Kejuaraan Angkat Besi Internasional Piala Raja EGAT di Thailand, 7-10 Februari akan menjadi pertaruhan pertama tim “Merah Putih” tahun ini.
JAKARTA, KOMPAS—Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi, Angkat Berat, dan Binaraga Seluruh Indonesia (PB PABBSI) mengirim tiga lifter putri dan dua lifter putra ke Kejuaran Angkat Besi Internasional Piala Raja EGAT di Thailand. Kelima lifter itu ditargetkan meningkatkan angkatan total dan mengumpulkan poin peringkat menuju Olimpiade Tokyo 2020.
Lifter putri yang dikirim ke Thailand adalah Syarah Anggraini (49 kilogram), Acchedya Jagaddhita (59 kg), Nurul Akmal (+87 kg). Dua lifter putra adalah Deni (67 kg), dan Triyatno (73 kg).
Pelatih kepala tim angkat besi Indonesia Dirdja Wihardja mengatakan, lima atlet itu adalah atlet prioritas yangdiharapkan lolos kualifikasi ke Olimpiade Tokyo 2020. ”Mereka dikirim untuk memperbaiki angkatan total. Dengan angkatan total lebih baik, diharapkan mereka mendapat poin peringkat dunia yang lebih baik,” ujarnya di pelatnas angkat besi di Mess Pamen Kwini TNI AL, Jakarta Rabu (30/1/2019).
Kejuaraan Piala Raja EGAT di Thailand adalah tantangan pertama tim Indonesia menuju Olimpiade 2020. Kejuaraan ini termasuk dalam level perak, atau menyediakan poin peringkat urutan kedua setelah Kejuaraan Dunia dan Kejuaraan Asia.
Sepekan setelah Thailand, delapan lifter dikirim untuk tampil pada Piala Dunia IWF di Fuzhou, China. Kejuaraan yang berlangsung pada 22-27 Februari ini juga termasuk dalam level perak.
Selanjutnya, pada 8-15 Maret, lifter nasional berusia di bawah 20 tahun akan mengikuti Kejuaraa Dunia Yunior di Las Vegas, Amerika Serikat. Adapun lifter senior disiapkan bersaing pada Kejuaraan Asia, di Ningbo, China, 17-29 April.
Dirdja mengatakan, padatnya jadwal kualifikasi Olimpiade menuntut kerja keras dan konsistensi atlet. Tim pelatih Indonesia juga dituntut jeli melihat peluang dan mengamati pergerakan poin peringkat dunia.
”Kalau dipikir-pikir memang berat. Tetapi, bulu tangkis hampir setiap pekan mengikuti turnamen internasional. Mau tidak mau, kami juga harus ke arah itu, siap setiap waktu,” katanya.
Delapan besar
Berdasarkan hasil Kejuaraan Dunia di Ashgabat, Turkmenistan, akhir tahun lalu, hanya empat lifter Indonesia yang menembus peringkat delapan besar dunia. Mereka adalah Eko Yuli Irawan, Sri Wahyuni Agustiani, Acchedya, dan Deni. Peringkat delapan besar dunia merupakan syarat untuk tampil di Olimpiade Tokyo 2020.
Dengan absennya Sri Wahyuni karena cuti hamil, Indonesia mempunyai tugas berat untuk memastikan dua lifter putra dan dua putri lolos ke Olimpiade. Atlet yang berada di delapan besar dunia harus menjaga konsistensi penampilan, pelatih juga harus bekerja keras mendorong lifter lainnya memperbaiki diri.
Acchedya mengatakan, Sri Wahyuni adalah rekan sekaligus motivatornya dalam berlatih. Kedua lifter ini kerap saling menantang diri untuk menaikkan jumlah angkatan. ”Sejak Yuni cuti pelatnas, motivasi saya adalah diri sendiri. Saya mau menampilkan yang terbaik,” kata lifter yang ingin menjadikan Tokyo 2020 sebagai Olimpiade perdananya.
Acchedya belum puas masuk dengan capaiannya. ”Saya belum senang karena peringkat delapan itu belum aman. Kalau dalam kejuaraan selanjutnya peringkat saya turun, posisi saya di Olimpiade bisa diisi orang lain,” kata lifter berusia 21 tahun itu.
Pada Kejuaraan Dunia, Acchedya mencatat total angkatan 212 kg (snatch 96 kg, clean and jerk 116 kg). Peraih perunggu Kejuaraan Asian Indoor and Martial Arts 2017 ini memasang target angkatan total 225 kg.
Acchedya mengatakan, berdasarkan evaluasi di Kejuaraan Dunia, ada kecenderungan tangannya tidak dalam posisi sempurna saat mengangkat beban. Hal itu membuat beban mudah terjatuh. Agar kesalahan serupa tidak terulang lagi, Acchedya harus meningkatkan latihan power dan kekuatan tangan.
Setiap hari, lifter putri ini menambah supplement latihan agar kekuatan tangannya bertambah. Kemarin, pelatih juga memberinya latihan squat dengan beban 125 kg untuk melatih otot paha depan.
Deni juga mempunyai motivasi yang kuat untuk tampil di Tokyo 2020. “Dalam setiap kejuaraan, saya berusaha menaikkan jumlah angkatan. Nanti, medali atau prestasi akan mengikuti,” kata lifter yang juga menempati peringkat kedelapan dalam Kejuaraan Dunia 2018.
Adapun Triyatno mengatakan, saat ini dirinya masih berupaya memulihkan angkatan terbaik. Setelah libur tahun baru, Triyatno baru kembali berlatih di pelatnas awal Janruari. Tubuh Triyatno masih beradaptasi dengan beban latihan berat. Kelenturan tubuhnya juga belum pulih.
“Padahal, kelenturan tubuh itu sangat penting untuk mengangkat beban. Kalau badan belum lentur, badan jadi tidak enak dipakai mengangkat beban,” katanya.