Tokoh Pers NTT Damyan Godho Berpulang
KUPANG, KOMPAS - Mantan wartawan harian Kompas, Damyan Godho (74), menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Carolus Boromeus Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Selasa (29/1/2019), pukul 01.36 WITA. Pendiri harian Pos Kupang ini menderita sakit kanker ginjal sejak September 2018.
Damyan adalah tokoh pers senior di Nusa Tenggara Timur. Pergaulannya dikenal luas melintasi semua kelompok sosial masyarakat serta pemerintahan.
Lelaki kelahiran Ngada, Flores, 25 Maret 1945 ini bergabung dengan harian Kompas pada awal 1980 dan diangkat sebagai wartawan Kompas pada 1 Januari 1990 dengan inisial DAG, dan ditempatkan di Kupang. Sebagai wartawan Kompas, Damyan pensiun per 25 Maret 2005.
Di NTT, Damyan diminta Kompas Gramedia turut membidani lahirnya Pos Kupang pada 1 Desember 1992. Ia juga pernah ditunjuk menjadi pemimpin umum sekaligus pemimpin redaksi harian tersebut.
Tak hanya itu, Damyan bahkan pernah menjabat sebagai Ketua Persatuan Wartawan Indonesia NTT selama dua periode, yaitu pada 1998-2008. Terakhir, hingga meninggal dunia, Damyan masih dipercaya sebagai salah satu komisaris dari Pos Kupang.
Tegas dan tanpa kompromi
General Manajer Sumber Daya Manusia-Umum Kompas Pieter P Gero mengungkapkan, Damyan terkenal tegas dalam bersikap dan tidak kompromi terutama saat mengkritik pemerintahan NTT tempat beliau ditugaskan. Sikap yang tegas membuat almarhum dikenal di kalangan semua aparat pemerintah dari gubernur hingga jajaran di lapangan.
“Oom Damy (Damyan) tidak sekadar mengkritik dalam menulis, tetapi juga melihat lapangan. Ia sangat taat pada kaidah jurnalistik, yaitu harus melihat lapangan terutama berkaitan dengan masyarakat yang belum sejahtera di NTT. Teman-teman di Pos Kupang terutama wartawan-wartawan muda selalu ditekankan untuk menulis sesuatu yang berguna bagi banyak orang,” paparnya.
Di ruang redaksi Pos Kupang yang sempit, suara Damyan kerap kencang terdengar saat memotivasi dan membakar semangat para wartawan muda. Sikap disiplin inilah yang membuat wartawan Pos Kupang dikenal tangguh, kritis dan tak kenal kompromi.
Damyan juga memainkan peran signifikan saat Timor-timur (sekarang Timor Leste) masih bergabung dengan Indonesia hingga lepas menjadi negara merdeka. Ia juga mempunyai relasi kuat di kalangan pebisnis di Kupang dan NTT yang memudahkannya untuk membantu sesama di NTT saat terjadi bencana. Ia tak pernah ragu mencapai berbagai pelosok NTT untuk memperoleh berita dan ficer soal masyarakat yang belum beruntung di bumi Flobamora itu.
Sakit kanker ginjal
Ranny Godho (30) anak kandung Damyan Godho di rumah duka Kota Kupang mengatakan, almarhum selama ini jarang mengeluh sakit, termasuk kepada istri dan anak-anaknya. Ia selalu tampak sehat dan menjalani kehidupan harian seperti biasa.
“Bapak mengeluh sakit di pinggang dan sekitarnya awal September 2018, kemudian akhir September 2018 ia berobat di salah satu rumah sakit di Penang, Malaysia. Diagnosa dokter di rumah sakit itu menyebutkan bapak menderita kanker ginjal stadium empat. Sel kanker sudah merambat ke tulang belakang, hati, jantung, usus, dan terindikasi ada kelenjar getah bening,” tuturnya.
Saat itu dokter menyarankan agar dilakukan operasi. Tetapi Damyan mempertimbangkan usia dan efek dari operasi tersebut, ia pun memutuskan tidak beroperasi. Damyan kemudian pulang ke Kupang, setelah mendapatkan resep obat dari dokter.
Di Kupang, Damyan lebih memilih beristirahat di rumahnya sambil mengonsumsi obat dari dokter. Namun, kondisi kesehatan terus menurun dan semakin sulit bangkit dari tempat tidurnya.
Senin (28/1) sekitar pukul 10.00 Wita, Damyan diantar Ranny dan istrinya, Oche, serta anggota keluarga lain ke Rumah Sakit Carolus Boromeus, Kupang, yang berjarak sekitar empat kilometer dari kediamannya. Saat itu kondisi Damyan sudah kritis, tetapi ia masih tetap berjuang memperlihatkan dirinya sehat.
“Selasa, 29 Januari, pukul 01.38 Wita bapak menghembuskan napas terakhir. Saat-saat terakhir menjelang kepergian, bapak menggigit bibir bawah sambil mengepal kedua telapak tangan dengan sangat kuat. Ternyata, di saat itu, bapak menghembuskan napas terakhir, tanpa pesan apa pun,” kata Ranny.
Di rumah duka, pelayat bergantian datang. Sejumlah tokoh ikut hadir antara lain, Ketua DPRD NTT Anwar Pua Geno, mantan wakil gubernur NTT periode 2009-2014, yang juga mantan calon gubernur NTT Esthon Foenay (2014 dan 2018), Ketua DPD Partai Golkar NTT Melky Lakalena, para wartawan lokal, dan masyarakat.
Sebagai salah satu tokoh NTT, tokoh agama, tokoh pers NTT, Damyan mendapat penghargaan cincin emas dari Pemprov NTT pada HUT ke-50 NTT, 20 Desember 2013. Damyan dinilai telah berperan aktif dalam pembangunan di NTT melalui karya-karya jurnalistik.
Kepala Perwakilan Ombudsman NTT Darius Daton mengatakan, meski sudah pensiun sebagai insan pers, almahrum masih memiliki kepedulian terhadap persoalan sosial kemasyarakatan. Ia selalu mengirimi Ombudsman NTT sejumlah masalah melalui pesan singkat yang perlu ditindaklanjuti.
“Masalah-masalah itu antara lain minuman keras yang merusak mental berkendara para pengemudi, infrastruktur jalan dan jembatan yang rusak, pelayanan publik yang buruk seperti KTP, SIM, dan air bersih,” kata Daton.
(KORNELIS KEWA AMA / PASCAL BIN SALJU)