Lanjutan negosiasi perdagangan Amerika Serikat-China diperkirakan tetap berlangsung alot. Washington ingin memastikan janji reformasi Beijing sesuai kehendak AS.
WASHINGTON, RABU— Lanjutan negosiasi perdagangan Amerika Serikat-China digelar di Washington, Rabu (30/1/2019), di tengah semakin mendekatnya batas ”gencatan senjata” penerapan tarif impor oleh Washington pada 1 Maret mendatang. Beijing mencoba bergeming dengan sikapnya di tengah aneka tekanan agar menuruti kehendak Washington.
Ini menjadi putaran kedua negosiasi dagang AS-China setelah berlangsung pada akhir tahun lalu di Argentina antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jin Ping. Komponen penting dari setiap kemajuan dalam perundingan kali ini, menurut sumber dari pejabat tinggi pemerintahan di AS, adalah kesepakatan tentang mekanisme untuk memverifikasi dan ”menegakkan” tindak lanjut China atas setiap janji reformasi yang dibuatnya.
Adapun di sisi lain, China diperkirakan bergeming dengan sikap sekaligus strateginya. Dengan kata lain, sekalipun harapan dari kalangan pebisnis baik di AS maupun China atas lanjutan negosiasi ini tinggi, terobosan—apalagi yang sifatnya besar—dari putaran negosiasi kali ini kemungkinan tetap kecil peluangnya untuk terjadi.
”Masih ada kesenjangan yang signifikan dan bahkan jurang pemisah yang lebar antara kedua belah pihak pada masalah struktural dan keharusan transfer teknologi,” kata salah satu sumber yang lekat dengan proses negosiasi kedua belah pihak, di Washington.
Pejabat China tetap menyangkal bahwa kebijakan mereka memaksa dilakukannya transfer teknologi bagi perusahaan-perusahaan AS yang beroperasi di pasar China. Mereka mengaku telah menekankan langkah-langkah yang sudah diambil, termasuk mengurangi tarif otomotif dan rancangan undang-undang investasi asing untuk meningkatkan akses bagi perusahaan asing dan berjanji melarang ”sarana administratif untuk memaksa transfer teknologi”.
Delegasi China, yang dipimpin Wakil Perdana Menteri China Liu He, diperkirakan mencoba bertahan dengan sikap tersebut.
Posisi AS
Di sisi lain, sikap bergeming juga diperkirakan dipertahankan Washington. Jika hal itu terjadi, ancaman kenaikan tarif impor oleh Washington dalam jangka panjang terhadap Beijing tetap bakal berlaku. Delegasi AS dipimpin Penasihat Perdagangan Robert Lighthizer dan Penasihat Gedung Putih Peter Navarro.
Pada konferensi pers mingguan pekan ini, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow terlihat tidak membuat janji yang prospektif. Sebagaimana dikutip BBC, ini mirip dengan pernyataan Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross sebelumnya. Bahkan, menurut Ross, kedua belah pihak masih berbeda pendapat.
”Izinkan saya mengingatkan publik bahwa kita memiliki 30 hari lagi setelah ini sehingga harapan saya adalah kita akan membuat kemajuan yang signifikan pada pertemuan-pertemuan seperti ini. Namun, saya hanya akan menekankan bahwa masalah-masalah yang ada juga rumit untuk dipecahkan segera,” kata Mnuchin.
Pemerintah AS memberlakukan tarif impor atas barang- barang China senilai 250 miliar dollar AS tahun lalu. China membalas dengan memberlakukan tarif atau bea masuk serupa terhadap barang-barang AS senilai 110 miliar dollar AS. Langkah kedua belah pihak mengguncang pasar keuangan dan memicu kekhawatiran perlambatan ekonomi di kedua negara, terutama di China. Kondisi itu memberi tekanan pada tercapainya kesepakatan kedua belah pihak. (AP/REUTERS/BEN)