MEULABOH, KOMPAS — Sedikitnya 7 hektar lahan gambut di Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, terbakar. Hingga Rabu (30/1/2019) malam, asap masih muncul dari lahan yang terbakar meskipun api sudah padam. Petugas masih berada di lokasi melakukan pendinginan dan mencegah api muncul kembali. Pembukaan lahan dengan cara membakar diduga memicu kebakaran.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah Aceh Barat Darmawan mengatakan, titik api mulai muncul pada Selasa (29/1/2019) sore. Namun, karena angin kencang, api cepat merambat ke lahan sekitarnya. Pada malam hari, kobaran api mulai meluas dan membesar.
Darmawan menyebutkan, pada Selasa malam itu tim reaksi cepat turun ke lokasi untuk memadamkan api. Akan tetapi, api tidak dapat dipadamkan total karena kondisi gambut yang kering dan dalam membuat titik api terus muncul. Lima mobil pemadam kebakaran diturunkan ke lokasi.
Pemadaman secara manual juga dilakukan personel TNI, Polri, dan polisi hutan. ”Tim dan mobil pemadam masih siaga di lokasi untuk mencegah kebakaran meluas,” kata Darmawan, Rabu.
Ia menambahkan, lahan gambut yang terbakar itu milik warga yang ditanami kelapa sawit dan karet. Kawasan itu juga pernah terbakar pada pertengahan 2017. ”Ada kemungkinan warga membakar, tetapi kami masih mendalami,” ucap Darmawan.
Kawasan Aceh Barat, Aceh Jaya, dan Nagan Raya sangat rentan terjadi kebakaran lahan. Pasalnya, daerah itu didominasi lahan gambut dengan kedalaman mencapai 3 meter. Lahan gambut mudah terbakar karena tanahnya berupa kayu-kayu lapuk yang pada musim kemarau kondisinya kering.
Kondisi terparah terjadi pada 2017, saat 220 hektar lahan gambut di Aceh Barat terbakar. Akibatnya, puluhan warga terkena infeksi saluran pernafasan akut, sementara sekolah diliburkan dan aktivitas warga terganggu.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Teuku Ahmad Dadek mengatakan, kebakaran lahan dan hutan menjadi salah satu bencana yang masif terjadi di Aceh. Pada 2018, BPBA mencatat terjadi 33 kali kebakaran dengan luas lahan yang terbakar 777 hektar dan nilai kerugian Rp 51,7 miliar. Penyebab kebakaran lahan didominasi pembukaan lahan dengan cara dibakar.
Data dari Yayasan Hutan, Alam, dan Lingkungan Aceh, pada 2018 ditemukan 3.128 titik api dalam kawasan hutan Aceh. Titik api terbanyak di dalam kawasan area penggunaan lain, hutan produksi, hutan lindung, dan produksi terbatas.
Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Iskandar Muda Blang Bintang, Zakaria Ahmad, mengatakan, pada Rabu ini ditemukan empat titik api di Aceh yang tersebar di Aceh Barat tiga titik dan Aceh Selatan satu titik.
Saat ini, lanjut Zakaria, intensitas hujan mulai berkurang sehingga potensi terjadinya kebakaran lahan sangat tinggi. Kebiasaan warga membuka lahan perkebunan dengan membakar dapat memicu kebakaran lahan dalam skala luas.