DEPOK, KOMPAS -- Pasien demam berdarah dengue atau DBD yang berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok (RSUD) terus berdatangan, Rabu (30/1/2019). Meski demikian, pihak rumah sakit memastikan stok obat masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Humas RSUD Depok Stya Hadi Saputra mengatakan, sejak awal tahun hingga Rabu (30/1/2019) pukul 05.00, total sudah 194 orang pasien yang berobat ke RSUD Depok. Jumlah itu bertambah tujuh orang dibandingkan kemarin. "Adapun pasien yang masih dirawat berjumlah 38 orang, yaitu 27 orang dewasa dan 11 anak-anak," kata Hadi.
Meskipun jumlah pasien yang berobat ke RSUD Depok bertambah, Hadi memastikan stok obat di rumah sakit mencukupi. Menurut Hadi, kebutuhan obat bagi pasien tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan jenis penyakit berat lainnya. Obat yang paling banyak dibutuhkan pasien DBD adalah cairan infus agar tidak mengalami dehidrasi. "Jadi untuk cairan infus dan obat lainnya ketersediaannya masih cukup. Kita masih siap," ujarnya.
Hadi menambahkan, sampai sekarang, rumah sakit masih bisa menampung pasien DBD. Karena jumlah pasien DBD meningkat, rumah sakit memaksimalkan kapasitas ruang rawat inap, tetapi tetap memperhatikan ketersediaan sumber daya manusia.
Berdasarkan utilitasnya, rumah sakit memiliki total 90 kamar rawat inap di lantai 6 dan lantai 7 rumah sakit. Jumlah itu bertambah 10 kamar dibandingkan sebelum musim DBD datang. "Siklusnya ada pasien DBD yang pulang dan ada yang masuk. Jadi kita masih bisa menampung pasien," ujar Hadi.
Kepala Dinas Kesehatan Depok Novarita mengatakan, sejauh ini, rumah sakit di Depok masih bisa menampung dan menangani pasien DBD. Menurutnya, rumah sakit sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi situasi seperti sekarang.
"Rumah sakit masih bisa mengendalikan (melayani pasien). Saya belum menerima laporan dari rumah sakit bahwa ada yang mengalami kendala dalam menampung pasien," kata Novarita.
Terkait data, Novarita belum menerima laporan terbaru jumlah warga Depok yang terserang DBD. Laporan terkait korban jiwa juga belum ada. Namun, berdasarkan data terakhir pada Senin (28/1/2019) sore, jumlah pasien DBD di Depok berjumlah 319 orang. Jumlah itu bertambah empat orang dibandingkan Jumat (25/1/2019). Kasus DBD tersebut tersebar di 54 kelurahan dari total 63 kelurahan di Depok.
Karena trennya terus meningkat, Novarita tak henti-hentinya mengingatkan warga untuk melakukan program pemberantasan nyamuk (PSN). Program ini dinilai lebih efektif memberantas nyamuk Aedes aegypti, sumber penularan DBD, dibandingkan dengan pengasapan (fogging). PSN memberantas nyamuk hingga jentiknya, sedangkan pengasapan hanya memberantas nyamuk dewasa.
"Tetapi saya mengapresiasi sudah ada gerakan di tengah masyarakat. Tadi saya menerima laporan dari beberapa kelurahan bahwa ada gerakan antijentik atau ganjen. Mudah-mudahan dengan adanya gerakan kreatif dari warga semacam ini, jumlah kasus DBD bisa ditekan," ujarnya.
Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan Depok, jumlah kasus DBD di Depok berfluktuasi. Depok pernah mengalami status KLB pada 2016 dengan jumlah kasus mencapai 2.834 kasus. Pada 2017, kasus DBD sempat turun menjadi 535 kasus. Jumlah kasus kemudian naik lagi menjadi 892 kasus dengan 1 orang meninggal. (YOLA SASTRA)