City gagal membuat banyak peluang. Meski unggul penguasan bola hingga 76 persen, City hanya menghasilkan tujuh tendangan. Hasilnya, Solomon Rondon membalikkan keunggulan pada menit ke-66 lewat tendangan dari dalam kotak penalti setelah mendapatkan umpan sundulan dari Isaac Hayden.
Sepuluh menit jelang laga bubar, Matt Richie menambah keunggulan Newcastle lewat tendangan penalti. Tendangan keras Richie tidak mampu ditahan Ederson Moraes yang tepat membaca arah bola. Penalti itu berasal dari kesalahan Fernandinho melanggar Sean Longstaff. (REUTERS)